✎ᝰ┆𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 𝟷𝟸.

593 55 10
                                    

Note :
✎┊"Berbicara"
✎┊"Membatin"

Warning :
• OOC!
• Alur Berantakan!
• Bahasa Tidak Baku!
• Typo!

Happy Reading ~☆
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Third POV
Rumah Shirokane

Ceklek // pintu terbuka

Akira memutar gagang pintu rumahnya kemudian mendorong pintu. Dia baru saja kembali sehabis mengantar Anzu pulang ke rumahnya.

"Tadaima."- Akira

Setelah melepaskan sepatu, Akira pun masuk ke ruang tengah. Akira melihat ke sekeliling ruangan dan tak menemukan eksistensi Emi sedikit pun, 'sepertinya sudah tidur' begitulah pikirnya.

Suara langkah seseorang menuruni tangga terdengar di telinga Akira, membuatnya menoleh. Tak lama muncullah Emi dengan air muka sedihnya, Emi baru saja dari kamar Rina untuk mengecek kondisinya. Melihat itu, Akira hanya bisa mengeluarkan senyum kecutnya, dia benar-benar tidak suka melihat kondisi keluarganya yang seperti sekarang.

"Rina sudah tidur?" Tanya Akira. Dibalas oleh Emi dengan anggukan, "Iya, dia tertidur lelap."

Akira dan Emi memutuskan untuk berbicara empat mata, mengenai masalah Rina, sebelum mereka pergi tidur. Mereka berdua berkumpul di sofa yang ada di ruang tengah.

"Seorang bernama Tenshouin Eichi mengajak Rin-chan berbicara empat mata, lalu Rin-chan ditemukan pingsan. Sebenarnya apa yang mereka berdua bicarakan hingga Rin-chan kambuh lagi?!" Emi memijat pangkal hidungnya. Kepalanya sekarang terasa pusing.

"Dari cerita Anzu tadi, dia mengatakan bahwa Trickstar ingin dibubarkan oleh Tenshouin Eichi kan? Kemungkinan besar penyebabnya adalah itu." Akira menatap ke arah Emi.

Emi merebahkan badannya ke sandaran sofa, "Hah~ apa aku salah langkah dengan memasukkan Rin-chan ke Yumenosaki? Padahal aku berharap Rina bisa berdamai dengan masa lalunya jika bersekolah secara umum lagi. Aku jadi merasa bersalah."

Akira mengulurkan tangannya ke pundak Emi, lalu mengelusnya, "Emi, ini bukan salahmu. Kita juga tidak tahu bahwa hal ini akan terjadi."

"Aku takut... Rina, dia..." Bahu Emi bergetar tanda dia ketakutan. Akira merengkuh tubuh Emi, dia memeluknya sembari menepuk pelan punggung Emi, "Ssttt sudah, sudah."

Emi menikmati dekapan Akira, dan mencoba untuk menjernihkan pikirannya. Akira juga mencoba untuk menenangkan Emi yang khawatir dan gelisah.

"AAAKKHHH!! JANGAN!!"

Momen Akira dan Emi pecah oleh pekikan Rina yang berasal dari kamar lantai dua.

"Rina..."

Akira dan Emi langsung berlari menuju kamar Rina. Rina yang baru beberapa saat lalu tertidur lelap kini berteriak? Sudah pasti itu bukanlah sesuatu yang baik.

Brakk!! // membuka pintu

Akira membanting pintu kamar Rina dan segera menghampirinya. Di sana mata Rina masih terpejam tanda bahwa dia masih tertidur, namun mukanya menunjukkan kegelisahan. Perlahan air mata muncul dan mulai mengalir. Dia juga meracau dan berkeringat sangat banyak.

Lumi yang memang berada di kamar Rina mengeong-ngeong, seolah-olah ikut merasa khawatir dengan kondisi pemiliknya.

"Jangan... kumohon... JANGAN PERGI!!"

Akira mengguncangkan sedikit tubuh putrinya itu guna untuk menyadarkannya, "Rina! Rina! Bangun Rina!"

"Maaf... ini semua salahku..."

Ms. Idol, Don't Give Up!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang