11

15 1 0
                                    

Setelah mendapatkan nasihat dari pak Sutoyo, hati Fathiya menjadi lebih lembut, egonya sedikit berkurang.

Menghubungi Mia, Fathiya berniat untuk datang ke acara kajian besok sore.

Mia : Hi Mia. Ini gue Fathiya. Sorry ganggu malem-malem. Besok gue akan datang kajian. Ketemu di sana ya. Tapi tolong jangan sampai Alik tahu gue datang. See you.

Entah kenapa Fathiya tidak menginginkan Alik mengetahui kedatangannya. Fathiya hanya merasa malu. Gengsi jika Alik nanti malah menertawakannya.

Sesampainya di masjid, Fathiya merutuki kebodohannya karena tidak mengenakan pakaian yang umum dipakai untuk datang ke kajian keislaman. Tidak bertutupkan kerudung, Fathiya malah menjadi pusat perhatian banyak pasang mata. Untung saja Fathiya segera bertemu dengan Mia. Cewek itu langsung menutupi rambut Fathiya yang terekspose dengan kain segi empat yang entah didapatkan dari mana.

Mia bisa menemani Fathiya beberapa saat di barisan jamaah cewek karena tugasnya sebagai seksi konsumsi tidak mengharuskannya mondar mandir sebagaimana seksi acara atau dokumentasi. Setelah menyajikan makanan untuk penceramah dan peserta, Mia bisa duduk di barisan peserta sambil mendegarkan ustad Hanan Attaki menyampaikan materinya.

Ceramah ustad Hanan Attaki telah berlangsung selama 10 menit namun Fathiya seakan tidak ada di situ. Pikirannya terus memikirkan Alik dan matanya menelusur ke setiap sudut mesjid mencari keberadaan cowok itu.

Dapat. Dari dalam masjid Fathiya melihat Alik sedang membawa papan jalan dan beberapa lembar kertas di bawahnya. Kalau dilihat dari gerak-geriknya sepertinya Alik merupakan salah satu panitia dari seksi acara.

Fathiya menutupi setengah wajahnya dengan kerudungnya, jaga-jaga bila Alik mendapati keberadaannya di sana.

"Kak bentar ya. Mia ke belakang dulu ambil tambahan makanan buat peserta," ujar Mia menginterupsi dan direspon dengan mimik kegugupan dari Fathiya. "Oh iya iya Mi."

Fathiya berusaha menormalkan ekspresinya.

Setelah kepergian Mia, Fathiya mendapati Alik sedang bicara dengan seorng perempuan berkerudung maroon. Dari samping Fathiya tidak kenal siapa cewek itu, tapi setelah dilihat-lihat, cewek yang sedang bersama Alik mirip Rania.

Ya. Fathiya yakin itu adalah Rania. Cewek berkerudung panjang yang kemarin datang ke rumahnya bersama Alik dan Mia.

Akrab. Kata itu terbesit pertama kali saat melihat Alik dan Rania. Mereka sedang ngobrol namun Rania terlihat selalu menunduk dan sesekali mencuri pandang kepada Alik. Sementara itu Alik melihat lurus ke depan, meski tidak menatap Rania secara langsung, tapi beberapa kali cowok itu melemparkan senyum pada lawan bicaranya.

Sikap Alik  yang meneduhkan seperti sekarang bukannya membuat Fathiya bangga pernah menjadi bagian terdekat dari Alik, justu membuat Fathiya tidak senang. Tidak senang karena sejak Alik hijrah, bukan Fathiya orang yang membuat Alik tersenyum setulus itu. Malah kemarin-kemarin Alik selalu membuatnya kesal.

Fathiya tidak suka Alik dekat dengan cewek lain. Fathiya mau jadi satu-satunya cewek yang Alik butuhkan, alasannya untuk selalu tersenyum. Bukan orang lain yang baru dikenalnya.

Cemburu? Ucap Fathiya dalam hati mempertanyakan perasaannya.

Mungkin saja. Tapi cemburu tidak selalu tanda cinta. Fathiya hanya diselimuti ketakutan akan kehilangan sahabat terbaiknya.

KCI 2. (Bukan) Teman HidupWhere stories live. Discover now