DON'T LIKE DON'T READ"Doyoung apa kau baik-baik saja?" tanya Ten sambil memasang muka cemas. Doyoung menoleh dan memasang wajah penuh senyum pada kedua sahabatnya.
"tak apa, Ten, Taeil, duduklah," pinta Doyoung dengan suara lemah lembutnya. Jelas Ten dan Taeil tahu senyum macam apa yang dipasang Doyoung saat ini. Senyumnya terlihat tak berbeda dengan senyum dewi kematian yang menunggu ajal 'targetnya'. Mungkin lebih mengerikan dari senyum 'Ryuk'-nya Deathnote.
Sementara tiga gadis cantik itu saling berbicara dengan bahasa halus tapi 'menusuk', beda halnya dengan para Prince NEO ini. Mereka lebih 'to the point'.
"Rasanya aku tak selera makan, Johny," keluh Taeyong
"Hahahaha mana mungkin raja ramen rakus sepertimu kehilangan selera makan? Meskipun di mangkukmu itu ada bangkai tikus, kurasa kau akan tetap memakannya." imbuh ten dengan nada halus. Taeyong langsung menatapnya dengan death glare.
"Ah, sudahlah Tae, kupikir gadis-gadis ini takkan mau semeja dengan orang-orang yang mereka sebut dengan gay tenanglah Tae, mereka pasti akan pergi dari meja kita." balas Johny
Taeil langsung tersenyum sinis, "Hahaha, bukankah sekumpulan orang yang selalu menyebut diri mereka keren bisa dengan mudah mendapat meja? Kenapa bukan kalian saja yang pergi? Aku rasa para fans-fans kalian tak keberatan untuk jadi kursi kalian, hahaha"
Kali ini ada awan hitam gelap yang siap mengeluarkan petir yang melayang-layang di atas kepala Taeil dan Johny. Sepertinya semua siswa yang ada di kantin dapat merasakan angin dingin yang menusuk kulit ari mereka.
"Wah, entah mengapa sepertinya akan ada badai ya?" celetuk seseorang di belakang Doyoung tiba-tiba.
"Pak Sehun?" teriak Ten dan Taeil bebarengan.
"Hahaha, hai, apa aku telat?" tanya si guru sastra santai. "untung kalian berkumpul di sini."
"Jangan pasang senyum seperti itu, Pak ,sudah tahu telat kenapa bertanya?" Balas Jaehyun
"Hahaha… maaf.. maaf…" jawab Sehun enteng.
"Apa kau tak bisa berbicara lebih sopan kepada orang yang lebih tua darimu?" tanya Doyoung sengit.
"Ck, memangnya kau sendiri sopan?tak usah berakting seolah kau pernah sekolah kepribadian, bersikap dengan orang yang baru bertemu saja sudah tak sopan." Balas Jaehyun tak kalah sengit
"Apa maksudnya John?" bisik Taeyong heran.
"Mungkin masalah waktu di loker dulu, waktu Jaehyun dipermalukan, masa kau tak ingat." bisik Johny. Taeyong mulai paham. Ia mengangguk setuju.
"Memangnya siapa yang pertama mendorong mukaku?" tanya Doyoung.
"Salah sendiri tiba-tiba muncul." jawab Jaehyun enteng.
Doyoung makin emosi, "Itulah kenapa aku mengataimu jelek, Brengsek."
Kali ini keempat temannya itu hanya bisa melongo. Ten dan Taeil tentu heran. Kenapa setiap berhadapan dengan Jaehyun, sahabat mereka jadi 'garang' begini? Tak jauh beda, Taeyong dan johny juga masih tak percaya, sejak kapan Jaehyun jadi kasar terhadap perempuan. Seingat keduanya, meskipun Jaehyun membenci fans-fansnya, tapi Jaehyun tak pernah kasar. Yah, Suho Hyung pasti sudah mengajarinya untuk selalu mengalah pada perempuan. Tapi kali ini, dilihat dari manapun, jelas Jaehyun tak mau mengalah.
"Sudah, sudah," lerai Sehun.
"Pak sehun maaf, tadi bicaraku kasar." Doyoung tersadar
Sehun tertawa mendengarnya. Sehun membelai rambut Doyoung
"Tak apa, Doyoung."