Hope's Café
HAPPY ROSE DAY
Tidak seperti hari biasanya, khusus untuk hari ini Faul memakai celemek dengan bunga mawar merah dan kuning yang mengisi kantong depannya. Ia sibuk mengantar pesanan sembari mengucapkan 'Selamat Hari Mawar' di kedai. Tak lupa ia juga menjual tiap tangkai mawar yang dia bawa.
Ketika Faul senggang, Ridwan yang kebingungan mulai bertanya pasal keramaian di kedainya. Hampir semua pelanggan membawa mawar, memang kebanyakan mawar merah.
"Faul, apa yang terjadi jika pria dan wanita saling memberi bunga merah dan kuning?"
"Hari ini Rose Day." Jawab Faul.
"Rose Day? Maksudmu hari bunga mawar?"
"Ya, Tuan."
"Aku sudah dengar tentang hari kemerdekaan dan hari ulang tahun... tapi tidak dengan hari mawar."
Faul tertawa pelan, "Itu hari yang istimewa, Tuan. Di hari itu kau bisa memberikan bunga pada gadis yang kau suka. Lalu mengungkapkan semua isi hatimu. Dan dia tidak boleh menolaknya." Pemuda itu menjelaskan.
Ridwan baru saja mengerti, dan dia sangat antusias. "Ini hari yang sangat indah." Ujarnya.
Faul mengangguk setuju. "Pastinya, Pak. Lihat..." Faul mengambil dua mawar pada kantong celemeknya. "Mawar kuning untuk persahabatan... dan mawar merah untuk cinta." Sambungnya sembari mengangkat masing-masing mawar merah dan kuning ke hadapan Ridwan.
"Hei, simpan saja mawar kuning mu... aku hanya butuh mawar merah." Sahut Ridwan.
Pria itu meraih satu tangkai mawar merah kemudian melangkah menuju toko kain milik Rani. Tak perlu mencari, Rani sudah ada di sana. Berteriak nyaring seperti biasa karena pegawainya yang tidak cekatan.
Ridwan hanya bisa menelan ludah gugup ketika Ridwan menemukan presensinya. Bahkan saat menatap wajah Rani saja, Ridwan kembali teringat insiden tamparan minggu lalu. Buru-buru ia menyemangati dirinya sendiri, bergumam pelan semacam, "Tidak apa-apa, bismillah."
Saat itu pula, Ridwan memberanikan diri berbicara.
"Selamat hari mawar, Nona."
"Hari mawar?"
"Ya. Hari ini hari yang sangat istimewa. Hari ini kau akan menerima bunga dan tidak boleh menolaknya." Ridwan menjelaskan tanpa jeda.
"Benarkah?"
"Ya, Nona. Kau bisa tanya siapa saja."
"Tidak perlu." Rani menolak. "Kenapa aku harus tanya kalau kau sudah mengatakannya."
Ridwan mengangguk sedikit lega.
"Kenapa kau tidak menyematkannya di rambutku?" ujar Rani lagi.
Ridwan membeku, namun tidak lama ia mulai menyematkan mawar merah itu di rambut rani yang diikat cepol seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mohabbatein ( Versi Da dan Lida )
RomancePercintaan tak memiliki tempat di Indosiar University, kampus yang dipimpin seorang bertangan besi, Reza. Aturan ini terancam saat Fildan, guru musik baru, menyemangati tiga mahasiswa agar mengikuti kata hati mereka. Cerita ini di adaptasi dari film...