Kebahagiaan Fahmi

76.5K 8.2K 158
                                    

Nailah masih diam membeku karena pertanyaan ibu mertuanya, apa ibu mertuanya melihatnya mengobrol dengan Fahmi? perasaan Nailah campur aduk tidak karuan.

”Neng” panggil Bu Siti." Tadi neng ngobrol sama siapa?” bertanya lagi.

”Ehmm, tadi ada yang nanya alamat Bu" jawab Nailah begitu gugup dan sangat hati-hati, Bu Siti mengangguk percaya karena dia memang mendengar samar-samar tidak jelas. Melihat ibu mertuanya tersenyum, Nailah merasa lega berarti Bu Siti tidak melihat apapun.

”Makan dulu ayo" ajak Bu Siti.

"Mau nungguin a Zaid Bu, sebentar lagi katanya pulang”

"Oh ya sudah kalau begitu, ibu duluan ya ibu udah lapar"

"Iya silahkan Bu" Nailah tersenyum dan Bu Siti pergi ke dapur untuk makan. Nailah terduduk lemas di sofa, bagaimana ini? di saat titik kebahagiaan nya mulai dia raih datang juga sebuah bencana dari masa lalunya, itu salahnya. Kesalahannya di masa lalu mengusik kehidupan masa depannya, lalu bagaimana jika Fahmi tetap nekad dan membuat ustadz Zaid marah ataupun cemburu. Nailah benar-benar tidak bisa membayangkannya jika itu terjadi.

”Jangan sampai a Zaid tahu, ya Allah di saat seperti ini kenapa dia datang?" gumam Nailah. Nailah mengintip keluar kaca jendela dan melihat Fahmi di rumah pak RT sedang memandangi rumah mertuanya, Nailah buru-buru menutup gorden jendela sebelum Fahmi melihatnya mengintip.

”Assalamu'alaikum” tiba-tiba suara ustadz Zaid terdengar.  Nailah bangkit lalu membuka pintu.

”Wa'alaikumus Salaam" jawabnya, ustadz Zaid tersenyum dia pandang istrinya begitu dalam yang langsung meraih dan menyalami tangannya.

”Ibu dimana?"

”Lagi makan”

”Kenapa neng gak makan?"

”Nungguin aa”

Ustadz Zaid tersenyum.

”Ya udah ayo" ajak Ustadz Zaid dan merangkul pinggang Nailah.
*****
Di rumah pak RT, Fahmi sedang membaringkan tubuhnya. Dia merasa senang bertemu lagi dengan Nailah masa bodo walaupun Nailah sudah menikah. Fahmi meraih ponselnya, membuka galery dan melihat semua foto Nailah di sana. Pertemuannya dengan Nailah terjadi satu tahun yang lalu. Nailah sangat menarik perhatian Fahmi kala itu, mendekatinya tidak muda. Harus dengan rayuan rayuan maut.

”Nailah makin cantik aja sekarang” puji Fahmi sambil menatap langit-langit kamarnya, dia jadi tidak mau pulang mengingat dia dan Nailah bertetanggaan sekarang.
***
Malam hari tiba, Nailah dan Ustadz Zaid akan pulang. Takut keburu malam dan besok keduanya memutuskan untuk pindah ke rumah tersebut, Nailah terlihat khawatir karena Fahmi ada di rumah pak RT.

”Nailah" panggil ustadz Zaid lembut dan Nailah menoleh.

”Iya a” jawab nya tak kalah lembut.

”Duduk sama aku di sini" ustadz Zaid menepuk ruang kosong di sebelahnya dan Nailah mengangguk lalu duduk di sebelah suaminya, Ustadz Zaid meraih kedua tangan Nailah lalu menciumnya.” Sayang, mulai besok kita pindah kemari. Tolong, aku meminta sama kamu. Jaga, dan hormati ibuku karena dia yang menjadikan aku sampai seperti ini. Dia ibuku, yang membesarkan aku dengan kasih sayang dan keringatnya. Jika ada ucapan yang membuat istriku ini sakit hati, jangan bersikap kurang baik kepada ibuku, mengadu saja padaku. Hormati ibuku seperti kamu menghormati aku suami kamu Nailah”

”Insya Allah a, aku gak akan begitu. Kalau aku salah dan bersikap kurang baik sama aa ataupun sama ibu tolong tegur aku, di cubit juga boleh” lirih Nailah seraya menundukkan kepalanya.

”Kalau di cubit nanti sakit”

”Kalau aku salah ya gak apa-apa a, aku terima"

"Mana bisa aku begitu sama kamu Nailah, mencubit kamu aku gak bakal tega, kalau cium kamu aku bisa”

Ustadz muda itu suamiku (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang