BAB 6

2.1K 235 30
                                    

Tidak ada balasan, tidak pula terbaca, sebenarnya ini adalah hal biasa, tapi tetap saja sesuatu yang dirasakan hatinya terasa sesak.

Renjun hanya menghela nafas, dia melihat beberapa teman dikelasnya menghilang dibalik pintu keluar, teman yang mengajaknya hanya dibalas dengan senyuman, sekali lagi dia memang harus perlu sendiri.

Dia kembali menatap ponselnya, tapi pesannya tidak terbaca.

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghubunginya, hanya saja beberapa kali dia mencoba, pria yang dihubungi olehnya tidak mengangkatnya.

Sampai akhirnya dia mengangkat tubuhnya, membawa ponselnya dan keluar dari kelasnya untuk menuju lantai dua dimana seseorang yang dihubungi berada.

Dia melewati beberapa orang yang menyapanya, hanya saja dia terlalu enggan untuk membalas.

Renjun tidaklah sebaik itu untuk membalas semua sapaan seseorang yang tidak dikenalnya.

Kepalanya sedikit terangkat, tingkat kepercayaan diri yang tinggi tanpa harus memandang seseorang yang menatapnya dan mencoba untuk tersenyum dan meminta sedikit perhatian darinya.

"Apa kau melihat Jeno? " Renjun bertanya pada seorang pria yang pernah dilihatnya bersama Jeno.

Pria itu terdiam sesaat hingga akhirnya menunjuk kelasnya tanpa mampu untuk berbicara.

Tidak tersenyum, Renjun hanya mengangguk dan kemudian menuju dimana Jeno berada, meninggalkan seorang pria yang kini sedang menyentuh dadanya.

'Renjun terlalu cantik' pikirnya.

Langkah Renjun terhenti, dia mendengar suara dan tawa Jeno dari luar, pria itu terlihat bahagia membicarakan sesuatu hal tentang temannya yang berkali-kali mendapat penolakan Cinta.

Renjun menghentikan langkahnya, melihat lewat jendela wajah tampan Jeno ketika tertawa bahagia hingga mata itu hampir saja tertutup dan membentuk bulan sabit.

Wajah Jeno terlihat sedikit memerah akibat terlalu banyak tertawa, dan Renjun tidak bisa untuk tidak memalingkan wajah dari pria yang sejak dulu dikaguminya.

Sampai akhirnya Jeno melihat kedatangannya, dan pria itu langsung menghentikan tawanya.

"Sebentar, kalian lanjutkan lah"

Teman-teman Jeno menatap arah kemana Jeno pergi, mereka merasa sedikit terkejut setelah melihat kemana arah Jeno melangkah.

'Itu Renjun?' pikir mereka.

Jeno berhenti didepan Renjun, Renjun masih berdiri di jendela hingga membuat teman-teman Jeno bisa melihat pertemuan mereka, meski kemungkinan tidak bisa mendengar percakapan mereka, karena terhalang kaca.

"Ada apa?"

"Aku mengirim pesan pada mu"

"Ponselku tertinggal di loker"

Renjun mengangguk, hatinya sedikit lega karena alasan Jeno 'setidaknya Jeno tidak mengabaikan pesan dan panggilan darinya karena sengaja'

"Mama menginginkan kita menjemputnya dibandara dan mama sudah meminta ijin kepada kepala sekolah"

"Kapan? "

"Sekarang"

Jeno mengangguk, dia memang tidak terlalu menyukai Renjun, tapi dia menyayangi dan menghormati kedua orang tua gadis yang menjadi tunangannya itu.

"Tunggu aku diparkiran"

"Baiklah" Renjun pergi setelahnya untuk mengambil tas yang ditinggalnya dikelas dan kemudian ke parkiran sesuai arahan Jeno.

GIFT (NOREN VER.) END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang