subin tersenyum simpul melihat hasil kerjanya. empat tugasnya telah berhasil ia selesaikan dalam kurun waktu tiga jam.
badannya mulai pegal karena duduk kursi cafe berjam-jam. untungnya, suasana tempat favoritnya ini terasa begitu nyaman. blueist cafe namanya. tempat yang tak terlalu besar namun tak juga kecil ini didominasi warna biru, seperti namanya yang berarti biru.
entah mungin karena faktor biru adalah warna favorit subin, sehingga akhirnya pemuda manis selalu betah membunuh waktu dengan bermain-main disini sejak dulu.
dua gelas choco hazelnut di hadapannya sudah ia tandaskan, hanya tersisa sepotong cheese pizza yang sudah dingin. subin merapikan mejanya, memasukkan laptop, buku, dan tempat pensil ke dalam tas ransel kesayangannya.
sekarang jam 5 sore, namun pemuda manis itu masih tak berniat pulang. ia akan melajutkan acara me time-nya, membeli ice cream di kedai sebelah, baru pulang.
tangannya tergerak untuk mengambil sepotong pizza yag tersisa, namun sebelum berhasil, ponselnya berdering. maka subin segera menerima kala tahu bahwa bianca-lah yang menelepon dirinya.
kira-kira ada apa ya?
"halo, kak," sapa subin.
terdengar helaan napas dari seberang sana, "maverick, bisa nggak kita kerjasama?"
"hah? context, please?"
"lo berantem sama sejun kan? mukul dia lagi? bahkan di sekolah?"
"oh." subin mencibir dalam hati, "dasar ngaduan."
"cuma oh? bin, tolong jangan gini. lo kenapa sih? lo kira gue seneng liat lo sama pacar gue ribut?"
"kita nggak ribut gede, kak. jangan lebay. dia cowok, sekali pukul nggak bakal bikin dia mati."
"jangan nggak sopan, bin."
"kak, listen. dia bilang nggak gue mukul kenapa?"
"nggak."
belum sempat subin membalas, matanya membelalak ketika seorang pemuda tanpa permisi duduk di hadapannya. sembari tersenyum kecil, mengambil satu potong pizza berharga yang tadinya ingin subin makan dan melahapnya nikmat.
"anjing," desis subin kesal. ia mematikan panggilan telepon dengan bianca secara sepihak, tidak peduli dengan respon sang sepupu nanti. ia menatap nyalang pemuda bertopi di depannya yang duduk dengan muka menyebalkannya.
yang ditatap menyengir, "laper gue, lo udah habis tiga potong kan? gausa maruk sih," ucapnya.
"gue nggak mau ribut di tempat umum, sejun." subin mendecak pelan, kesal karena pizza-nya habis begitu saja.
"panggil kak, dulu. i thik it would sound cute if you called me like that."
subin tertawa sinis, "lo mau gue panggil kak? cowok yang dipukul dikit ngadu ke pacarnya mau dipanggil kak? cih, mimpi."
bukannya tersinggung, sejun justru tertawa, "lo lucu banget kenapa sih?" dia mengacak surai subin gemas.
yang langsung dihadiahi injakan keras di kakinya.
"jangan sentuh-sentuh gue."
"yaudah gue sentuh bia aja," balas sejun santai.
subin sudah mengangkat tangannya, namun ia urungkan karena tidak mau membuat keributan di tempat umum. bisa-bisa ia didepak dari sini dan tidak bisa berlangganan lagi.
"bercanda, cantik. gak beneran, jangan gampang kebawa emosi gitu deh," kekeh sejun.
subin menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. suasana hatinya jadi buruk karena manusia satu di depannya ini, sial.
![](https://img.wattpad.com/cover/273878775-288-k617257.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
bewitched by love
Fanfiction"gue juga udah mulai jatuh cinta sama lo, kak." subin tahu, perasaan itu tidak seharusnya tumbuh. namun tanpa sadar, pesona sejun rupannya berhasil menyekap subin dalam belenggu cinta. membuat pikiran subin dikalahkan oleh hatinya sendiri. haruskah...