Pagi hari, di jam olahraga.
Pukul 11.15
"Ta! Oper ke Rebecca!" Joe berteriak dari arah lapangan.
Anetta menurut mengoper bola, tapi bola basket malah ditangkap Kinara duluan. Anak-anak cowok yang tadinya sedang main futsal jadi berhenti dan teriak menyemangati Kinara.
"Kinara!? That's my girl, yeah!" Suara teriakan Dopid yang paling kencang berhasil membuat cewek-cewek terpancing dan langsung sinis.
Kinara siap memasukan bola ke ring, tapi ada Rebecca di depannya. Rebecca tak sengaja menabrak Kinara sampai jatuh dan akhirnya beberapa orang jadi histeris karenanya.
Suara badan yang terpental ke lantai sukses membuat sebagian cowok-cowok lari tak karuan menghampiri Kinara yang menjerit kesakitan.
Anetta reflek lari menyusul Kinara yang udah siap mau nangis, tapi berikutnya ia kalah cepat dari Ghandi yang sudah jongkok dan menarik Kinara hingga posisi duduk.
Kinara meringis kesakitan dan semua orang berkumpul mengerumuni mereka kecuali beberapa geng cewek yang hanya melihat malas dari jauh.
"Nara, lo gak apa-apa?" Ghandi memeriksa siku Kinara yang terluka akibat bergesekan dengan lapangan basket yang sedikit berpasir.
Ravin yang tadi berlari beriringan bersama Ghandi menunduk dan membantu Kinara berdiri, yang selanjutnya Ghandi memegang tangan Kinara dan membantunya berjalan.
Ravin mendengus sebab Ghandi terus-terus mencuri start duluan. Cowok itu kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain mencari seseorang.
"Netta! Tolong bawain barang Kinara ke UKS ya, tasnya juga sekalian!"
Anetta yang tadi bengong jadi kaget Ravin tiba-tiba memberi perintah, tanpa sadar ia manggut-manggut dan lari ke sisi lapangan mengambil barang-barang Kinara.
Di UKS terjadi keributan kecil antara Ghandi dan Ravin yang rebutan siapa yang akan mengobati Kinara.
"Haduh! Ribet amat lu pada mau ngobatin aja mesti rebutan. Sini, sini! Biar gue aja yang ngobatin!" Gabriella yang kebetulan petugas PMR yang berjaga di UKS, menjadi kesal melihat tingkah kekanakan dua cowok itu. Ia mengambil kotak P3K dari tangan mereka berdua.
Ravin membuang napas membiarkan Gabriella melakukan pekerjaannya, ia ingin duduk di tepi kasur Kinara namun lagi-lagi Ghandi bertindak lebih cepat, cowok itu lebih dulu meraih tangan Kinara dan memeganginya selagi Gabriella mengoleskan obat merah ke sikunya.
Ravin meletakkan kedua tangannya di pinggang merasa kesal Ghandi terus-terusan bersaing dengannya.
"Bagian mana lagi yang sakit?" Tanya Ghandi sambil mengamati keseluruhan badan Kinara seperti memeriksa sesuatu.
Kinara menggeleng, memilih tak memberitahu Ghandi bahwa bagian tersakit tubuhnya saat terpental ke lantai adalah bokongnya.
"Nara, lo mending istirahat aja dulu sampai pulang sekolah. Nanti gue anterin lo pulang ya?" Kata Ghandi lembut sambil membenarkan anak rambut Kinara yang mengenai wajahnya.
"Gak usah Gan, gue pulang bareng Neta aja." Tolak Kinara merasa tak enak merepotkan.
"Naik apa? Mending bareng gue."
"Kita bisa mesan taksi atau grab."
Ghandi terdiam melihat tak ada tanda-tanda gadis itu akan menyerah dan menerima tawarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Point Of View
Teen FictionEmang ya, kalau seseorang udah jatuh cinta plot twist-nya gak main -main. Deketnya sama siapa, pdkt-nya sama siapa, jadiannya sama siapa. Untungnya proses panjang dan membingungkan ini berhasil gue lewatin dengan baik meskipun banyak emosi yang te...