🌃 2.2

61 7 3
                                    

subin terbatuk saat kepulan asap rokok dari si sialan sejun tiba-tiba mengantam wajahnya. tidak sopan sekali. matanya memicing tajam ke arah yang lebih tua, "bau, goblok."

"enak, sayang."

plak

"ngomong sekali lagi gue dorong lo ke bawah."

yang dimarahi hanya tertawa, tetap sibuk menyesap rokoknya dengan nikmat. subin mendengus kesal lantaran asap rokok sejun begitu mengganggu. tapi kalau ia pergi juga percuma, karena sejun tetap akan mengikutinya.

bahkan dia sekarang ada di rooftop dan sejun tetap berhasil menemukan dirinya.

subin lelah. sejak yang lebih tua mengantarkan dirinya pulang dari festival tempo hari, dia jadi sering membayangi kemanapun subin pergi. untung saja ia masih waras untuk tidak ikut masuk ke kelas subin.

subin berada di rooftop ini sebenarnya bukan direncanakan, tapi ia tengah menghindari sejun. dan karena tempat persembunyiannya sekarang sudah ketahuan, dirinya berakhir dengan bermain ponsel saja disini. toh, kalau ia turun-pun ujungnya akan ketahuan kalau bolos dari kelas.

hyunsuk dan changbin juga sepertinya tidak masukㅡentah bolos atau apa, sedangkan mark sendiri sudah duduk manis di kelas dari tadi pagi. subin saja yang dengan tega meninggalkannya sendirian.

"bin, kalau ada pelajaran yang gak ngerti tanya gue coba," celetuk sejun.

"lo anak ipa, stupid."

sejun menghembuskan asap rokoknya, "ya tapi kan gue kakel lo, sama aja pelajarannya."

"shut up, bagaskara." subin menoyor kepala sejun, "your voice sounds annoying."

"kalau gue diem, lo gak ngomelin gue. omelan lo kan lucu."

"tapi gue gak suka bacotan lo."

sejun akhirnya tak bersuara, membiarkan subin bermain game online sembari telungkup di rooftop yang tidak terlalu bersih itu. diam-diam sejun menyunggingkan senyum tipis saat melihat subin yang fokus dengan layar ponsel di tangannya.

awalnya kedua anak adam itu saling diam, tapi lambat laun subin merasa risih. mulut sejun memang berhenti berbicara, namun tangannya kerap menggangu subin. memilin rambutnya, menepuk-nepuk pundaknya pelan, dan mengusap punggungnya konstan.

hingga yang paling menyebalkan, ketika yang lebih tua menumpukan dagunya di bahu subin. pemuda manis itu jadi kegelian lantaran napas sejun yang mengenai lehernya.

belum lagi bau rokok sejun, ugh, menyebalkan sekali.

subin menaruh ponselnya kasar sebelum duduk dan mendorong kepala sejun, "ganggu banget sih?!"

sejun yang merasa tak bersalah membalas, "gue kan diem, bin."

"ya gausah deket-deket, gausah pegang-pegang. ganggu, bangsat!" umpat si manis kesal.

yang lebih tua malah terhibur, "lucu banget." tangannya mengusap rambut subin lembut, "lo diem ajasih, gue kira oke. yaudah."

"mending lo jauh-jauh dari gue, jemput kak bia sana!" usir subin.

sejujurnya dia juga tidak tahu mengapa sejun mengintilinya seperti ini, bukannya bianca yang seharusnya dia ikuti?

"you say it by yourself, lo nggak suka gue sama bia. kok sekarang nyuruh gue ke bia?"

"it's because you disturb me, anjing."

sejun tertawa renyah, "oh jadi sekarang lo ngerestuin bia sama gue?"

bewitched by loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang