Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum temen-temen semuanya.
Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat walafiat, ya. Aamiin
Sebelumnya terimakasih sudah berkunjung❣️
Author ucapkan selamat datang di Senandung Do'a : Anisa & Husein.
Jangan lupa klik gambar bintangnya, sebagai dukungan buat Author❣️~Happy Reading ~
•
•
•
"Jadi, karena itu. Kita harus segera mengatur jadwal pernikahan," kata Om Reza, aku langsung menatap pria setengah baya itu yang saat ini sedang tersenyum."S-siapa yang akan menikah, Om?" walau terbata, aku masih mempertanyakan kejelasan tentang ucapannya barusan.
"Tentu saja kalian berdua, Sayang. Husein dan Nisa." Sekarang tatapanku jatuh pada Tante Irma. Apa-apaan ini, kenapa harus menikah?
"Abi, Umma. Kalian tidak bilang pada Nisa tentang pernikahan ini, perjanjian kita di awal hanya sebatas menjodohkan. Kenapa sekarang harus menikah?" protesku pada Umma dan Abi. Memang terdengar tidak sopan, tapi untuk saat ini aku tidak ingin mementingkan itu. Aku hanya ingin meminta kejelasan dari mereka berdua.
"Apa salahnya, Sayang? Toh berjodoh untuk menikah. Terlebih menikah itu 'kan untuk menyempurnakan separuh agama, juga agar kalian terjauhkan dari zina," ujar Abi dengan gamblang.
"Nisa tahu betul Abi, tapi apa Abi lupa kalau kita berdua ini masih sekolah? Bagaimana bisa kalian menikahkan kami, kalau sampai sekolah tahu Aku dan Husein pasti akan dikeluarkan."
"Oleh karena itu, jangan biarkan ada yang tau. Kakek ini udah tua, kematian bisa terjadi kapan saja. Sebelum ajal menjemput, Kakek hanya ingin memastikan sendiri kalau kalian sudah menikah." Kakek Danu menjadi penengah antara aku dan Abi, kenapa harus membawa-bawa ajal? Jika sudah seperti ini aku bingung harus jawab seperti apa lagi.
"Tapi Kakek, Husein saja masih sekolah. Lalu bagaimana dia akan memberi Nisa nafkah? Bukankah tugas seorang suami itu memberi nafkah istrinya?" tidak habis akal, kali ini aku memberi alasan dengan menggunakan nama Husein. Sedangkan yang punya nama dia tidak mengeluarkan sepatah katapun dari tadi.
"Kamu tenang aja, Nis. 4 tahun yang lalu, Kakek sudah mewariskan butik kepada Husein seutuhnya, dan sejak saat itu juga dia sendiri yang mulai mengelolanya. Walaupun masih dibantu sedikit-sedikit oleh Irma dan Reza," jelas Kakek Danu. Sejauh mana sebenarnya mereka merencanakan pernikahan ini? Semuanya sudah terdengar begitu siap.
"Jadi Nak Husein, bagaimana? Kamu sudah yakin dan sedia menikah dengan, Nisa? Menjadi seorang imam dan membimbing anak Om kejalan yang di ridhoi oleh Allah?" tanya Abi pada Husein. Seharusnya Abi bertanya padaku, jelas jawabannya tidak siap. Mataku terfokus pada pemuda yang sekarang sedang bertatapan dengan Abi, sembari meremat ujung jilbab aku berharap kali ini Husein berada dipihakku.
"Karena menikah untuk menyempurnakan separuh agama, terlebih ini juga amanah dari kakek Bilal, In shaa Allah Husein siap dan bersedia untuk meminang Anisa, membimbing dan menjadi imam yang baik untuk dia." Husein berkata dengan begitu lantang seperti tidak ada beban sedikitpun dalam ucapannya. Aku menghela nafas panjang, memang tidak seharusnya menaruh harapan pada pemuda itu. Padahal menikah di usia yang genap 17 tahun tidak pernah sedikitpun masuk kedalam list hidupku.
"Alhamdulillah, kalo gitu sudah diputuskan. Pernikahan kalian akan diselenggarakan 1 bulan lagi."
Hah! 1 bulan lagi? Ya Allah, aku tidak tahu mengapa ini semua bisa terjadi. Walau tidak sesuai dengan keinginanku, aku yakin skenariomu akan jauh lebih indah dibandingkan rencanaku, suaraku dalam batin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Doa : Anisa & Husein
Teen Fiction~Revisi setelah tamat || Follow sebelum baca~ [ON GOING] Pernikahan yang terjadi karena perjodohan. Menikah di masa SMA. Membangun rumah tangga dengan orang yang bahkan aku enggan berurusan dengannya. Semuanya yang tidak pernah aku harapkan terjadi...