14. Tamu dari Negeri Ginseng

20 4 0
                                    

Vladivostok, Uni Soviet

1954

Jalan raya tampak ramai sore itu, oleh pejalan kaki dan kendaraan. Tampak seorang wanita berwajah oriental dan berambut hitam panjang bergelombang berjalan menyusuri trotoar. Ia lalu masuk ke sebuah bar, menyiapkan sebuah kamus kecil lalu menyibaknya.

 Ia lalu masuk ke sebuah bar, menyiapkan sebuah kamus kecil lalu menyibaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Jiwon

Actress: Jung Jinsoul (Loona)

"Aku ingin menemui Tuan Stefan. Apa dia di sini?" tanya Jiwon kepada bartender dalam Bahasa Rusia sambil membolak-balik kamusnya.

"Kartu," ucap sang bartender sambil memberi isyarat tangan memegang kartu.

Jiwon langsung paham karena kemiripan penyebutan kata untuk "kartu" dalam Bahasa Rusia dan Korea. Ia menaruh kartu nama Tuan Stefan di meja.

Bartender itu lalu memberi isyarat pada Jiwon agar mengikutinya. Ia membawa Jiwon ke lantai dua. Bar itu mirip sebuah ruko. Pemiliknya tinggal di lantai atas. Bartender itu lalu mengetuk pintu.

Tok tok tok...

"Masuk."

Pintu pun dibuka dan sang bartender meninggalkan Jiwon bersama Stefan di dalamnya.

Ruangan itu terhubung langsung dengan balkon. Dindingnya terbuat dari kayu dan ada banyak jendela di sana. Udaranya sangat nyaman dan tidak pengap. Ditambah alunan biola musik klasik dari sebuah record player membuat ruangan itu sarat akan energi positif.

 Ditambah alunan biola musik klasik dari sebuah record player membuat ruangan itu sarat akan energi positif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Stefan Gavrilovich Solnyshko (umur 21)
Actor: Vernon Chwe (Seventeen)

Tak lama kemudian masuk seorang pria berusia kira-kira 30 dengan agak terburu-buru. Namanya Zakir. Ia adalah penerjemah yang akan menjadi jembatan antara Jiwon dan Stefan

"Siapa yang memberitahumu tentang aku?" tanya Stefan.

"Temanku," jawab Jiwon singkat.

"Apa dia memberitahumu untuk tidak menyebarkan identitas asliku kepada publik?"

"Iya. Dia bilang begitu. Kami sudah saling percaya hingga ia memberiku kartu namamu," jawab Jiwon. Kepalanya sedikit tertunduk. Tampaknya ia segan atau mungkin ketakutan.

Stefan lalu mengambil botol vodka di sampingnya lalu menuangkannya ke dalam gelas berisi es batu.

"Apa kau minum?" tanya Stefan kepada Jiwon.

"Tidak," jawabnya.

Stefan langsung menenggak sedikit vodka dari gelas itu.

"Ceritakan masalahmu," ucap Stefan.

Momen yang dinanti-nanti telah tiba. Jiwon menarik napas dalam-dalam. Berharap tangisnya nanti takkan meledak di hadapan Stefan.

"Aku baru saja menikah dengan seorang tentara. Ia juga baru saja gugur sebagai pahlawan di Perang Korea," ucap Jiwon memulai kisahnya. Hatinya mungkin sudah banjir air mata saat itu.

"Ayah dan ibuku sudah mati dibunuh tentara Jepang 10 tahun yang lalu. Dan saudaraku..."

Jiwon merasa matanya mulai berair. Rongga hidungnya mulai berlendir. Suaranya mulai menjadi berat.

"... mati saat menjadi buruh kerja paksa..."

Sampai pada titik ini, Jiwon tak mampu lagi menahan kesedihannya. Ia menangis tersedu-sedu. Air mata mencucur dari kedua matanya. Sungguh pemandangan yang bisa membuat siapa pun menaruh simpati yang besar.

Dalam hati Stefan, atau mungkin hati siapa pun yang melihatnya, ingin rasanya ia memenangkan Jiwon. Mengusap air matanya, mengelus kepalanya, lalu merangkulnya sambil menepuk-nepuk punggungnya seperti adik sendiri hingga ia merasa lebih baik. Ia sampai terlupa bahwa Zakir, seorang pihak ketiga, masih ada di sana. Stefan lalu mencoba bersikap lebih profesional.

Bentar, ini sebenernya yang ngehalu Stefan atau author sih. Author juga sampe lupa kalo si penerjemah masih ada di situ.

"Lalu, bagaimana kau bisa selamat?" tanya Stefan.

Jiwon buru-buru mengusap air matanya lalu menangkupkan kedua tangan di atas meja.

Leave your vote and share, please!

[HIATUS] The Light HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang