Happy Reading📚
Jam pulang telah tiba sekitar 10 menit yang lalu namun Natta masih menunggu seseorang, bukan para Abang barunya tapi ia sedang menunggu jemputan dari rumahnya, rumah yang di huni oleh orang yang tidak peduli dengan nya kecuali orang tuanya.
Assalamualaikum ya ahli kubur! ada telpon jawab dulu! bisa jadi kan itu tawaran buat lo bunuh diri, eh jangan ding entar beban neraka nambah lagi! ANGKAT TELPON ANJING!!
Natta menatap datar ponselnya dengan mulut sedikit terbuka, ia yakin ini pasti kerjaan dari ketiga teman laknatnya itu dan pasti mereka melakukannya saat ia meninggalkan ponselnya di kelas karena ia sedang pergi ke toilet.
Papa is calling
"Halo?" Natta mengangkat telepon dari Papanya itu
"Natta Papa tidak bisa jemput kamu, kamu bisa pulang sendiri kan?"
"Iya!" Natta memutar bola matanya malas lalu tanpa basa badi ia langsung mematikan sambungan teleponnya persetan dengan reaksi Papanya mau marah atau tidak Natta tidak peduli.
"Jalan gue ni? adeh~" karena sudah lumayan sore jadi tidak ada angkot atau kendaraan lain yang lewat maka dari itu Natta memutuskan untuk berjalan kaki saja lagi pula rumahnya tidaklah terlalu jauh.
Natta berjalan sambil mendengarkan musik dengan headphone nya, dari kejauhan ia melihat seperti ada sebuah keributan karena jiwa kepo dari seorang Natta sedang meronta-ronta akhirnya Natta berjalan mendekati kerumunan yang berada di dareah yang sepi itu.
Diam-diam ia mengamati keributan itu dari atas pohon.
Positive thinking aja mungkin dia lagi cosplay jadi monyet:)
Diem lu! /lempar sendal
Li/ meninggal
Natta membuka matanya lebar-lebar ternyata keributan itu berasal dari dua geng yang sedang tawuran, yang membuatnya terkejut adalah di sana ada empat kakak kelas yang mengangkatnya menjadi adik mereka tadi.
Natta tersenyum misterius, ia melepas headphone nya lalu mengalungkannya dan membiarkan headphone hitam yang memiliki lampu berwarna biru itu bertengger di lehernya.
Dan benar empat kakak kelas itu adalah Reno, Rimba, Afan, dan Rafa mereka pergi dari sekolah saat itu karena musuh mereka menantang untuk tawuran.
***
Reno dkk sudah sampai di tempat yang di tentukan untuk tawuran, geng yang menantang mereka bernama Athalaskar yang di pimpin oleh Arsenal Avrio Fernandi.
"Gue pikir kalian nggak akan dateng!" Reno menatap tajam Arsen dan kawan kawannya
"Nggak dateng? heh nggak mungkinlah!" Reno mengeluarkan smrik seramnya sedangkan Arsen ia menatap tajam Reno
"Ya kan bisa jadi kalo sekarang lo jadi pengecut!" Arsen menyunggingkan senyum sinisnya
"HEH BUAH TALAS! LO MAU APA LAGI SIH?" Rafa berteriak dengan suara yang keras kepada anggota geng Athalaskar
"DIEM LO BANGSAT!!" teriak salah satu anggota Athalaskar, Garga Fylan Arendra Hacker geng itu
"Sebenernya apa mau kalian itu hah?!" kesal Rimba kepada mereka pasalnya mereka tidak pernah berhenti untuk mencari masalah dengan Vangster
"Mau kita?" wakil geng Athalaskar, Valeron Dinan Afrian mendekatkan tubuhnya pada Rimba
"Mau kita lo semua HANCUR!!" Vale berteriak di akhir ucapannya
"WOI!" aksestensi mereka teralihkan kepada Gatra, Gatra Dylan Arendra kembaran Garga yang merupakan pengamat geng Athalaskar
"GUE PUNYA PANTUN!" Gatra berbeda dengan Garga, jika Garga adalah orang yang cuek dan emosian maka Gatra beda lagi ia adalah orang borok, gak tau situasi, dan hidupnya selalu di bawa santai
KAMU SEDANG MEMBACA
Quinnatta
Teen FictionQuinnatta gadis kecil yang bar-bar, ceria, periang, pemberani, bobrok, manis, humoris, dan kadang-kadang tidak jelas itu berada ditempat yang tidak seharusnya. Gadis berusia 13 tahun itu yang seharusnya berseragam putih biru harus menggunakan seraga...