hari itu di kantin buk ijah

15 1 0
                                    

     Kringggg.......... lonceng istirahat nyaring terdengar seantero sekolah. Riuh rendah suara para murid sma bakti yang berhamburan keluar kelas untuk istirahat jam pertama.
    Satu dua orang masih berkeluyuran di kelas. Diantara barisan mereka yang tinggal di kelas disitulah aku berada. Meja pojok belakang sebelah kiri. Aku terdiam merenung Tentang kejadian pagi ini. Setelah sholat shubuh di pagi yang dingin ini. Tanpa sadar kurebahkan kembali badan ku keatas kasur yang empuk. Dua tiga menit belum terjadi apa-apa namun setelah itu mata ku terasa berat. "Ah tidak mengapa tidur pagi sesekali toh cuma lima belas menit paling lama aku tertidur dan setelah itu persiapan sekolah" pikirku. Setelah itu aku pun terlelap. Serasa lima menit aku tertidur aku di kejutkan dengan suara umi dari dapur.
"Sa'ad mau sampai kapan kamu tidur? apa kamu sakit?" teriak umi yang sepertinya sedang memasak. Aku mengerjapkan mata dan melihat ke arah jam tanganku. 07:15wib alamak!!!sudah jam segini saja. Secepat kilat aku langsung menuju ke kamar mandi dan melakukan persiapan sekolah dengan terburu-buru.

"Sa'ad sarapan dulu sini!!" Umi meneriaki ku untuk sarapan.
"Gak sempet mi, nanti terlambat ke sekolah ntar.
Sa'ad berangkat dulu mi, assalamualaikum"
jawab ku sembari mengeluarkan sepeda dari garasi.
"Oh yaudah hati-hati di jalan ya nak!" Sayup terdengar suara umi dari halaman rumah ku.
Kembali ke kelas. Aku melupakan satu hal yang penting. UANG JAJAN . Perut ku menderu keroncongan mau pergi ke kantin uang tak punya akhir nya terpaksa aku menyendiri di kelas. Dengan mengenaskan.

"Kenape lu sa'ad kek galau bener lu hari ini" suara dari samping meja terdengar.

"Ya ni dir gua lupa bawa uang jajan" jawabku malas. Ia adalah sudir sahabat ku sejak TK,SD,SMP sampe sekarang bahkan bersama nya pula aku merintis usaha toko buku ku ini. Dengan ocehan nya pula usaha toko buku yang sedang mengalami penurunan  kembali menjadi baik. Kemampuan manajerial nya sangat membuat ku kagum. Bahkan ialah yang lebih terkenal sebagai manajer toko buku Al-risalah di banding aku yang pemilik asli. Sampai-sampai para karyawan lebih menghormatinya ketimbang diriku si pemilik. Mungkin karna mulut nya yang ceplas ceplos itu ia di segani.
" owh lupa bawa uang jajan toh. Yaudah yok bareng gua ke kantin mumpung gua bawa uang banyak nih"

"Berapa emang nya uang lu?"

"Gua bawa gocab nih" sambil mengeluarkan uang bewarna biru saku celana abu-abu nya.
"Wih boleh kalo gitu ntar di toko gua ganti"

"Halah ga usah gitulah ama gua santai aja. Juga kan selama ini yang ngasih gua gaji kan lu." Sergah sudir saat ku katakan akan mengganti uang nya.

"Tapi.."

"Gak ada tapi-tapian. Lu lapar gak?"

"Yah lapar lah"

"Dah lu ngoceh mulu ini itu dah kek Dora aja,cepet ntar bell masuk lagi"

Kami melangkah menuju kantin. Perut ku yang keroncongan kembali memelas untuk di beri asupan.

                    *******

   Kantin ramai dari biasanya, para murid  recok berdesas desus tak jelas sesama mereka. Sesekali ada yang berdecak kagum. Makin tak beres kelakuan remaja sekarang batinku. Ternyata setelah usut punya usut kantin hari ini heboh karena ada seorang murid pindahan cantik yang berasal dari jepang. Yang terlintas dalam pikiranku adalah sosok yuki pelanggan dadakan yang cantik luar biasa menjelang tutup toko di hari lalu

"Lu tau gak si cewek yang  pindahan yang cakep itu?" Tanya sudir sambil melahap bakso di kantin bi Ijah.
"Gua sih gak uuhh.. haah gak peduli gua ini jomblo fi sabilillah dir, woi ambilin gua air dong pedes nih"
Aku ber _hah_ karena kepedasan. Memang sambel bi ijah gak ada yang ngalahin nikmatnya.

"Cemen kali lu ah, gitu aja kepedasan." Cerca sudir sembari menyerahkan segelas air putih.

"Lu gak make sambel cebong!"

"Eist cintai anus mu jangan makan sambel tiap hari" meniru iklan salah satu produk di tv

"Banyak alasan lu!"

Kembali menikmati bakso. Tekstur nya yang empuk serta rasa daging nya yang begitu terasa di padu dengan sambel nya yang pedas. Membuat lidah tak berhenti bergoyang.
  Saat ingin menikmati bola bakso terakhir tiba-tiba.

"Eh ada mas Sa'ad!" Suara memanggil dari kejauhan. Saat aku memandang ke depan sosok Yuki yang sudah berada di hadapan ku membuat ku hampir tersedak.

"Uhuk...uhuk...uhuk.." bukan hampir tersedak tapi beneran tersedak.

"Nih mas di minum dulu air nya!" Yuki menyodorkan  segelas air putih.

" Oh jadi ini yang lu sembunyiin selama ini ke gua, tega lu Ad. Hiks."

"Bukan gitu dir lu salah paham?" Aku mencoba meluruskan salah paham Sudir.

"Apa ini! Lu gak pernah cerita lu kenal ama cewek. Sampe gua kira lu homo!" Sudir kembali mengoceh tak jelas.

"Apa mas Sa'ad suka sesama jenis?" Kali ini Yuki yang salah paham.
"Gak nyangka aku sama mas Sa'ad!"

"Aduh bukan gitu Yuki!" Aku menggaruk kepala yang tak gatal. kesalahpahaman ini makin berbelit.

"Wah mas Sa'ad memanggil ku dengan nama depan, senang nya akhirnya aku punya teman laki-laki" Yuki yang tadi kelihatan murung langsung berubah 180 derajat.

"Apa ini kalau lu gak nyembunyiin sesuatu ke gua. Pertemanan kita sejak zigot masa harus pupus gegara lu gak pernah cerita ke gua..hiks" Sudir yang memasang wajah seperti orang yang habis di selingkuhi begitu membuat suasana semakin tak karuan.

Di hadapanku lain lagi, Yuki  memasang wajah begitu gembira senyum lebar nya tak dapat kupungkiri memang sangat manis. Tapi ini beda suasana lagi. Seandainya timing nya pas senyum itu pasti akan kusimpan di memori pikiranku.
kehidupan ku yang tenang. Bakso yang kunikmati menjadi ambyar.

"Mas Sa'ad sebenarnya Yuki mau bilang sesuatu" Yuki berkata dengan malu-malu

Perasaan ku tidak enak di tambah lagi Sudir yang makin meringis. Dan lebih dari itu pandangan seluruh murid yang tidak percaya bahwa aku murid yang serba biasa ini bisa dekat dengan murid pindahan yang cantik luar biasa dari luar negri. Bahkan satu dua orang kakak kelas yang terkenal sangar itu kini menatapku dengan tajam seakan mengatakan "awas lu ya. Habis lu!"

"Sebenarnya Yuki"suara Yuki tertahan. Isi kepalaku tak karuan. Sudir di samping ku makin mengenaskan.

"Sebenarnya Yuki udah lama suka sama mas Sa'ad" wajah nya memerah saat mengatakan itu. Aku terbelalak tak percaya. Seantero kantin heboh. Sudir di samping ku sudah tumbang dengan derai kekecewaan nya. Ini lah yang selama ini ku takutkan untuk berinteraksi dengan makhluk yang namanya wanita. Aku meringis bercampur senang miris kenapa dia menyukai ku yang serba biasa ini dan senang akhirnya ada juga makhluk wanita di dunia ini yang menyukai ku selain umi dan kakak perempuan ku. Ya Allah cobaan apa yang kau berikan pada hamba mu ini. Kepala ku pusing.

senyum mu di senja ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang