26 desember ; 2020.

12 0 0
                                    


















"askaaa main yuuuk!"

"askaaaaa ayo maiiiiin!"

"om askaaa sini dong?"

aldo manggil manggil aska yang masih bersihin kafenya. aska hela napas pasrah. tolonglah, sekarang masih jam enam pagi buta terus aldo udah kesini buat gangguin dia?

akhirnya aska nyamperin aldo yang lagi nungguin dia di bangku depan kafe. "maaf, kafenya belum buka."

aldo geleng. "gue nyariin lo."

aska ngusap jidatnya, terus senderan di samping pintu. "habis ini gue nggak di sini nyampe jam dua. sekolah."

aldo cemberut. "yaah. kalo gitu gue minta nomor telepon lo aja deh?"

"kita belum kenal???" aska ngernyit heran.

"iya, dan gue udah tertarik sama lo."

aska bungkam. duh, kenapa dia salting ya?

sambil malu-malu, dia sodorin tangannya. "siniin handphone lo."

aldo senyum puas, terus ngasih handphonenya ke aska. dia biarin aska ngetik nomornya di situ, sambil senyum, senengnya nggak karuan. "perasaan gue nggak sepihak nih?"

aska balikin ponsel aldo ke yang punya. terus dia mukul pelan bahu empunya. "kepedean. gue tuh cuma nggak enak aja kalo lo nungguin gue di sini. lagian kita bisa temenan."

aldo nerima ponselnya dengan gembira. mau dia cium saking senengnya. terus dia noleh ke aska, "iya deh, temen hidup?" katanya.

"gombal. gue permisi ya, mau sekolah." final aska, terus balik badan mau masuk kafe A lagi. mau ngambil barang-barangnya yang masih di dalem.

"semangat, calon pacar! muah!" aldo kasih kiss bye buat pujaan hatinya itu.





























































































es es es es es batu...
tapi dia bukan batu...

aska ngernyit begitu denger nada dering ponselnya itu. dia baru mau pulang sekolah, sekarang udah depan gerbang.

maltese
incoming call...

aska ngangkat panggilan aldo, terus hela napas. "kenapa lagi?"

"om udah pulang belom?"

"ini baru mau pulang, kenapa?"

"HAHHAHAHAHAHAHAHAH NYAUT DIPANGGIL OM!"

"MALTESE!"

tut... tut... tut...

panggilan diputus sepihak dari seberang sana. aldo telepon aska cuma mau mancing emosinya doang kali ya.

tapi ka, mancing emosi is a love language.





























































































"eh ayang mbeb udah nyampe," seru aldo, begitu dia liat aska masuk ke kafe. aska geleng-geleng. ayang mbeb katanya.

"lo nungguin gue dari tadi?" aska nanya, sambil duduk di depan aldo.

yang ditanya ngangguk. "mhm. sambil ngopi," katanya, sambil nunjukin segelas kopi dingin yang ada di mejanya.

"lo suka kopi juga ya? perasaan dari kemaren kopi terus," tanya aska, mulai tertarik sama selera aldo.

"nggak suka, kopi nggak enak. pait."

"terus kok kesini terus?" aska naikin sebelah alisnya.

"suka kamu." aldo senyum penuh arti, sambil natap laki-laki manis di depannya ini.

"berisik!" aska ngalihin pandangannya. aldo tau aska lagi salting, soalnya mukanya merah. gemes.

"gemes banget sih?" puji aldo, sambil natap dalam wajah manis itu.

"siapa?!?" aska dengus. iya, salting lagi.

"kamu," jawab aldo, sambil mengamati lekuk wajah tambatan hatinya itu. "tapi buat apa gemesin kalo bukan punya gue?"

aska ngalihin pandangannya lagi, nggak bisa diem. pandangannya berhenti di depan gelas kopi milik aldo. "kopi tuh abisin!"

"perhatian banget deh?" kata aldo, terus minum kopi di depannya. "jadi tambah sayang."

"iya iya iya iya iya." aska nggak berhenti ngangguk.

aldo senyum, sambil nyimpen kopinya balik ke meja. "gue punya sesuatu buat lo."

"apa?"

"belom masuk jam kerja, kan?"

"huum, belom."

aldo ngeluarin kotak kecil dari dalem tasnya. aska tau isinya donat, soalnya kotak itu kemasan donat dari tempat dia kerja. "nih, donat."

"kok lo yang ngasih? kan gue yang kerja di sini?" aska bingung deh. dia jadi ngerasa nggak enak. tapi tangannya tetep ngeraih kotak donat itu, ngambil donatnya terus mulai makan.

biasanya aska nolak kalo dikasih apa-apa sama orang yang nggak dia kenal, soalnya nggak percaya. takut dikasih sianida. tapi kali ini rasanya dia nggak bisa nolak.

"nggak apa-apa, habis kita pacaran nanti bikinin deh makanan yang enak-enak. bisa masak kan?" aldo senyum sambil ngeliatin aska yang lagi makan.

"hehehe bisa," jawab aska, nggak mau debat takut keselek.

"idaman banget ya lo, udah cantik, gemesin, terus bisa masak. calon pacar gue."

dikira aska salting? iyalah.





























































































aldo beneran nunggu aska selesai kerja, sambil pesen kopi tiap jamnya biar nggak diusir. padahal dia nggak suka kopi. tapi dia suka salah satu karyawannya ; yang paling manis. asaichi hikara namanya.

dia pesen kopi buat ngulur waktu aja sih, sekalian biar bisa ngeliatin manusia cantik tempat ia menaruh hati, kamu.

begitu aska selesai beres-beres, aldo langsung nyamperin dia. "pulang naik apa?"

"hari ini bawa motor, kenapa?"

aldo cemberut kayak anak kecil, "besok motornya jangan dibawa." pintanya.

"loh kenapa?"

"biar gue bisa jemput lo, ka."

"nggak usah repot-repot, kayak sama pacar aja..."

"latihan, ka. kan bentar lagi kita pacaran?"

















i was so happy that day i get closer to you.

[ii] jikalau kita nyata.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang