Aku tidak pernah mengeluh tentang dunia yang begitu kejam. Pun tidak pernah menyuarakan tentang sesaknya takdir yang memuakkan. Tapi sepertinya aku butuh istirahat.
Bukan istirahat seperti cuti sehari dua hari dari rutinitas, bukan pula sekadar tidur siang yang nyenyak. Yang aku maksud adalah benar-benar istirahat dari seluruh hiruk pikuk keruhnya takdir dan segala bentuk berisiknya lolongan manusia. Jika aku meminta berpulang sekarang kepada Tuhan, apakah boleh?
Biar saja dunia ini tetap berjalan tanpa peranku. Melanjutkan episode berikutnya tanpa perlu menghadirkanku lagi. Toh, dialogku tidak pernah terdengar.
"Bun, Ji capek."
[][][]
"Jika saja waktu itu kamu mau lebih bersabar untuk mendengar semua, pasti tidak seperti ini akhir ceritanya, Ji.
Walau tidak bisa dilanjutkan secara bersama, setidaknya kita masih bisa saling menyapa. Walau tidak bisa mengobati satu sama lain, setidaknya tidak lagi muncul luka baru.
Ji, sekarang bagaimana? Semua terlanjur begini tanpa bisa diperbaiki. Bunda minta maaf."
the prologue has been released-! please stay tune for the next chapter-♡
-
-
-©I'm Home, Bunda
Introduce you, my beloved main character of this story-!
Park Jihoon aka Jibran Alkhusayn
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Home, Bunda
FanfictionAku dan rasa sesalku yang tak kunjung selesai. "I'm home, Bunda...."