Kehidupan mahasiswa sudahlah perih. Tapi, bagaimana jika beban itu ditambah lagi?
Arya Wigun--- maksudnya Langit Arya Saepullah memilih kosan Jayapura sebagai tempat tinggalnya dan itu adalah pilihan yang salah. Memang tarifnya sangat ekonomis, tap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu werewolf dan vampire berkeliaran telah berakhir. Saatnya menjemur pakaian dan beraktivitas. Bukan berpegian ke negeri orang, ikut festival, eh, ternyata ritual pemujaan. Ada-ada aja emang tingkah laku anak muda.
Sebenernya ini belum siang, sih. Masih subuh malah. Nggak kayak di cerita biasanya, tokoh utama kita udah bangun dari tadi. Ia pun sudah mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi kuto- maksudnya menolong Lele, mengepel lantai, mencuci piring, pokoknya banyak, deh!
Arya juga sambil memantau orang-orang di kosan. Hari ini ia dapat menyimpulkan : Susu Kris beneran L-Men, Cakra tidak bisa memasak, Agus dan Raga kamarnya masih dikunci, Setya sudah sibuk nulis diary, dan dengkuran Abdul bisa menjadi suara sahur warga kampung alias gede banget anjir.
"Ya Allah, gak sia-sia gue ikut les housekeeping online kemarin. Mayan, deh, rumahnya nggak kelihatan kayak tempat pengungsian," ucap Arya sambil berkacak pinggang melihat kerjaannya.
Kosan ini bisa dibilang besar dan luas juga. Ada dua lantai. Lantai pertama untuk ruang berkumpul dan di atas kamar anggota kosan. Di bawah hanya ada kamar Kris saja yang ruangannya dicat monokrom. Ruang itu sangat tertata rapih. Dindingnya dipenuhi figura dan juga medali. Arya pun tidak jadi menyapu lantai kamar Kris karena insecure duluan melihat prestasinya yang menumpuk.
"Eh, Ya, kamu udah bangun?" Masuklah sang pemilik kamar dari luar. Baju hitam lelaki itu dipenuhi bulir-bulir asin, rambut galingnya kini mencuat ke atas, napasnya terengah-engah. Sepertinya deskripsi tubuh Kris tidak perlu dijelaskan lagi, kan?
"Udah dong, Om. Om abis olahraga di mana? Ngucur banget tuh keringet kek air mata pegunungan."
"Ini abis lari keliling komplek terus pulangnya gowes." Benar sekali ucapan Arya, bajunya Kris sekarang sepertinya sudah dilumuti NACL.
"Wah, sendi sehat semangat gowes, ya?"
"Amin! Loh, kok, jadi iklan?"
"Ketauan banget pasti Om diem-diem jadi instruktur zumba buat manula, ya?" Wajah pitampoleun Arya mulai dikeluarkan.
"
Ah, iya-iya! Kok kamu, tahu? Tiap Minggu kelasnya di Wisma Setiabudi, kamu mau ikut, nggak?"
Niatnya bercanda, tetapi malah menjadi bumerang untuk Arya. Ini om-om jangan-jangan bisa nari tiang juga lagi? Kek apa-apa bisa, anjir, heran!
Arya sedang membantin seperti di sinetron-sinetron. Kepalanya bergerak-gerak. Gestur tubuh dan mimik wajahnya menunjukkan seakan-akan ia sedang berbicara dalam hati.