1. Ratu dan Pangerannya Sekolah

1.6K 211 12
                                    










Berbagai macam tatapan dari para murid saat Sayler masuk ke dalam kelas. Ketika Sayler berdiri di depan papan tulis, mereka terlihat berbisik dan para perempuan terang-terangan menatapnya sinis. Tapi Sayler masih memasang wajah datar dan bersikap tenang.

"Kamu anak baru yang namanya Sayler ya?" Seorang guru wanita mendekatinya, tersenyum menyapa.

Sayler balas tersenyum tipis. "Iya,"

"Halo Sayler, saya guru Sejarah disini. Kamu bisa manggil saya Bu Reni," Guru tersebut memberikan senyuman hangat yang membuat Sayler tidak enak jika tak balas tersenyum. Bu Reni mengalihkan mata, menatap murid-murid nya di depan. "Kita kedatangan murid baru. Tolong bersikap baik sama Sayler ya. Ibu gak mau kalau ada tindakan bullying kayak dulu lagi." Bu Reni memperingati anak muridnya sebelum kembali menatap Sayler. "Ayo Sayler, perkenalkan diri kamu di depan mereka,"

Sayler menoleh, menatapi semua murid yang akan menjadi teman sekelasnya. "Halo, gua Sayler. Pindahan dari Bandung,"

Terdengar sahutan riang dari para lelaki. Celetukan asal yang memang sengaja di tujukan untuk menarik perhatian perempuan itu. Mereka sudah antusias saat Sayler baru menginjakkan kaki disini. Para lelaki terlihat senang karna perempuan yang mereka kagumi di koridor tadi masuk ke kelas ini.

"Ohh pantesan kayak lonte. Pindahan dari Bandung ternyata," Ada satu gadis yang menyeletuk dengan suara kencang membuat suasana menjadi hening dan murid yang lain memusatkan pandangannya. Dia tertawa bersama teman-temannya dan mengabaikan tatapan semua orang yang ada di kelas.

"Ternyata jamet dari Bandung," sahut temannya.

"Lonte dari Bandung city,"

Lalu mereka tertawa puas. Seakan memiliki dunia sendiri dan mengabaikan Guru di depan.

Sayler melirik mereka. Menatap gadis tersebut yang tersenyum sinis ke arahnya. Tapi Sayler tetap tenang. Mencoba bersabar dan tak tersulut oleh ucapannya.

"Catryn, ngomong apaan kamu?" Bu Reni berseru dengan mata sedikit melotot.

"Apa sih bu?"

"Nggak sopan kamu. Baru juga ibu bilangin. Jangan begitu lagi, cepet minta maaf." Seru Bu Reni yang terlihat tidak suka menatap gadis yang di panggil Catryn.

Catryn membuang muka, berbisik-bisik pada temannya lalu mereka tertawa. Terlihat acuh mengabaikan perintah gurunya. 

Sayler tersenyum miring melihatnya. Dia belum duduk tapi dia sudah mendapat sambutan seperti ini. Keren.

"Catryn."

"Kenapa sih bu? Emang saya salah ya? Bandung kan banyak cewek-cewek yang gak bener bu, ibu gak tau ya? Coba deh tanya sendiri sama anaknya, ya kan?"

Sayler menanggapi senyuman meledek Catryn dengan tersenyum tipis. Senyuman penuh arti yang tak bisa Catryn ketahui.

"Masa sekolah kita di masukin cewek gak bener sih bu? Mau jadi apaan sekolahan kita?"

"Apaansi lu Catryn, kagak jelas," sahut seorang lelaki yang duduk di barisan belakang.

"Au wooooo, caper caper!" Sahut temannya ikut-ikutan.

"Segala ngatain lonte kalo dia lonte lu apaan? Jablay?" Sahut yang lain. Kemudian semua lelaki juga ikut menyoraki Catryn.

Ekspresi Catryn berubah drastis. Wajahnya terlihat memerah menahan marah. Di tambah teman-temannya mempermalukan dirinya. Catryn menyalahkan semuanya pada Sayler. Rasa bencinya semakin bertambah.

Sementara Sayler menahan senyum. Tidak menyangka akan mendapat pembelaan dari para lelaki.

"Udah udah diem!" Bu Reni segera menghentikan keributan yang semakin menjadi. "Kok malah jadi rame, udah jangan ada yang ngomong lagi!" Serunya membuat semua murid diam serentak. Bu Reni menoleh ke Sayler dan raut wajahnya langsung berubah. "Sayler, kamu bisa duduk di bangku yang masih kosong. Di barisan belakang masih banyak kok,"

DOUBLE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang