29 desember ; 2020.

7 0 0
                                    



















sekarang pukul satu pagi, tapi aska masih bangun. cowok itu bolak-balik ngambil air di dapur, keinget aldo terus.

keinget cara dia ngomong, cara dia bikin aska nyaman, cara dia bikin aska kesel—tapi—diem-diem—seneng.

cowok itu nggak bisa keluar dari pikirannya, muter muter terus. bikin aska senyum, bahkan waktu dia nggak sadar.

gawat, jangan-jangan dia suka?





























































































hari ini hari minggu, aska lagi libur. rencananya aska mau beres-beres kamarnya. nggak berekspektasi aldo bakal datang. aska tau cowok itu juga punya kesibukan, nggak mungkin segabut itu kan?

tapi aska salah. soalnya hari itu aldo dateng lagi. dia muncul sendirian di depan rumah aska. habis itu kenalan sama orang rumah.

aldo jujur aja bilang lagi deketin aska. tapi dia sopan, jadi direstuin. dia sekarang nungguin aska di depan rumahnya. mau ngajak si manis jalan-jalan.

habis diledekin cie—aska—punya—pacar sebentar, aska nyamperin aldo di depan.

"aldo, mau ngapain? ambil helm?" aska nanya, masih dibalut baju tidurnya yang gemesin. kayak baju bayi.

aldo ngeraih tangan aska, dia pegangin. "mau ambil kamu, pinjem kamunya bentar ya?"

aska ngeliatin tangan mereka yang terpaut, terus senyum tipis. dia noleh ke aldo, "boleh. tapi ada syaratnya."

"apa?"

"pertama, aku mau ganti baju dulu," aska lepasin tangan aldo. habis itu aldo deham.

"hm. terus?"

"yang kedua..." aska deketin telinga aldo, terus bisik. "pegangan tangannya nggak boleh dilepas!" katanya, terus lari masuk ke rumahnya. malu.

sementara aldo senyum senyum sendiri di depan rumah aska. bisa gila dia lama-lama. tapi dia seneng. it was his first time feeling a kind of love like this.





























































































ternyata aldo ngajak aska lari pagi. mereka sekarang lagi jalan di pinggir jalan aja, soalnya kalo lari ntar capek.

emang sih judulnya "lari pagi," tapi niat aldo ke rumah aska bukan buat lari pagi.

tapi buat ngabisin waktu sebanyak-banyaknya sama laki-laki manis di sampingnya ini.

"ka, pagi pagi gini enaknya makan bubur ayam nggak sih?" aldo ngujar. sambil liatin pujaan hatinya yang lagi lari kecil beberapa langkah di depannya.

aska berhenti lari, terus dia nengok ke belakang. ngeliatin muka aldo. "mau sarapan dulu?"

aldo ngangguk mantap. "ayo, di situ ada bubur enak," aldo nunjuk salah satu kedai bubur ayam di pinggir jalan.

aska nengok ke kedai yang aldo tunjuk, terus dia ngangguk. "iya, bubur di situ enak. gue juga suka. yuk?"





























































































bubur ayam pesanan mereka udah jadi. aldo nyimpen sambel dua sendok penuh ke buburnya. begitu dia mau ambil sambelnya lagi, aska nahan tangannya. "nggak boleh."

"kenapa? nggak enak tau kalo nggak pedes." tolak aldo, tapi dia nyimpen sendok sambelnya ke tempatnya yang semula.

aska ngelirik mangkok bubur aldo. "itu udah pedes."

aldo cemberut, "masih dua sendok ka, belom pedes banget... boleh ya?"

"ntar sakit perut gimana?"

aldo senyum lebar, nggak bisa ngumpetin rasa senengnya, ngeliat aska peduli sama dia. "sesayang itu ya, kamu sama aku?" tanya aldo, mulai ngaduk buburnya.

"huum," aska senyum manis. aduh, manis banget. aldo nggak kuat. bisa tewas dia lama-lama.

aldo nggak bisa napas, jadi dia liatin bubur aska. "diaduk nggak?"

aska mikir bentar, "mmm... dua duanya!"

aska aneh, soalnya suka bubur nggak diaduk juga. tapi aldo nggak bisa ajak debat, keburu gemes sama cara aska ngomong.

"kamu mau gimana-gimana juga, kayaknya aku bakal tetep sayang deh, ka?"





























































































aldo sama aska lagi jalan pulang ke rumah aska. di tengah jalan, aska nemu harta karun berkedok telur gulung.

"telur guluuuung!" aska ngeliatin gerobak telur gulungnya kesenengan.

aldo ikut senyum liatin aska, terus dia nanya. "aska suka?"

aska north dengan mata berbinar-binar ke arah aldo. dia semangat banget begitu nemu telur gulung. "huum! aska suka banget! aska mau!"

gemesnya kumat. aldo bisa sinting.

"sini, aku beliin." aldo megangin tangan aska, terus mereka nyebrang ke gerobak telur gulung. habis itu dia langsung pesen tiga, terus duduk di kursi sampingnya.

aska ikut duduk, antusias banget natap telur gulung kesukaannya. aldo ambil satu tusuk, terus dia deketin ke mulut aska. "aaaa, makan?"

aska cemberut, "aldooo aku bisa sendiri,"

"terus aku bisa nyuapin kamu. makan, ya?"

aska mikir sebentar, terus dia ngangguk. sekarang telur gulung itu udah masuk ke bibir manisnya.

"sekarang kamu udah dapet telur gulung. besok, boleh nggak aku dapet kamu?" tanya aldo tiba-tiba, aska hampir keselek.

aska natep aldo, kesel soalnya digombalin terus. "gombal terus!" katanya.

aldo ketawa, terus ambil tusuk telur gulung yang kedua. dia arahin ke mulut aska. "aaaa, pesawat datang~"

aska cemberut, masih ragu buat nerima suapan itu. dia dongak, natap mata aldo. "aldo, emang boleh suap suapan begini?"

aldo ngangguk mantap, "boleh. toh bentar lagi kita pacaran ini, kan?"

















i  always wanna be with you.

[ii] jikalau kita nyata.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang