Bagian Empat Puluh Lima : Happy Birthday

1.9K 355 22
                                    

"Elda!" Maria yang muncul dari balik pintu lantas berteriak begitu melihatku di atas ranjang. Ia lantas berlari dan segera memelukku erat. "Oh, betapa khawatirnya aku. Kamu tertidur lama sekali." Matanya berkaca-kaca dan suaranya bergetar.

Oh ya ampun, aku tampaknya memberikan banyak kekhawatiran dimana-mana. "Aku baik-baik saja sekarang, Maria. " kataku sembari tersenyum ceria. 

Ibu mengatakan bahwa selama aku pingsan Maria sering datang dan menangis. Terkadang ia datang ke kuil untuk berdoa bersama ibu, meminta agar aku segera bangun dari tidur panjang yang berlangsung selama dua minggu lebih. Demi Dewa pendiri Hyperion, aku tidak tahu bahwa berbicara bersama Kakak yang aku pikir sangat singkat berlangsung begitu lama. Apa itu dua minggu? Aku bahkan merasa bahwa pembicaraan itu hanya berlangsung selama satu jam. 

Barangkali aku baru merasakan perbedaan waktu antara dunia tempat keluargaku tinggal dan alam lain.

Maria mengusap matanya yang berair dengan tangan sebelum akhirnya mengeluarkan bola-bola cokelat yang ia simpan di dalam sebuah kantong kecil. Mataku lantas berbinar, mulutku sekejap dipenuhi oleh air liur. Oh temanku, ketahuilah bahwa ibu melarangku memakan sesuatu yang manis dan kurang sehat sekarang. Ibu berkata bahwa aku harus memakan makanan dengan gizi yang bagus agar tubuhku segera pulih. Tapi tuan dan nona-nona sekalian, ketahuilah bahwa memakan sayur itu membuatku bosan.

Maksudku, bukankah sayuran hijau itu tidak enak? Yah, aku tahu bahwa selera orang itu berbeda-beda. Tapi bagiku, sayuran adalah sebuah kutukan. Lagipula aku masih kecil, bukankah hal yang wajar bila aku tidak menyukai kol dan kawan-kawannya?

"Elda, aku tahu bahwa kamu bosan dengan sayuran memuakkan itu, jadi aku membawakan ini untukmu." Kepala Maria beberapakali menoleh ke arah pintu dengan mata waspada. Tampaknya ia sedang bersiaga apabila Sella ataupun orang lain datang ke kamar dan mempergokinya memberiku cokelat yang dengan sangat jelas dilarang oleh Duchess. 

Oh apa salahnya? Ini hanya sekadar Cokelat, bukan narkoba. Barangkali aku harus merengek kepada Ayah agar membujuk ibu untuk membatalkan larangannya. Lagipula, bukankah aku baru saja sadar dari tidur panjangku? Aku tahu Ibu melakukan ini demi kebaikanku, tapi sejujurnya ini menyiksaku. Tubuhku yang selama dua minggu ini terbaring tanpa memakan apapun sedang merengek meminta asupan permen dan kawan-kawannya!

"Aku membawa ini tanpa sepengetahuan Duchess. Jadi, cepat makan sebelum orang lain datang." Maria dengan senyuman merekah berbicara demikian padaku.

Mataku lantas berkaca-kaca. Aku merasa melihat imajiner sepasang sayap putih di tubuh Maria sekarang. Dia benar-benar seorang malaikat. Sungguh berhati lembut. Betapa beruntungnya Ashiel di kehidupan lalu yang berhasil menjadikan Maria sebagai pasangan hidupnya.

"Maria benar-benar penyelamatku!" Aku dengan senang hati memeluk Maria dengan rasa haru sebelum akhirnya memakan cokelat itu dengan penuh suka cita.

"Ekhem. Well, ini bukanlah apa-apa. Lain kali aku akan membawakanmu Kue edisi terbaru dari toko Mr.Broom. Aku dengar mereka akan menjualnya lusa nanti." Maria berdehem, mengatakan hal-hal yang menggembirakan hatiku yang sempat murung begitu melihat sepiring penuh sayuran di meja pagi tadi. "Jadi, jangan khawatir, aku akan selalu menjadi penyelamatmu!"

Maria berkata dengan suara riang. Semburat merah muncul dipipinya entah karena apa. Yah, itu tidak begitu penting sekarang. Jika Maria datang dengan segudang manisan, aku tidak akan menderita lagi dengan setumpuk sayuran yang hambar. Itu artinya, perut dan lidahku akan terselamatkan!

"Oh, Maria. bolehkah aku memelukmu sekali lagi." Aku melirik tanganku yang dipenuhi oleh lumuran cokelat. Aku ingin memeluknya, tentu saja. Naasnya, tanganku dipenuhi oleh lumuran cokelat yang bisa membuat gaun Maria yang cantik kotor.

Why is the Male Lead in My Home?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang