2A.

28 24 127
                                    

Hari keempat karantina kota. Pada hari ini, ada beberapa orang berlalu lalang. Namun, masih terpantau aman dan tertib.

Warga Kwasi memang sangat patuh dan taat. Selain itu, pemerintah juga menjamin hidup seluruh warga kerajaan.

Selain karantina kota, warga Kwasi wajib mengikuti tes kesehatan. Semakin banyak tes, maka semakin banyak jumlah orang yang terdeteksi. Langkah ini dapat mempercepat penanganan.

Untung saja, aplikasi kallis tv digratiskan selama karantina kota. Kallis tv mengratiskan semua paket non sport. Di aplikasi kallis tv banyak sekali series yang bagus. Mulai dari genre action sampai fantasy, semua ada.

Shaila menonton series di aplikasi tersebut. Namun, tetap saja dia merasa bosan. Obat rasa bosan Shaila hanya satu yaitu pergi berjalan-jalan.

"Aku pengen jalan ke taman." Shaila memeluk Chico. Dia merengek ingin pergi keluar. Entah kenapa sekarang dia terlihat manja.

•••

Pagi yang cerah ini, Baskara dan Maya memutuskan untuk berolahraga. Mereka berolahraga di balkon. Terlihat suasana kota yang sepi. Banyak personil prajurit kerajaan yang berkeliaran.

Ada beberapa orang yang keluar rumah, tentu saja dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Maya salut dengan kedisplinan masyarakat.

Mereka berolahraga selama tiga puluh menit. Setelah itu, keduanya beristirahat.

Baskara menghabiskan waktu istirahat sambil berjemur. Sedangkan Maya bermain dengan Racer, bunny kesayangannya.

Tiba-tiba saja tangan Maya ditarik paksa oleh Baskara. Mereka bersembunyi dibalik dinding.

"Awsh.. sakit tahu."

"Maaf istri. Suami tidak sengaja. Ini darurat."

"Darurat bagaimana? Apa yang darurat?"

Baskara menarik dagu Maya. Dia menolehkan kearah samping kanan. Maya yang tadinya marah seketika terhenti melihat kejadian yang ada di sampingkan unit rumahnya.

•••

Di lain tempat ada Rayden. Dia sangat bingung. Dia merindukan Ayah, Bunda, dan Momma. Sudah tiga tahun, dia tidak kembali.

Rasanya ingin kembali pulang ke rumah. Namun, misinya belum usai.

Sebenarnya, targetnya sudah ada. Tinggal dia mengatakan dengan jujur. Namun, dia tidak bisa mengatakan itu. Ini terlalu menyakitkan. Dia tidak ingin hubungan yang selama ini mereka jalin terputus karena hal tersebut.

"Rayden?" Dakara datang. Dia memanggil nama teman satu rumah ini sampai tiga kali. Namun, tidak ada sautan.

Apa yang dia pikirkan? Sepertinya dia punya masalah. batin Dakara.

Kali ini Dakara menepuk bahu Rayden, "Ada apa?"

"Ayo kita makan. Tadi mpok Jenar kasih makanan ini buat kita. Lumayan bisa buat seminggu."

Dakara memanaskan makanan frozen tersebut. Dia juga mengambil piring dan sendok.

Rayden hanya menatap Dakara. Dia dalam posisi serba salah. Rayden tak ingin bila Dakara membencinya tapi Dakara juga wajib mengetahui semua yang terjadi.

Tuhan tolong Aku! Aku tak berdaya. Bagaimana aku mengatakan kebenaran ini pada Dakara? Dia pasti akan membenciku bila mengetahui hal ini. Batin Rayden.

•••

Causa bergegas dengan alat lukisnya. Sehabis kelas online, dia akan segera menyelesaikan lukisan ini.

Rusun BoonsriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang