1

33 2 0
                                    

Fathiya bergegas pergi ke kampusnya di daerah Jakarta Selatan untuk menyambut kepulangan Alik-sahabatnya dari kegiatan KKN di Bandung selama 1 bulan lamanya. Sebagai sahabat yang baik Fathiya akan memulai penyambutannya dengan menanyakan hal basa-basi seperti bagaimana projek KKN Alik, berhasil kah? Atau justru Alik malah main-main di sana dan tidak benar-benar serius untuk menyelesaikan studinya.

Hal wajib selanjutnya yang akan dilakukan Fathiya adalah menagih oleh-oleh yang dijanjikan Alik dari kota kembang itu.

Mata Fathiya berbinar ketika sosok yang dicarinya telah ditemukan. Alik sang cowok berandal nan pemalas itu tampak sedang duduk tenang sambil memegang sebuah buku kecil di tangan kanannya. Tanpa pikir panjang, Fathiya si gadis bercelana jeans dipadu dengan manset hitam dan vest rajut warna maroon itu menghampiri Alik dan berniat untuk menyabet pundak Alik sebagai salam pertemuan mereka. Salam persahabatan mereka sejak jaman SMA.

Tapi sebelum Fathiya menjalankan aksinya, Alik sudah lebih dulu menyadari kehadiran Fathiya dan langsung menghindari pukulan sahabatnya itu.

"Ah sial ketauan lagi," keluh Fathiya sembari menyenggol pundak Alik. Tapi sayang, Alik berhasil menghindar lagi.

"Yaelah Lik, gue nggak ada mau mukul lo kali, ngehindar mulu," protes Fathiya yang lagi-lagi berusaha meraih tangan Alik. Sebuah kegiatan yang biasa mereka lakukan sebagai sepasang sahabat dekat.

Dan lagi-lagi Alik kembali menghindar, "Maaf bukan muhrim," ujar Alik singkat.

Sontak kata-kata Alik sang berandal itu membuat Fathiya terbahak bukan main. Gadis dengan rambut lurus dikuncir itu mentertawakan Alik dengan puasnya sampai ia melirik Alik tidak berekspresi apapun, dan Fathiya sadar kalau kali ini Alik sedang tidak bercanda.

"Lik lu serius ngomong kayak tadi?" Tanya Fathiya memastikan.

Belum sempat Alik menjawab Fathiya melanjutkan, "Wait wait, gue kira ini buku kumpulan sms romantis, atau buku tips n trick menaklukan cewek," tunjuk Fathiya ke arah benda yang dipegang Alik.

"Lo baca Quran?" Tanya Fathiya terheran-heran.

Tidak cukup sampai di situ, yang membuat Fathiya merasa takjub lagi adalah penampilan Alik yang kini terlihat lebih rapi dengan kemeja dan celana bahan.

"Lo kesurupan Lik abis KKN? Apa jangan-jangan tempat KKN lo itu di desa Penari ya? O-em-ji Lik... sumpah deh lu harus rukyah inimah!" cerocos Fathiya histeris. "Lik Lo mau ke tempat temen mama gue yang cenayang, dia bisa kalo...."

"Aku hijrah Fath," potong Alik sebelum Fathiya ngelantur lebih jauh.

Sumpah! Mendengar ini Fathiya bukan lagi sekedar kaget atau heran, tapi rasanya mau pingsan. Alik si berandal hijrah! Sebuah kemustahilan dan keniscayaan macam apa yang baru saja di dengarnya ini, batin Fathiya.

KCI 2. (Bukan) Teman HidupWhere stories live. Discover now