O1

22 2 0
                                    

support me by giving ur vote-!
thank uu ^^

Bulan sudah bertengger sejak tadi, di temani langit gelap yang menandakan dengan jelas bahwa ini telah malam. Hewan-hewan juga turut berasahutan, meramaikan malam yang sepi--menuju sunyi ini.

Beberapa kali Jibran mendesis, merasakan gesekan angin dan kulitnya yang terasa lebih dingin dari malam-malam sebelumnya. Pun begitu, ia tetap mendudukkan dirinya di balkon kamar. Tidak mau berpindah ke dalam-- ke tempat yang lebih hangat.

Jibran melirik sekilas ke sisi kanannya. Dua sampah cup ramyeon serta tiga botol soda itu terlihat mengenaskan, tergeletak sembarangan. Kemudian ia mendecih, sedikit meratapi dirinya yang terlampau menyedihkan ini. Jika saja bukan karena sosok yang ia temui di toko depan sekolah tadi, tidak akan ia berakhir seperti ini.

"Kenapa justru ketemu sekarang?" eluhnya pelan.

Walau jujur, pertemuan itu termasuk salah satu wish list terbesarnya. Tapi jika mendadak seperti tadi? Hell, siapa yang bisa?

Tok tok tok

Lamunannya buyar ketika mendengar pintu kayu kamarnya di ketuk. Jibran reflek melihat jam,

23.14

Hei, semalam ini? Siapa yang bertamu ke kamarnya? Mengingat ia sedang sendirian di rumah kali ini.

Tanpa merasa curiga dengan hal yang bukan-bukan, Jibran melangkah santai ke arah pintu.

Bukan terkejut atau kaget, Jibran justru mendelik tidak suka.

"Kurang malem bertamunya," ucapnya sarkas pada sosok tidak di undang yang berdiri dengan percaya dirinya itu.

Tamu tidak di undang tadi mendengus, "Bunda yang nyuruh gue, jaga anak semata wayangnya yang manja ini."

"Dih?" Jibran mendelik tidak terima. Namun detik selanjutnya ia lebih dibuat melongo karena tamu tadi langsung menyeruak masuk kamar. Melempar dirinya-- serta guling yang sejak datang ia peluk-- ke kasur.

Jibran menyusul, berdiri di sisi kasur seraya melipat kedua tangannya angkuh, "Sen, Bunda nyuruh gimana?"

"Nih, baca aja sendiri." Arsen, panggilan akrab tamu tidak di undang tadi, menyerahkan handphonenya yang sudah menunjukkan roomchat antara ia dan Bunda Jibran.

Arsena Pratama, atau yang kerap dipanggil Arsen ini adalah tetangga sekaligus teman Jibran dari orok. Segala bentuk pertengkaran, adu mulut sampa deeptalk pun sudah sering mereka lakukan.

Dan untuk hal inap-menginap seperti ini, sudah lewat dari kata sering. Jadi Jibran sudah tidak kaget lagi jika tiba-tiba Arsen mengetok dan menyelonong masuk ke kamarnya. Toh, dia juga hafal sandi rumahnya.

Jibran mengembalikan gawai Arsen, sudah selesai membaca chatnya. Benar jika Bundanya lah yang menyuruh Arsen menginap malam ini. Karena lagi-lagi, Bunda disibukkan oleh hal kantor. Alasan konyol yang harus ia terima sejak masa SMP.

"Bunda tadi udah otw pulang, tiba-tiba kantor cabang yang di Thailand ada masalah. Jadi langsung take off kesana," jelas Arsen yang sudah mengubah posisinya menjadi duduk.

I'm Home, BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang