aku dan cinta ini

12 1 0
                                    

Moment makan Di kantin yang damai berakhir hancur. Kehidupan ku yang tenang pupus di depan mata. Kepalaku masih pusing di isi dengan berbagai pertanyaan yang membingungkan.
Aku telah mengetahui hukum hubungan dengan lawan jenis di tanpa akad pernikahan adalah tidak boleh. Tapi di satu sisi aku tak memungkiri bahwa cinta ini telah bersemi subur dan terus tumbuh. Di senja itu semua kisah bermula. Dan dari senja itu pula semua benang kusut ini terjadi.
Masih di suasana kantin yang penuh hiruk pikuk kejadian saat ini. Para murid masih tak percaya atas apa yang terjadi di kantin bi ijah saat jam istirahat. Yuki sang bidadari dadakan yang tiba-tiba menyatakan perasaan nya pada seorang murid sma biasa yang menjadi petugas kasir sepulang sekolah. Bukan mereka saja yang tak percaya aku pun sebenarnya tak percaya.

"Jadi gimana mas Sa'ad? Mau pacaran sama Yuki gak?" Tanya nya penuh harap.

"Kya......whooo......amazing..." suasana kantin makin menjadi.

Aku yang bingung dengan pernyataan tiba-tiba ini mencoba meminta pertolongan Sudir. Biasa di dalam keadaan seperti ini dia bisa diandalkan dengan baik. Tapi tatkala ku melihat kursi di sebelah ku. OH TIDAK SUDIR...

Sudir tumbang dengan mengenaskan bersama sisa bakso nya. dia yang selama ini seperjuangan dengan ku di organisasi bawah yang bergerak dalam senyap yang bernama "aliansi jomblo fie sabilillah" yang di singkat AJFS sma bakti. Yang beranggota kan aku, Sudir dan dua teman ku Udin dan Kaisan sang pembidik. Organisasi bawah tanah dengan misi menjadikan jomblo sebagai jalan untuk keluar dari berbagai masalah dan lumuran dosa. Kalau dilihat dari visi misi nya tak salah aliansi ini di sebut sebagai perkumpulan orang aneh tanpa pacar yang kesepian.

"Sudir bangun woi bantuin gua" aku megguncang tubuh nya yang wajahnya tertelungkup di diatas meja kantin bi Ijah.

"Jadi gimana mas? Yuki bakal sabar kok nunggu jawaban mas Sa'ad" damage kalimat nya bukan main. Pernyataan lembut yang tulus dari bidadari dadakan memang bukan sebuah hal yang di tepiskan dengan mudah.
Keringat mengucur deras. Aku saat ini dilanda gugup luar biasa. Di tengah keramaian,sahabat yang tumbang akibat shock, tatapan kakak kelas di sebrang sana menambah lengkap penderitaan ku saat ini.

" tu...nggu aja nanti di toko buku nanti saya jawab" bodoh nya aku mengapa aku menjawab begini seakan memberi dia harapan. Lebih itu Entah seperti apa merah nya wajah ku saat ini.
" di toko buku tempat mas Sa'ad kerja ya hmm.... ok kalau begitu. Yuki datang nanti di jam yang sama saat pertama kali ngobrol sama mas." Jawab nya seakan tanpa beban. Padahal ia tidak tahu apa yang ku rasakan sekarang ini. Rasa tertekan, malu yang luar biasa ,gembira bercampur aduk .
Kring.................bel masuk menutup peristiwa yang tak terduga hari itu di kantin bi Ijah.

*******

Waktu menunjukan pukul 17:10. Sepeti biasa rutinitas setelah sepulang sekolah sama seperti sebelum nya. Menjaga kasir toko buku milikku. Namun hari ini tak seperti hari-hari sebelum nya. Jika sebelumnya tidak ada yang menunggu ku untuk pulang (kecuali umiku tentunya) tapi sore ini ia hadir disini berbalut warna senja ia menunggu ku di rak yang mana di rak yang sama aku pertama kali melihat nya. Hatiku yang kosong dari bercak merah muda kini mulai terwarnai oleh nya. Wanita yang tak kusangka akan mengatakan hal yang begitu memalukan di depan khalayak ramai. Hati ku telah ia ambil sejak pertama kali melihat nya. Kalian mungkin akan mengejek ku alay atau semacam nya, yang jatuh hati pada pandangan pertama. Aku saat pertama mendengar istilah ini pun sama tidak percayanya seperti kalian. Namun hatiku yang berada dalam jari jemari yang maha Rahman ini tak lah dapat memungkiri bahwa hati ku jatuh padanya saat memandang nya pertama kali. Aku memang tak dapat memaksa hatiku untuk tak mencintai nya. Tuhan tak melarang untuk mencintai, hanya saja ia memberi batasan pada hambanya agar fitrah cinta yang suci ini terbungkus rapi dan terjaga dari tangan manusia yang tak beradab dengan syariat yang jelas dan hukum yang indah bagi mereka yang melihat nya dengan hati yang bersih.

