BAB 16 || Apa Benar Itu, Husein?

126 8 8
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum temen-temen semuanya.
Gimana nih kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat walafiat, ya. Aamiin
Sebelumnya terimakasih sudah berkunjung❣️
Author ucapkan selamat datang di Senandung Do'a : Anisa & Husein.
Jangan lupa klik gambar bintangnya, sebagai dukungan buat Author❣️

~Happy Reading ~


Pagi itu setelah menyampaikan kepada bu Nia perihal kesanggupannya mengikuti olimpiade, Husein belum juga kembali ke kelas. Sepertinya ia sedang diberikan arahan mengenai olimpiade itu. Fokusku sedikit terganggu karena kebisingan Wisnu dan Nabila yang sedang beradu argumen. Tentu saja argumen mereka untuk hal yang tidak jelas. Mentang-mentang sedang tidak ada guru, mereka bisa berisik dengan seenaknya. Beda halnya jika ada Husein di kelas, semuanya akan terdiam tak ada yang berani bicara sedikitpun.

"Kalian itu bisa diem gak sih? Ini dikerjain dulu, jangan berantem terus," ungkapku mulai jengah dengan perdebatan mereka yang tidak berfaedah. Ya, kita sedang mengerjakan tugas, seperti biasa jika tidak ada guru Wisnu selalu menghampiri meja aku dan Nabila. Tapi bukannya mengerjakan tugas, kedua temanku itu malah sibuk berdebat.

"Nih si Wisnu yang mulai duluan," adu Nabila.

"Enak aja nuduh-nuduh! Kamu yang mulai!" sangkal Wisnu

"Idih apaan kok jadi aku!"

"Ya emang kamu yang duluan!"

"Kamu lah!"

"Kamu dong, bukan aku!"

"Kamu ngajak ribut, ya?!"

"Ayo kalo--"

"STOPP!!" teriakku menengahi keduanya, mereka langsung terdiam sembari menatapku horor, bukan hanya mereka bahkan seisi kelas menatapku dengan begitu. Salahkan Tom & Jerry itu yang sedari tadi mengikis rasa sabarku.

"Nah diem begini kan enak, pusing aku denger kalian ribut terus," beoku pelan menahan malu karena menjadi pusat perhatian.

Tak lama setelah itu, pintu kelas terbuka menghadirkan Husain dari balik persegi kayu itu. Dari raut wajahnya ia terlihat gelisah namun ekspresi datar tetap lebih dominan, semenjak tinggal bersamanya aku jadi sedikit peka terhadap sikap Husain, salah satunya dari membaca raut wajah tripleknya itu. Si ketua kelas hanya melirikku sekilas setelahnya ia duduk ditempatnya.

Brukh

Wisnu memindahkan kursinya di sebelahku dan menimbulkan kebisingan yang mengundang perhatian Husain.

"Wisnu apaan sih bikin sempit aja, udah pindah lagi sana!" protesku pada pemuda itu karena membuat posisiku menjadi terhimpit antara Nabila dan juga dia.

"Gak mau, males banget deket-deket sama si kucing garong!"

"Idih, siapa juga yang mau deket-deket sama tikus got kayak kamu!"

"Mulai lagi deh! Gak bisa apa akur sehari aja?" ujarku jengah

"GAK!" balas keduanya bersamaan.

"Ekhem!" dehaman dari seseorang yang paling ditakuti seisi kelas membuat kedua mulut petasan mercon sabahatku itu bungkam seketika.

"Kerjain tugasnya pake tangan jangan pake mulut, kasian yang lain jadi keganggu." Tidak ada yang menjawab semuanya terdiam, bahkan Wisnu langsung fokus pada buku catatannya begitupun dengan Nabila. Bukan apa-apa, masalahnya Husain itu terkenal tak punya hati saat menuliskan nama siswa yang berisik saat jam pelajaran, ballpoint ajaibnya itu sangat manjur menciptakan angka-angka pada buku pelanggaran siswa.

Senandung Doa : Anisa & HuseinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang