Langkah kaki Arum dipercepat, dia turun dari tangga dengan terburu-buru tanda dia sudah tidak tahan lama-lama berada ditempat itu.
"Gue pulang duluan." Arum berucap saat sudah berada dilantai bawah ---- tempat teman-temannya yang lain sedang bakar-bakar.
Yang lain menoleh, "loh? Kenapa Rum?" Kei yang dari tadi sibuk sendiri sekarang alihkan atensinya ke Arum yang baru saja turun dari tangga tergesah-gesah diikuti Rintarou.
"Enggak, mau pulang aja. Kalian have fun, ya?"
Ucap Arum tapi tidak ada jawaban. tapi, Arum tak banyak pikir, ia segera ambil tas dan jaket yang dia taruh di sofa kediaman Miya bersaudara dan melangkah ke pintu depan."Rum, Aku aja yang pulang. Maaf , Aku kira kedatangan Aku kesini bisa memperbaiki hubungan kita berdua. tapi, ternyata Aku salah. ini malah bikin situasi tambah runyam, Aku aja yang pulang, kamu stay disini." Rintarou bersuara.
Langkah kaki Arum berhenti, lalu ia membalikkan badan kearah Rintarou. "get some fuckin' help, Rin. after all that? Kamu pikir kita bisa baik-baik aja? Kamu ngomong kayak Aku yang jahat di sini. lain kali mikir kalau mau lakuin sesuatu. Kamu ninggalin Aku tanpa alasan, loh. Aku bingung tapi gak ada jawaban, Aku rindu tapi gak tau mau kemana, Kamu kira enak?"
"Aku pergi karena Aku pikir dengan begitu Aku gak akan nyakitin Kamu lebih dalam lagi."
"well, you are wrong. Kamu udah jahat, brengsek."
Tepat 5 tahun yang lalu. Sebelum tutup tahun, hubungan Arum dan Rin dipaksa berhenti sepihak oleh Rin yang menghilang entah kemana, tanpa jejak juga tanpa kabar.
Rin pergi saat itu karena dia khawatir akan hubungannya dan Arum yang mulai merenggang karena waktu dan jarak yang mulai terbentuk di antara mereka berdua. Dia pergi untuk waktu yang sangat lama dan tanpa ada kabar dan alasan yang jelas karena dia gak mau dicari sama Arum. Pikirnya biar waktu dan jarak yang kali ini pisahkan mereka bisa buat mereka kembali lengket seperti dulu saat ia kembali nanti.
Entah pikiran kekanakan macam apa yang memasuki pikiran Rin, karena seharusnya jika ada masalah dalam hubungan, bukan jarak yang seharusnya dibentuk, komunikasi dan ikatanlah yang harusnya diperkuat.
Yang ada dalam pikiran Rin saat itu, jika dia pergi keluar kota untuk beberapa tahun, mungkin Arum akan rindu setengah mati padanya dan kala dia kembali Arum akan luangkan waktunya untuk Rin seperti dulu. Benang merah yang jadi koneksi mereka berdua menjadi kuat dan tebal kembali.
Rin benar perihal rindu setengah mati tapi salah kira kalau Arum akan tetap sama. rasa rindunya perlahan berubah jadi racun yang pahit. Arum benci laki-laki yang tidak bisa pegang omongannya sendiri. Benang merahnya malah terputus dengan warnanya yang sudah memudar.
Karena, Rin pernah bilang tidak akan pernah meninggalkan.
Memang benar, orang yang bilang tidak akan pergi biasanya adalah orang yang paling pertama meninggalkan."Kita sudah lama selesai. Kamu sendiri yang tutup buku kita, kan? Gak ada yang perlu diperbaiki, sudah cukup Rin. Sudah gak ada harapan." Arum terisak saat kalimatnya ia selesaikan.
Kalau boleh jujur, Arum masih sayang sama Rin ---- sayang setengah mati.
Tapi, dia lebih sayang diri sendiri, Arum pikir dia tidak boleh terjebak di lingkaran setan yang sama."Rum, sekali lagi. kasih Aku kesempatan satu kali lagi untuk perbaiki semuanya."
Waktu berjalan, Arum tak kunjung beri jawaban. mungkin sudah dia putuskan jawabannya dalam hati, tapi mulutnya enggan terbuka untuk ucapkan sepatah katapun.
"Enggak, kita cukup jadi dua orang yang pernah punya kenangan bersama." putus Arum akhirnya.
Maka dari itu, Arum balik badan dan jalan keluar dari rumah si kembar Miya. bahunya terasa ringan seperti semua beban terangkat, walau beda dengan kedua mata yang berat dan bengkak tak karuan.
Sudah selesai, cerita Rin dan Arum sudah selesai sampai di sini.
_______
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cigarrete [Suna Rintarou]✔︎
Fiction généraleKamu ---- kepingan berharga masa laluku. Revisi✓ [Short Story] P.S : semua kejadian maupun tokoh yang ada didalam cerita ini hanya f͟i͟k͟s͟i͟. Completed.