" Besarnya rasa takut itu sesuai dengan kapasitas ilmunya."
Imam Syafi'i
*****
Kabar ustadz Zaid sudah menikah akhirnya sampai ke telinga Ayu, Ayu begitu sedih mendengar kabar tersebut. Kenapa saat dia sudah menyelesaikan pendidikannya, pria yang dia sukai sejak lama malah menikahi wanita lain. Apa kekurangannya sampai Ustadz Zaid sama sekali tidak tertarik padanya? di lihat dari kecantikan, unggul Nailah itu sebabnya Zaid sangat menjaga kecantikan istrinya untuk di tutup supaya tidak menimbulkan fitnah atas istrinya itu. Tapi bukan semata-mata kecantikan yang dicintai ustadz Zaid, kewibawaan Nailah juga menjadi bagian yang utama yang dia lihat, ustadz Zaid sampai sekarang selalu bersyukur dipertemukan dengan Nailah walaupun Nailah bukan Ning dan santriwati seperti keinginan keluarganya. Tapi istrinya tetap spesial, dan dia sangat mencintainya."Kenapa bapak gak cerita kalau ustadz Zaid sudah menikah?" protes Ayu kepada ayahnya, pak kyai Syamsudin.
"Untuk apa?itu urusan Zaid kamu juga sibuk dengan kuliah kamu" ucap pak kyai yang tidak tahu putrinya menaruh perasaan kepada muridnya yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.
Ayu diam dan dia terlihat kesal, ayu meremas-remas ujung bajunya dan bapaknya diam tidak memperhatikan.
****
Di rumah, Nailah sedang duduk di sebelah suaminya yang sedang mengaji. Nailah melihat Al Qur'an dan akan menegur suaminya jika salah, ustadz Zaid memberikan kesempatan untuk istrinya sebagai penegur saat ini. Nailah terpaku membisu mendengar suara merdu suaminya, melihat wajah tampan suaminya itu membuatnya sesekali tidak bisa berkedip. Jatuh cinta setiap hari kepada pria yang sama yang Nailah rasakan, Ustadz Zaid menoleh menatap wajah cantik istrinya. Tapi bibirnya tidak berhenti melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, Nailah tersenyum sambil menundukkan kepalanya sontak ustadz Zaid juga tersenyum tapi tetap tidak berhenti. Setelah selesai membacakan dua juz, ustadz Zaid mengakhiri kegiatannya."Enggak ada yang salah" ucap Nailah, bagaimana bisa dia menegur suaminya jika semuanya benar. Ustadz Zaid tersenyum.
"Simpan Al Qur'an nya neng" titah ustadz Zaid dan Nailah mengangguk lalu pergi dan menyimpan Al Qur'an." Kemari" pinta ustadz Zaid dan Nailah mendekat, ustadz Zaid tiba-tiba berbaring menjadikan pangkuan istrinya menjadi bantal. Nailah diam dan melirik pintu takut-takut Bu Siti tiba-tiba datang karena keduanya sedang berada di ruang tamu. Ustadz Zaid meraih tangan Nailah dan menempelkannya di pipinya.
"Aa dari kapan menghafal Al-Qur'an?"
"Dari kelas 5 SD, waktu itu bapak sebelum meninggal bilang, katanya aku harus jadi ustadz, harus jadi guru untuk semua orang, harus punya bekal yang baik, dan harus bisa jagain ibu sama teteh" ujar ustadz Zaid, dia matanya. Sekelebat bayangan masa lalu bersama sang ayah muncul, dia tersenyum dan Nailah memperhatikannya.
"Almarhum bapak pasti bangga karena anaknya ini berhasil mewujudkan semua keinginannya" puji Nailah dan Ustadz Zaid membuka matanya.
"Neng bangga gak?"
"Bangga banget, seneng punya suami seorang ustadz. Ngajarin ngaji, ngajarin ini itu, semua hal" tutur Nailah dan Ustadz Zaid memperhatikannya." Cuma cemburuan nya yang bikin pusing" protes Nailah, dia keceplosan.
"Apa? bilang sekali lagi?" Ustadz Zaid terkekeh-kekeh lalu menjepit hidung mancung istrinya itu.
"Lepas a" Nailah menepis tangan suaminya itu dan Ustadz Zaid tertawa.
"Emang aku cemburuan?"
"Gak merasa?"
"Enggak lah, mana ada aku cemburuan"bantah ustadz Zaid dan Nailah menjewer telinganya."Sakit neng"
"Gak mau ngaku"
"Ya emang enggak begitu" masih membantah dan Nailah menggeleng kepala, Nailah melepas peci suaminya lalu dia letakkan di atas meja, Nailah mengusap-usap rambut tebal suaminya dengan penuh kasih sayang, sampai tidak lama ustadz Zaid tertidur di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz muda itu suamiku (End)
Short StoryPINDAH KE KBM APP🍀🍀 Hijrahnya seorang wanita bernama Nailah Nur Fitri (22 tahun) di mulai saat dia mengalami kecelakaan, dia merasa teguran dari Allah datang padanya, untuk menyadarkannya jika dia sudah melampaui batas. Hijrahnya di mulai dari dia...