Bagian 1

116 50 16
                                    


lizy itu terkutuk.

Dia adalah penyebab dari semua kesialan bertubi-tubi di sekelilingnya.

Tunggu! Jangan salah paham.

Ini bukanlah rumor yang di dasari rasa iri atas paras bak dewi milik gadis itu. Tuduhan ini dibuktikan dengan pengakuan langsung beberapa mantan sahabat Lizy yang mengaku bahwa sejak berteman dengannya, satu persatu dari mereka mulai mendapatkan kesialan berturut-turut.

Entah itu hubungan percintaan yang kandas, penyakit parah, kecelakaan, dan kesialan irasional lainnya.

Selain sisi gelap tadi, cewek albino ini juga menderita penyakit aneh yang tak mampu terjelaskan oleh ilmu kedokteran.

Setiap seratus kali kedipan matanya, Lizy akan pingsan tiba-tiba.

Sudah bawa sial, penyakitan lagi!

Jika sudah separah ini, orang gila mana yang berani mendekatinya?

"AGRALIA MARVENZY!!"

Teriakan panik itu berhasil membuat Lizy mengerjapkan mata, siuman.
Setelah sejak 30 menit lalu tergeletak pingsan di tengah lapangan.

Silau.

Cahaya matahari yang menyala terang berhasil membuat Lizy kembali menutup kelopak mata, melindungi retinanya. Perlahan gadis itu dapat merasakan bahwa tubuhnya tengah terangkat.

"Sampah!! Mereka sanggup ninggalin orang sekarat tanpa pertolongan?"

Lizy menahan senyum, mengetahui siapa sosok gila yang kini menggendongnya tanpa perlu membuka mata. Gadis itu mengeratkan pegangannya pada kemeja sekolah milik laki-laki itu, laki-laki yang menjabat sebagai pacarnya.

"Guru juga! Ngapain punya title panjang kali lebar kalau masih percaya takhayul? Arghhh!!! Kenapa pada hidup sih??"

Ragas Detroya, laki-laki tampan rada gila itulah yang sedari tadi menggumamkan sumpah serapah, memaki seluruh penghuni sekolah.

Yah, setidaknya Lizy masih memiliki Ragas.

~~~

"Zy, kamu butuh sesuatu?" Pertanyaan Ragas membuat Lizy yang sedari tadi melamun, memfokuskan perhatiannya pada Ragas.

"Zy?"

Ragas kembali menegur Lizy yang masih minim respon. Cowok itu bergegas membantu pacarnya yang hendak beranjak duduk, mengambil alih ikat rambut dari tangan Lizy, menguncir satu rambut bergelombang milik cewek itu.

"Kamu butuh apa? Aku bisa ambilin.." Ragas panik menatap Lizy yang terhuyung turun dari ranjang UKS, memaksakan diri.

"Lapar kan?"

Wajah Ragas memerah, ia tidak tau kalau Lizy sejak tadi mendengar bunyi-bunyian memalukan dari perutnya.

"A-aku bisa ngurus diri sendi- eh tungguin!"

Tak menggubris perkataan cowok dengan gengsi setinggi langit itu, Lizy keluar lebih dulu disusul Ragas di belakangnya.

Sebelas...

Lizy menghitung dalam hati. Dia sudah berkedip sebanyak sebelas kali sejak dia siuman.

Cewek itu perlahan meredupkan matanya, berusaha agar retinanya tidak kelelahan yang membuatnya terpaksa berkedip.

Kan tidak lucu kalau saat lunch romantis dengan Ragas, ia tiba-tiba collaps.

"ZY, KEDIP!!"

Teguran Ragas refleks membuat Lizy mengedipkan matanya.

Ah, sudah dua belas kali.

Ragas bernapas lega. Ia sejak tadi khawatir menyadari Lizy yang seolah lupa cara berkedip.

Ragas sendiri sudah tau penyakit aneh yang diderita pacarnya itu, Lizy sendiri yang mengatakannya. Tapi bukan Ragas namanya jika ia mundur hanya karena hal sepele. Dan juga bukannya takut atau jijik, Ragas lebih merasa iba.

Ragas bahkan baru kali ini bertemu seseorang yang sanggup tidak berkedip selama bermenit-menit.

Bukan karena cewek itu mau, tapi harus.

Tapi sekali lagi jangan salah paham. Cinta milik Ragas bukan di dasari rasa kasihan semata, tapi cinta yang benar-benar tulus dari hati.

Ragas menegaskan hal itu dalam pernyataannya yang berbunyi;

"Cinta gue ke Lizy itu sedalam palung mariana, semurni susu sapi, dan se-sehat ikan tuna."

Kata si male lead sambil menepuk dadanya bangga.

MARI MUSNAHKAN SELURUH SPESIES BUCIN DI MUKA BUMI!!!

"RAGAS AWASS!!"

La Lizyona (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang