Kehidupan mahasiswa sudahlah perih. Tapi, bagaimana jika beban itu ditambah lagi?
Arya Wigun--- maksudnya Langit Arya Saepullah memilih kosan Jayapura sebagai tempat tinggalnya dan itu adalah pilihan yang salah. Memang tarifnya sangat ekonomis, tap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"M-maaf Pak, saya bukan pengemis yang minta-minta di sini, tapi kalau bapak mau ngasih uang saya terima, sih."
Ya, pemandangan yang terlihat saat ini adalah ... tokoh utama kita sedang meminta maaf sambil bersujud. Kalian tahu kenapa? Rumah sultan yang daritadi ia teriaki ini bukanlah kosan Om Kris, melainkan milik bosnya. Lagipula mana ada kosan sampe ada rooftop-nya di atas.
Sedikit informasi mengenai sosok pria yang memarahi Arya, nama panggilannya Hehe. Nama panjangnya Hehehehehe. Maaf, maksudnya Agra Hetjul Silalahi.
Beliau merupakan keturunan Korea asli. Matanya tidak terlalu sipit, kulitnya bening seperti mata air pegunungan, eh, serem amat. Kuning langsat, deng. Tipe Asia gitu. Mantan aktor sekaligus pengusaha kuliner yang sukses. Lihat saja rumahnya sekarang besar dan mewah, pastinya menjadi kerajaan makhluk gaib.
Oh, ya, jika kalian menanyakan ke mana Kris dan Abdul mereka berada di mobil. Kris sengaja memajukan mobilnya dikit agar tak kena semprot ceramahan bosnya itu.
"Kamu gak bisa baca tulisan itu apa?" Hehe mengarahkan telunjuknya ke arah sebuah tulisan yang menempel di tiang listrik.
"WC anda mampet hubungi tukang sedot---"
"Bukan itu!" Hehe ikut jongkok dan memegang kepala Arya agar mengarah tepat kepada tulisan yang ia maksud.
"Dilarang berisik dan parkir di depan pintu. Awas ada anjing galak."
"Nah, bisa baca juga."
"Ya, iyalah, Pak! Saya udah kuliah gini masa gak bisa baca."
Hehe berdiri, melipatkan kedua tangannya dan memasang wajah ketusnya kembali. "Kalau bisa baca kenapa teriak-teriak kayak orang gila siang bolong gini! Anak saya yang lagi tidur jadi bangun tahu!"
"Wes, napas, Pak, napas. Ngomong udah kayak rapper aja. Eminem cabang Sukamiskin ya, Pak?"
"Sembarangan Sukamiskin! Sukaribut kalau sama modelan kayak kamu, mah!" Hehe baru kali ini ingin menggebuk orang yang baru ia kenal.
"Di mana tuh Sukaribut? Sukamiskin mah ada Pak daerah Arcamanik. Sukaribut? Orangnya pasti pada suka ngomong betumbuk."
Amarah Hehe semakin saja naik seperti harga cabe di pasar. Rasa ingin mengeluarkan anjing penjaga untuk mengigit Arya sangat tinggi sekarang.
" Daddy, ayo masuk ke dalam lagi ...." Seperti tukang parkir yang tiba-tiba ada, seorang anak kecil tiba-tiba berdiri di antara Arya dan juga Hehe. Anak itu masih dalam setengah sadar, matanya terlihat berusaha menahan kantuk. Tangan kecilnya menarik baju sang ayah.
"Eh, Haidar kok ada di sini? Bi Sumi ke mana?" Ayahnya nampak terkejut melihat anaknya tiba-tiba ada di hadapannya. Arya di satu sisi gemas sendiri melihat Haidar karena lelaki mungil itu seperti akan jatuh ke lantai dalam waktu dekat.