Reza Zakarya baru saja keluar dari ruangannya, mengecek arloji di pergelangan tangan, memastikan jika seluruh mahasiswa berada di dalam kelas pada saat jam belajar sedang berlangsung. Langkahnya menyusuri koridor kampus sambil sesekali memperhatikan suasana di sana. Terdapat beberapa mahasiswa yang sepertinya baru menyelesaikan jam kuliah, menunduk hormat ketika berpapasan, segan lebih tepatnya.
Beliau pun tak sengaja bertemu salah satu dosen di sana, " Gabriel, aku sudah menyuruhmu menyiapkan surat-surat. Apa sudah siap?" tanyanya.
"Sudah Tuan."
"Letakkan saja di mejaku!" titahnya kemudian bergegas pergi.
Namun belum jauh ia melanjutkan langkah, telinganya mendengar suara biola yang dimainkan. Ia kembali dan mencari sumber suara. Bergegas merasa tak suka dengan apa yang baru saja didengarnya, kemudian menemukan seorang pria tengah asik memainkan alat musik gesek itu di lingkungan Indosiar University, untuk pertama kalinya. Dan itu membuatnya marah.
"Apa yang terjadi di sini?" Tanyanya tajam, membuat si pemilik musik berhenti memainkan biola dan beranjak menyapa kepala sekolah Indosiar University itu.
"Selamat pagi, Tuan. Namaku Fildan. Aku ada janji denganmu, Tuan." Sapanya.
"Apa kau tidak tahu para siswa sedang belajar dan di sini tidak boleh ada keributan? Apa kau tidak tahu jika di tempat ini tidak boleh berisik?"
"Maafkan saya, Tuan. Seorang gadis kecil melihatku memegang biola, dan memintaku memainkannya. Aku tak bisa mengecewakannya." Ujar Fildan beralasan.
"Yang lebih penting di sini tidak ada peraturan yang dilanggar. Ikuti aku!" titah Reza Zakarya meminta Fildan mengikuti langkahnya. Pemuda itu hanya bisa melebarkan mata melihat raut wajah Reza Zakarya yang begitu tegas dan nada suaranya yang terdengar jahat. Ia menghela nafas bersiap dengan segala perkataan kepala sekolah satu itu. Merajut langkah yang membawanya pada satu ruangan bergaya klasik, luas dan mewah.
Mereka duduk saling berhadapan, dibatasi meja kayu dengan banyak barang di atasnya. Reza Zakarya tengah membaca berkas yang dibawa Fildan dengan teliti, menciptakan sunyi dan suasana canggung. Oleh sebab itu, pemuda dengan usia hampir 30-an itu mencoba mengusir bosan dengan mengetuk-ngetukkan jari pada violin case yang tadi dibawanya. Sampai mengundang tatapan tajam dari Reza Zakarya yang merasa terganggu, membuat Fildan tersenyum kikuk dan menyimpan kembali biolanya di atas meja. Bersamaan dengan itu, Reza telah menyelesaikan kegiatan membacanya, menutup kembali berkas yang dibawa Fildan lalu menyimpannya di atas meja.
"Jadi kau mengajar musik?" Reza
mengawali.
"Ya, Tuan."
"Dan kau ingin diberi kesempatan untuk mengajar musik di kampus ini?"
"Ya, Tuan."
"Dan sadar dengan tradisi yang ada di Indosiar University?"
"Ya."
"Mengetahui fakta bahwa musik tidak pernah diajarkan di sini, dan mungkin juga tidak akan pernah diajarkan?"
"Ya, Tuan."
Reza menunjuk berkas yang tadi dibacanya, "Kubaca di sini kau sudah ditawari mengajar di 3 universitas lain, dan kau masih mau mencari kerja di tempat ini. Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mohabbatein ( Versi Da dan Lida )
RomancePercintaan tak memiliki tempat di Indosiar University, kampus yang dipimpin seorang bertangan besi, Reza. Aturan ini terancam saat Fildan, guru musik baru, menyemangati tiga mahasiswa agar mengikuti kata hati mereka. Cerita ini di adaptasi dari film...