3

17 1 0
                                    

"Janganlah seorang laki-laki berkhalwat atau menyendiri dengan seorang wanita kacuali jika bersama dengan mahram sang wanita tersebut, Hadist Riwayat Al-Bukhari dan Muslim," ujar laki-laki mantan berandal di mata Fathiya.

Alik bicara perihal agama di dalam kosannya dan Fathiya berada di luar. Ya mereka mengobrol dibatasi oleh jendela yang setengah terbuka.

"Lik sumpah deh lo nggak asik sekarang. Gue ini sahabat lo, masa gue nggak boleh masuk ke kosan lo. Biasanya juga gue tidur-tiduran sampe ketiduran di kosan lo. Kan pintunya juga dibuka. Lagian kita ini tetangaan, orang-orang juga tau lo nggak akan macem-macem sama gue," ujar Fathiya tak santai.

"Nggak baik cewek bertamu ke kosan cowok Fath. Dan mulai sekarang aku nggak izinin kamu buat masuk ke kosan aku lagi. Khawatir ada fitnah Fath."

"Duuuh lu apaan sih, sekarang ngomong pake aku kamu lagi. Jijik gue dengernya. Please lah Lik balik lagi kayak kita yang dulu. Kalau gue ada perlu gimana? Kalau gue mau ngomong sama lo gimana? Masa kita ngobrol kayak gini. Di jendela."

"Kalau ada perlu biar aku yang ke rumah kamu, setidaknya ada om dan tante jadi nggak muncul fitnah."

"Tuh kan lo aneh lagi. Biasanya manggil orangtua gue juga mama papa. Kanapa sih lo Liiiik," cecar Fathiya mulai geram.

"Maaf Fath kamu sebaiknya pulang!"

"Yaudah ayo ke rumah gue! Ada yang perlu gue omongin. Penting!"

"Besok aku ke rumahmu sebelum kamu berangkat kerja."

"Ck. Sekalian numpang sarapan rumah gue kan? Kalo itu lo nggak berubah," sindir Fathiya.

"Eng itu enggak ko," jawab Alik tiba-tiba panik.

"Yaelah kenapa jadi canggung gitu sih, udah biasa kali lo ngabisin nasi rumah gue," ujar Fathiya, "besok lo kuliah pagi kan? Sekalian anterin gue ke kantor!"

Baru saja Alik membuka mulutnya, Fathiya sudah bicara lagi, "kalau yang ini lo nggak boleh nolak. DAAAH!" putus Fathiya selanjutnya meluncur pergi ke rumahnya.

KCI 2. (Bukan) Teman HidupWhere stories live. Discover now