Happy for hear that u are still waiting this awkward storyyy
Enjoyy-!^^Aneh.
Padahal bukan malam minggu, tapi kenapa jalanan dan tempat-tempat nongkrong ramai sekali?
Sama halnya alun-alun, yang menjadi destinasi Arsen dan Alin, malam ini padat dengan pengunjung. Ya, Arsen memenuhi janjinya dengan menjemput Alin selepas kelas selesai. Dan kini mengajaknya mengitari alun-alun.
"Lo tunggu sini, biar gue yang antri beli itu," ujar Arsen menunjuk sebuah bangku panjang di sudut taman.
Alin hanya mengangguk. Kakinya melangkah ringan menuju bangku yang ditunjuk tadi. Sedangkan Arsen sudah beranjak menuju akang bakso yang dipesan Alin.
"Buset orang-orang pacaran disini?" Monolog Alin ketika manik matanya menangkap banyak sekali pasangan disini.
"Ewh, itu baju warnanya nggak match sama sekali,"
"Dih dih, anjingnya gemoy banget. Beda konsep sama yang punya, ya,"
"Kaca mata item? Kece sih kece Bang, tapi ini udah malem,"
Terus saja Alin bermonolog, mengomentari apapun yang dia lihat. Mulut ceplas-ceplos nya itu memang tidak terkontrol jika sudah dihadapkan dengan tempat umum seperti ini.
Menunggu Arsen yang lumayan lama, membuat Alin memutuskan untuk membuka handphone. Senyumnya sedikit terangkat melihat notifikasi dari Jibran.
Ya, entah takdir bagaimana, ternyata selama ini Jibran dan Alin memiliki kelas tambahan yang sama. Mungkin karena Jibran yang sering menggunakan masker dan duduk di belakang, membuat Alin tidak memerhatikannya.
Sepakat untuk menjadi partner kerja kelompok untuk tugas selanjutnya, membuat dua insan itu akhirnya memilih untuk saling bertukar nomor whatsapp.
Kak Ji : Ini link yang dari Mister, lo slide dua nya aja. Pembukaan, slide satu sama penutupan biar gue.
Waw, partner idaman.
Dimana lagi bertemu dengan orang yang mau banyak bekerja seperti ini? Alin buru-buru membalas pesan itu, keburu pelakunya berubah pikiran.
Alin : Okyy dokeyy, ntar kalo udah kita kumpul buat ngerjainnya? Atau mau dikerjain sama Kak Ji sendiri? Hehe :>
Tidak langsung dibalas, padahal posisinya online. Dengan sedikit berdecak kesal, ia keluar dari roomchat itu. Bergulir pada laman story teman-temannya.
"Antriannya kayak beli sembako pas mau lebaran. Suer, rame banget!"
Tanpa menoleh pun, Alin sudah tahu bahwa kalimat itu terlontar dari Arsen. Dengan mata yang masih tertuju pada layar handphonenya, Alin berujar, "kalo rame berarti baksonya emang enak."
"Terima dulu, kek. Dipersilahkan duduk, kek. Dikasih minum, kek."
Alin mengangkat sebelah alisnya. Mendengar kalimat yang diucap Arsen dengan nada kesal membuatnya mengulum bibir, menahan tawa.
"Iya, sini duduk. Capek banget ya, Kak? Mau dipijetin?" Tawar Alin dengan nada super lembutnya.
Dengan muka sok ngambeknya, Arsen duduk di sebelah Alin. Ia mulai memakan jajanannya, mendahului Alin yang kini sibuk lagi dengan handphonenya.
"Lo ngeliatin apa sih, Lin?"
Alin tersentak, kemudian mengerucutkan bibirnya. "Chat gue belum dibales, Kak Ji emang slow respon gitu ya orangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Home, Bunda
FanfictionAku dan rasa sesalku yang tak kunjung selesai. "I'm home, Bunda...."