Ta'aruf

91.4K 10.7K 827
                                    

Nailah menempelkan telinganya ke pintu, ingin mendengar apa yang dibicarakan pak Jamal dengan ustadz Zaid. Nailah akhirnya mengintip dari balik kaca dari kamarnya, dia memperhatikan ustadz ganteng dengan rambut gondrong tersebut. Zaid berdandan serapih mungkin, dia tidak mau keluarga Nailah ragu padanya sekalipun soal penampilan. Nailah mengernyit heran melihat pak Jamal tersenyum lalu menepuk-nepuk bahu ustadz Zaid. Pak Jamal setuju dengan niat Zaid, tapi semuanya kembali lagi kepada Nailah. Tidak lama Ustadz Zaid pergi dan pak Jamal mengantarnya sampai ke depan pintu, Nailah benar-benar tidak tahu apa yang dibicarakan oleh kedua pria itu. Setelah Zaid pergi Nailah keluar dari kamarnya.

" Pak, Ustadz Zaid mau apa?" tanya Nailah.

Pak Jamal menarik lengan anaknya itu mengajaknya duduk bersama.

" Ustadz Zaid mau ta'aruf sama kamu, kamu mau atau gimana?" ucap pak Jamal bertanya. Kedua pipi Nailah merah merona, mendengar niatan Ustadz Zaid padanya. Nailah mengangguk dan pak Jamal tersenyum.

Malam hari tiba, Nailah mendapatkan pesan dari seorang pria yaitu dari ustadz Zaid,

"Assalamu'alaikum neng" begitulah isi pesan pertama.

"Wa'alaikumus Salaam, siapa ya?"

"Saya Zaid, tolong nomor saya disimpan ya Nailah" pinta Ustadz Zaid

Deg,,, Nailah terkejut membaca pesan tersebut.

"Iya ustadz" jawab Nailah singkat, saking gugupnya dia berkirim pesan dengan ustadz Zaid. Ustadz Zaid juga bukan pria yang pandai merangkai kata, dia bingung harus mengajak Nailah membahas apalagi sekarang.

"Nailah, kalau boleh saya tahu apa neng Nailah udah punya calon sendiri? Saya takut menjadi penganggu"

"Enggak ada ustadz, saya dan Ustadz bisa mengenal lebih dalam lagi"

"Terima kasih Nailah"

"Sama-sama Ustadz"

Nailah berguling-guling di atas kasurnya, perasaannya tidak karuan berkirim pesan dengan ustadz Zaid. Keduanya sama-sama malu-malu kucing.
*****
Rahman patah hati.

Rahman datang ke rumah Sila, dia dan sila cukup dekat dan ingin menanyakan tentang Nailah.

"Sila, apa Nailah punya pacar?" tanya Rahman.

"Setahu aku gak punya, kenapa?"

Tiba-tiba Rahman tersenyum.

"Aku ada kesempatan dong buat deketin Nailah" Rahman penuh semangat.

"Nailah emang gak punya pacar tapi dia lagi proses saling mengenal dengan seorang ustadz dari pesantren Al Bidayah. Kamu tahu kan?"

Rahman terdiam dan terkejut mendengarnya.

"Ustadz yang mana?"

"Yang ganteng itu loh, yang sering kemari ketemu sama kang Ilham"

Rahman semakin terdiam, dia tertunduk dalam. Merasa mendapatkan kesempatan tapi semuanya seketika lenyap, orang biasa masih bisa dia lawan tapi kalau saingannya seorang ustadz untuk melirik Nailah mulai dari sekarang pun dia tidak berani.

"Rahman!" teriak Sila saat Rahman pergi begitu saja." Yeah dasar" kata Sila.

Sila tersenyum, belum lama Rahman pergi Nailah kini datang ke rumahnya.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumus Salaam, ayo Nailah masuk" ajak Sila dan Nailah mengangguk. Nailah duduk dan sila pergi sebentar untuk membuatkan minuman dan tidak lama dia datang lagi.

"Jadi ngerepotin" Nailah tersenyum.

"Sama sekali enggak Nailah, tumben kemari. Kenapa?"

"Kamu tahu kan aku sama ustadz Zaid?" tanya Nailah malu-malu.

Ustadz muda itu suamiku (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang