WAH KABAR BAIK! Maria setuju untuk datang ke rumahku. Senangnya hati ini begitu ia menyetujui ajakanku dengan wajah berbinar. Kapan lagi aku akan mengundang idolaku ke rumahku? Huhu, bagaikan mimpi.
Ibu pun menyetujuinya karena berfikir aku terlalu kesepian bermain sendirian di rumah. Walau ada Ashiel, anak laki-laki itu sekarang sedang disibukkan dengan jadwal belajar yang kian menumpuk. Aku bahkan menderita pusing begitu melihat tumpukan buku tebal tersusun rapi di mejanya. Resiko menjadi Putra Mahkota, bahkan disaat ia bersembunyi pun, tidak ada alasan untuk tidak menuntut ilmu.
"Elda, kamu tidak berhenti tersenyum"
"Oh benarkah?" Aku menatap Ashiel dengan wajah sumringah.
Sekarang ini, hatiku dipenuhi oleh rasa bahagia yang membuncah. Aku sudah tiba di rumah sejak dua jam lalu dan sekarang sedang menikmati camilan yang kubeli di rumah kaca bersama Ashiel. Anak itu baru saja kembali dari kelas berpedang.
"Apa sesuatu yang menyenangkan telah terjadi?" Ashiel meminum cokelat panas sembari memasang senyum tipis.
Putra Mahkota kita sering tersenyum sekarang. Syukurlah, setidaknya wajahnya tidak sedatar papan triplek yang dulu pernah aku elu-elukan.
"Ya! Ciello, aku bertemu teman yang baik" aku menceritakannya dengan suara penuh antusias.
"Teman?" Keningnya berkerut hingga alisnya bertaut. Entah mengapa wajahnya mendadak berubah menjadi gelap.
Apa? Aku bahkan tidak merasa telah melakukan kesalahan.
Lupakan saja. Hatiku masih dipenuhi oleh kebahagiaan karena berhasil mengajak Maria datang. Bukankah akan menguntungkan bagiku jika kami bisa berteman baik? Hohoho.
"Ya! Dia baik sekali. Ciello pasti akan langsung menyukainya jika kalian bertemu!"
Itu pasti. Maria adalah belahan jiwa Ashiel. Takdirnya!
"Huh? Mengapa aku harus menyukainya? Tidak masuk akal" Ashiel berkata ketus. Wajahnya merengut menunjukkan kekesalan yang nyata.
"Apa maksudmu tidak masuk akal? Tentu saja itu masuk akal" Aku membalasnya sengit.
Apa-apaan dia ini?
"Maria itu cantik, baik hati! Sungguhan!" Aku dengan senang hati mempromosikan kecantikan Maria yang tiada tara.
Sebagai penggemar Maria Euna. Aku tidak terima jika ia menjadi bahan hinaan Ashiel. Cuih, dia akan tahu rasa jika bertemu Maria. Saat mereka sudah dewasa dan jatuh cinta, aku akan meledek Ashiel hingga membuatnya malu. Pesona Maria itu tidak ada tandingannya!
"Maria? Dia perempuan?"
Apakah aku belum memberitahunya bahwa temanku itu perempuan?
"Tentu saja dia perempuan. Kau pikir siapa anak laki-laki yang sudi diberi nama Maria?"
Entah apa yang membuat Ashiel senang, Anak laki-laki itu tiba-tiba mengangkat ujung bibirnya, tersenyum kecil hingga membuatku bertanya-tanya. "Baguslah"
Baguslah? Apa maksud dari kata yang ia ucapkan itu?
"Kamu tak perlu teman laki-laki. Bergaul dengan anak laki-laki itu tidak cocok untukmu. Lebih baik berteman saja dengan anak perempuan" Ashiel kembali meminum susu cokelatnya setelah mengatakan itu dengan wajah puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why is the Male Lead in My Home?
FantasyIa terlahir kembali sebagai penjahat wanita yang sakit di sebuah Novel. Belle Femme. Bercerita tentang Maria Euna seorang Putri Viscount yang bertemu Putra Mahkota, Ashiel Lumiere dé Helios yang menghindari pembunuhan yang di dalangi oleh Ratu atas...