Aku masih merapikan beberapa berkas yang berserakan di dekat meja kasir toko. Sudir telah sedari tadi pulang kerumah mungkin ia masih kesal tentang ku yang menyembunyikan sesuatu dari nya. Padahal sudah ku jelaskan panjang lebar pada nya. Yeah tak apalah paling besok ia sudah membeo seperti biasanya terjadi. Kuarahkan mata ku ke arah rak tempat Yuki berada. Ia masih berdiri disana sambil membaca buku sample di rak. Dengan balutan jumper hitam yang sama seperti warna rambutnya, serta rok selutut serta stoking yang serasi dengan jumpernya.

 Dengan balutan jumper hitam yang sama seperti warna rambutnya, serta rok selutut serta stoking yang serasi dengan jumpernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuki dengan pakaian harian seperti ini tampak begitu manis seperti biasa nya.
Setelah selesai menyusun berkas. Kuberanikan diri untuk menghampiri nya.
"Gimana Yuki ada bagus gak buku yang lagi kamu baca? " tanya ku.
Dia tampak kaget saat ku sapa.

"Eh mas Sa'ad,sejak kapan disitu?" Yuki bertanya sambil merapikan anak rambut nya.
"Baru aja. Habis beresin berkas di meja langsung deh kesini"jawab ku

"Ooo gitu ... jadi gimana mas jawaban tadi siang?"

Pertanyaan tadi pagi ternyata ia masih mengingat nya. Aku yang langsung di beri pertanyaan tanpa basa basi seperti ini langsung gelagapan. Bagaimana aku menjawab nya.

"Jadi gimana mas?" Ia mengulangi pertanyaan nya.

Saat ini aku tak dapat memberi pilihan lain. Aku memang menyukai nya perkataan yang terus terang itu membuat ku juga menyukai nya. Jujur tanpa ada yang mau di sembunyikan serta polos. Tapi pilihan yang berat harus ku jatuhkan sekarang aku bukan bedebah yang memberi harapan palsu dan mencintai fisik saja. Aku tidak seperti itu aku seorang yang betul betul menjaga prinsip. Aku menarik nafas panjang.

"Untuk pertanyaan Yuki tadi siang saya akan menjawab nya sekarang sabe...."

"Tunggu sebentar!" Baru saja aku ingin melanjut kan kalimat berikutnya ia menyetop perkataan ku.

"Tunggu sebentar mas Yuki mau tarik nafas dulu biar bisa kuat dengan jawaban nya" ia berceloteh kemudian menarik nafas dan mengeluarkan nya sambil memegang dada.
"Ok mas Sa'ad Yuki udah siap" spontan aku tersenyum melihat kelakuan nya yang menggemaskan.
"Ada yang lucu mas" tanyanya bingung melihat ku tersenyum.
"Gak ... Gak cuma senang aja lihat ekspresi Yuki kayak gitu.udah kayak mau di lamar aja"

Pipinya makin memerah. Setelah mendengar ucapan ku. Yang blak blakan. Ok sekarang serius. hari ini biar lah aku memutuskan antara aku dan cinta ini. Apapun yang terjadi biarlah terjadi.

"Baiklah Yuki akan saya jawab. Saya memilih TIDAK!"
Jawab ku sambil menunduk.

Suasana toko buku menjadi hening hanya ada suara pendingin ruangan yang hidup. Aku telah memutuskan nya sekarang. Inilah prinsip ku. Langit senja menyinari kami dengan lembut nya menambah hening toko buku.

senyum mu di senja ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang