25 desember ; 2020.

12 1 0
                                    


















kriuuuuuuk...

aldo megangin perutnya yang bunyi barusan. dia laper banget, belom makan dari tadi pagi. sementara sekarang udah jam dua siang.

aldo lagi mager, jadi dari tadi dia belom makan apa apa. lauk di meja makan nggak ada. mie instan di lemarinya juga udah habis.

rencananya dia mau beli mie instan, tapi pikirannya langsung berubah begitu ponselnya bergetar.

ting!

elrey (1)
siang siang gini enaknya makan donat nggak sih?

duh, sekarang aldo jadi kepengen donat. ngebayangin donat empuk yang di atasnya ada cokelat yang bakal lumer di mulutnya itu bikin aldo ngiler sendiri.

"aduh gue pengen donat," katanya, sambil ngiler ngebayanyin donat.

cowok itu langsung ambil dompetnya, terus ngambil voucher kafe yang kesalip di sana. di bagian bawahnya ada deretan nomor, biar donatnya dianterin ke rumah gitu.

"pesen aja kali ya?" monolognya. dia emang agak aneh, suka ngomong sendiri.

cowok itu langsung buka ponselnya lagi, terus ngetik nomor telepon toko donat. nggak lama, teleponnya diangkat dari seberang sana.

aldo udah semangat gara-gara mikirin donat yang enak banget itu. tanpa basa-basi lagi, dia langsung nanya, "permisi, benar dengan kafe A?"

ada jeda beberapa detik sebelum orang di sebelah sana menjawab. tadinya aldo mau marah, tapi nggak jadi begitu dia denger suara manis itu.

"iya, ada yang bisa saya bantu?"

gila.

suaranya manis banget.

aldo bahkan belum kenal dengan manusia di balik suara itu, tapi perutnya udah dipenuhi kupu-kupu.

nggak, aldo nggak pernah jatuh cinta secepat ini. tapi kali ini beda. disebut love at first sight juga nggak bisa, soalnya mereka bahkan belum pernah ketemu.

"halo?" cowok di seberang sana nanya lagi. mastiin aldo nggak kemana-mana. bikin lamunannya buyar, terus langsung sadar dan jawab pertanyaan dia.

"bantuin saya dong, saya bingung banget."

"bingung mau pesen apa, maksudnya?"

"bukan, bingung nama lo siapa. boleh kenalan nggak?"

". . ."

nggak denger jawaban apa-apa, aldo jadi takut panggilannya dimatiin. soalnya dia tau, cowok di seberang sana lagi kerja.

"heheheh. becanda, becanda. saya mau pesen nih,"

"iya, pesen apa?"

"pesen hati kamu boleh nggak?"

"nggak jadi pesen nih? saya matiin aja ya?" ancam orang di seberang sana. nadanya meninggi. suaranya galak, bikin aldo gemes.

"ih galak. jadi kok, pesen donat cokelat, dua. terus kirim ke alamat ini ya." aldo sebutin alamat rumahnya habis itu.

laki-laki di seberang sana diam sejenak, kayaknya lagi nyatet pesanan aldo. habis itu dia akhirnya ngejawab lagi, "terima—"

"eh bentar bentar! saya masih ada perlu!" aldo nyela cowok itu.

dengusan pelan terdengar di panggilan keduanya, disusul oleh kekehan pelan yang nggak bisa aldo tahan. "huh, apa?" cowok itu nanya lagi.

"suara lo kayak om om deh!" jawab aldo, sebelum ketawa terbahak-bahak terus nutup panggilan itu.

laki-laki di seberang sana mengumpat dalam hati, soalnya lagi kerja. kalo umpatannya nggak dia tahan, nanti bisa ditegur.

"maltese!" umpat askara, karyawan part time kafe itu, dalam hati.

sementara aldo udah ketawa puas di atas ranjangnya. "dia gemes banget hahahahah!" monolognya sambil ketawa.

"apa habis ini gue kesana aja ya? hitung-hitung bisa gue ajak kenalan."





























































































sekarang udah jam lima sore, sebentar lagi kafe tempat aska kerja bakal ditutup. aska lagi ngitung duit hari ini, sementara rekan kerjanya lagi pada bersih-bersih.

"as-ka-ra." aska denger pelanggan terakhir di depannya manggil nama dia. cowok itu langsung dongak, terus ngeliat wajah asing yang nggak pernah dia liat.

tapi suaranya familiar.

"iya? tau nama saya darimana?" aska nanya. dia curiga, kalo cowok itu culik gimana? kalo penguntit gimana? kalo maling gimana?

aldo nunjuk ke nametag kecil yang terpasang rapi di dada aska. "itu, nametag kamu."

bibir aska membentuk o kecil, "ooh."

"akhirnya gue tau nama lo, ya?" laki-laki di depannya nopang dagu di meja kasir. nggak sopan emang. tapi pelanggan adalah raja.

segelintir memori terlintas di kepala aska. dia langsung inget suara aldo, terus buletin matanya. "LO YANG BILANG GUE KAYA OM OM YA???" tanyanya heboh.

aldo ketawa pelan. "hahahah, iya. om aska~" ledeknya.

aska dengus. "ini masih jam kerja, yang nggak pesen nggak boleh masuk. hush! hush!" katanya ngusir. masih sebel, kok dia dipanggil om om sih?

"ini mau pesen kok, pesen iced mocha, satu." kata aldo, terus wink ganteng.

aska senyum datar, "atas nama siapa?"

"lo kepo sama nama gue ya?" aldo nyimpulin, terus dia nyengir lebar.

rasanya aska mau lempar aldo pake meja kasir. "kepedean. atas nama siapa?" dia ngulangin pertanyaannya.

"kenalin, gue aldo. calon pacar lo." aldo senyum bangga, aska ngangguk ngangguk aja sambil nulis empat huruf itu.

"boleh duduk, kak aldo." aska senyum manis. berusaha sopan, soalnya sama pelanggan.

"aduh gila gue dipanggil kak sama pujaan hati..." aldo megangin dada kirinya, tempat jantung. habis itu dia duduk depan aska sambil senyum lebar, kesenengan.

aska tadinya cuek aja, sebelum dia dipanggil sama aldo. "ka,"

"huh?" cowok itu masih fokus sama uang penghasilannya hari ini, nggak minat noleh ke arah aldo.

"lo mirip, deh."

habis denger itu, aska langsung noleh penasaran. bisa jadi kan dia sama aldo dulu pernah ketemu. "mirip siapa?"

"mirip calon pacar gue."

"BODOAMAT!"

















that day, i start to love you.

[ii] jikalau kita nyata.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang