4

332 46 5
                                    

"Won, kamu mau jadi pacar kakak?"
––

"Jungwon! Aku disini" itu jay yang memanggil jungwon.

Kini jungwon berada di halaman rumah jay. Kemarin malam jungwon sudah mengabarkan jay bahwa jungwon akan ikut mengantarkan kue pesanan ibunya jay.

"Hahh.. untung kamu nurut sama pesan ku kemarin, aku capek lari dari kamar ke sini. Ayo masuk won" jay mengajak jungwon masuk untuk berkeliling di rumahnya.

Jay pikir jungwon akan lupa dengan pesannya tadi malam. Jay mengatakan pada jungwon agar menunggu saja dihalaman rumah, supaya lelaki bermata elang itu mudah untuk menemukan jungwon.

Bukan tanpa alasan jay berbicara itu. Memangnya jungwon sekecil semut sampai segitunya jay?

Tidak. Rumah jay mungkin lebih tepat disebut mansion, dari kamar ke halaman rumah saja cukup jauh. Apalagi jika jungwon malah ikut pelayan ke dapur, makin jauh.

"Kak jay, beruntung banget ya bisa dilahirin dikeluarga kaya gini. Aku iri deh" jungwon mengatakan kalimat itu dengan sendu. Jay sepertinya lumayan paham dengan melihat raut wajah jungwon.

Walau jungwon tidak terlalu banyak cerita tentang hidupnya, tapi jay merasa bahwa jungwon membutuhkan teman untuk sekedar menemaninya, atau memeluknya.

"Hm, harusnya kamu gaboleh iri. Kakak dulu pernah kok ada di titik terendah, waktu itu perusahaan ayahnya kakak hampir bangkrut" sambil menceritakan, jay mengajak jungwon duduk di sofa depan tv. Tepatnya mereka sedang duduk di ruang keluarga.

Jungwon sedikit heran kenapa jay mengajak nya kesini. Tapi rasa heran itu tertutupi dengan rasa penasaran akan cerita jay.

"– umm, kalau gasalah umur kakak waktu itu sekitar dua belas tahun. Diumur kaya gitu kakak udah ngerti banyak hal yang seharusnya kakak belum ngerti. Seperti contohnya tentang perusahaan, pelajaran yang belum diajarkan diumur kakak, bahkan tentang s*x. Perusahaan ayah kakak bangkrut karena karyawan atau lebih tepatnya sekretaris ayahnya kakak sekongkol sama perusahaan lain.

Ternyata dia cuman jadi mata mata doang. Saat ayah kakak mau transfer uang ke rekening perusahaan otomatis ayah suruh orang itu buat kirim. Dan ya, dia malah kirim uang itu ke rekening orang lain dari perusahaan lain juga.

Kakak yang udah ngerti dengan situasi bener bener terpuruk, rumah kami yang dulu hampir disita. Tapi ayah tetep pertahankan dengan segala cara–"

Jay menghela nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya. Jungwon menjadi merasa tidak enak karena jay menceritakan masalah hidup nya dulu.

"– akhirnya ayah bisa bangkit lagi karena bunda sama aku. Seneng banget waktu itu, walau ga se berkelimpahan harta sebanyak aku masih kecil, tapi keluarga aku masih bisa bahagia. Bahkan perusahaan ayah bisa makin besar lagi kaya dulu, mungkin jadi lebih besar. Kebeli deh rumah ini"

Jay mengakhiri ceritanya dengan kekehan kecil. Dia jadi teringat bagaimana caranya menangis saat tau rumah nya akan disita.

Jungwon rasa, cerita jay tidak seburuk cerita hidup nya. Memang saat masih kecil jungwon hidup sangat berkecukupan dan bahagia. Tapi, sejak seumur jay hidup pemuda berdimple itu menjadi buruk. Ntahla, jungwon rasa hidup nya paling miris.

"Aku gatau mau bilang apa. Kayanya kata 'semagat' ga cocok lagi deh. Keluarga kakak udah sukses banget.. Mungkin aku cuman mau bilang semangat untuk kakak sendiri. Kakak harus semangat biar bisa lebih sukses lagi dari ayahnya kakak. Jungwon jadi buntu"

"Iyaa, makasih" senyum cerah terpampang jelas diwajah jay.

Jay rasa dia harus cepet cepet ajak jay ke depan bundanya sambil bilang "bunda, ini calon mantumu".

Tapi belum saatnya.

Yang jelas jay sangat tertarik pada jungwon sejak kejadian di toko kue.

Aneh memang, jay bukan tipe yang mudah akrab dengan orang.

"Huh, untung papa mama bolehin aku keluar sama kak jay. Kalau engga aku bisa dimakan hidup hidup" gumam jungwon saat sedang memastikan dia sudah minta izin.

Jay mendengar sedikit dari gumaman jungwon, hanya bagian 'dimakan hidup hidup'. Buru buru jay bertanya kepada jungwon, tapi hanya dihadiahkan oleh gelengan kepala dari si manis.


















"Jungwon, mau ice cream?" tanya jay

"Mau mauu! Ada rasa apa aja?" jungwon tiba tiba menjadi sangat excited saat mendengar kata 'ice cream'

"Vanila sama stroberi. Maaf ya dikit, soalnya ini tinggal sisa kemarin kakak beli"

"Iya ga apa apaa!"

Mereka berdua memakan ice cream dengan tenang. Tidak ada yang membuka obrolan sama sekali, hanya suara mesin kue yang terdengar.

Itu adalah pelayan orangtuanya jungwon yang sedang membuat kue bolu, bundanya jay yang menyuruh. Pasti dengan tip yang besar.

Ditengah acara memakan ice cream, jay tanpa sadar mengucapkan kalimat yang mampu membuat siapa saja schock.

Jungwon saja hampir tersedak ice cream karena kalimat itu, untung jay dengan cepat memberi air kepada jungwon sambil mengelus elus punggung jungwon.

Jadi, kalimat yang mampu membuat jungwon tersedak adalah,

"Won, kamu mau jadi pacar kakak?"

maaf maaf aja kalau pusing bacanya. aku ngetiknya sambil emosi
iya, gara gara book sebelah hynna01

jungwon's story - jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang