Louis sedang mengamati Griselda yang tertidur kala ia merasakan sebuah mana familiar mendekat. Mana dari seseorang yang ia anggap sebagai orang jahat. Setidaknya selama ia berada di rumah Ayveen, Louis menganggapnya demikian.
Kucing itu segera berlari menemui Ashiel setelah susah payah membuka pintu kamar Griselda yang tertutup. Sama seperti dirinya yang tidak bisa tidur di tengah malam, Ashiel pun sama. Anak laki-laki berdiri di dekat jendela seolah sedang mengaktifkan radar waspada.
"Sudah kuduga kamu akan datang" Ashiel sudah memprediksi kedatangan Louis semenjak mana dengan elemen petir itu mendekat.
"Dia masih jauh. Tapi, auranya bahkan sudah sampai disini. Dasar makhluk Mengerikan"
Louis melompat, berdiri di atas meja dekat Ashiel berdiri dan melihat ke arah langit nan jauh. Agaknya mengira-ngira kedatangan sang marabahaya.
"Durhaka, orang yang kamu anggap Makhluk mengerikan adalah gurumu, Louis" Ashiel mengoreksi, seringai tipis muncul di wajahnya yang selalu Louis anggap buruk rupa.
Layef Kalaer telah kembali dari Benua Timur. Itu berarti, keselamatan Griselda sedang dipertaruhkan. Dalang dibalik operasi Menara Penyihir untuk menjadikan Griselda sebagai Objek penelitian telah menunjukkan eksistensinya setelah pergi melakukan ekspedisi di Benua Timur.
Bagi mereka, Layef adalah sosok yang mengerikan. Kekuatan sihirnya bukan main kuatnya. Jika mereka melawannya sekarang, hanya kematian yang akan datang, sebab laki-laki itu tak pandang umur jika sudah melancarkan serangan. Tak peduli jika Ashiel adalah Putra mahkota, maupun Louis sang ahli warisnya.
"Dia juga gurumu, ingat?" Louis menatap gemilang langit yang ditaburi oleh cahaya bintang, ekornya bergerak, melambai-lambai mengikuti gerak angin. "Hubungan Murid dan Guru tidak bisa diputuskan" lanjutnya.
Ashiel memilih abai menjawab pertanyaan Louis. Ada sesuatu yang lebih penting dan ia tidak bisa begitu saja berdiam diri dan mengabaikan bahaya yang mungkin saja akan terjadi. "Jika Sir Layef menyerang kadipaten, aku tak yakin pelindung mana ini akan cukup kuat menahannya"
"Bagaimana kamu akan mencegah itu terjadi?"
Louis yakin bahwa Ashiel akan mencoba melindungi Griselda. Bahkan jika bukan karena Ashiel menyukai anak perempuan itu, ia yakin Ashiel pasti tetap akan melindungi Griselda sebab hutang budinya terhadap keluarga Ayveen. Mau seperti apapun, ia akan mencegah kehancuran Ayveen ditangan Layef.
"Jika mana pelindung tidak bisa menahannya. Maka mungkin mana-ku bisa menahannya" Ashiel menatap kedua telapak tangannya. Agaknya, anak laki-laki itu sedang menerawang seberapa besar kekuatannya mampu menahan amukan petir sang guru.
Sementara itu, Louis yang mendengar kata-kata Ashiel melebarkan matanya seolah apa yang dikatakan Ashiel adalah sesuatu di luar nalar. "Kamu gila?!" Kucing itu menatap Ashiel tajam. Louis harap apa yang dikatakan Ashiel hanyalah ilusi belaka.
"Aku tidak akan memakai sihir cahaya"
"Aku tahu itu" Bukan itu yang Louis khawatirkan.
Sihir cahaya Ashiel mungkin bisa menandingi kekuatan Layef. Tapi Ashiel tidak bisa menggunakannya karena Ratu akan mengetahui keberadaannya lebih cepat. Jadi, ia tak bisa melakukan apapun selain menahan hasrat ingin menggunakan sihir itu secepatnya. Lagipula, Ashiel belum bisa mengontrol mana Cahaya dengan sempurna, alih-alih melindungi, tidak ada yang tidak mungkin jika akhirnya ia akan terjerumus ke dalam kekuatan itu sendiri.
Tetapi, beda cerita jika ia menggunakan sihir Api. Ia bisa mengontrol mana tersebut, dan Ratu tidak mungkin bisa mengetahui hal itu karena mana api tidak seperti mana cahaya yang merupakan elemen keturunan Keluarga Kekaisaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why is the Male Lead in My Home?
FantasíaIa terlahir kembali sebagai penjahat wanita yang sakit di sebuah Novel. Belle Femme. Bercerita tentang Maria Euna seorang Putri Viscount yang bertemu Putra Mahkota, Ashiel Lumiere dé Helios yang menghindari pembunuhan yang di dalangi oleh Ratu atas...