ketujuh

1 1 0
                                    

Bel pulang Sekolah bersiul nyaring. Rahma berjalan dengan menggendong tas berwarna hitamnya ke area parkiran Sekolah. Fero yang sedari tadi menunggunya di depan kelas segera menyusul dengan langkah yang lebar.

"Pelan-pelan jalannya kenapa si," sepertinya ia melupakan janji sepulang Sekolah, pikir Fero.

"Ini udah pelan kali, Fer, lonya aja yang lelet." Fero dengan jelas melihat bahwa Rahma sebal dengannya.

"Mau ngomong apa si?"

"Sebenernya gue gamau ngomong apa-apa si, cuman pengen ngerasain jalan bareng ke parkiran aja," sudah gila, pikir Rahma.

"Ooooo, ciee Rahma sama Fero nih sekarang?" Agam yang sudah menunggu Rahma sejak tadi di Parkiran hanya bisa meledek-ledek saja. Menunggu Rahma menjelaskan, kenapa si Fero sialan ini berkata seperti itu pada perempuannya. Ralat. Crush-nya.

"Engga, Gam." Rahma jelas semakin jengkel. Kurang jelas apa sebenarnya perasaan dia? Seolah Agam hanya menarik ulur perasaannya. Bertanya apakah dia bersama Fero sekarang? omong kosong.

Di arah Gerbang bisa dilihat bahwa sang teman baik, Ayu sedang menunggu sesorang menjemputnya. Rahma tak ambil pusing dengan kedua laki-laki yang berada di belakangnya sekarang. Toh, mereka sedang tidak jelas sekarang. "Mau kemana?" Kata mereka bersamaan.

"Urusannya apa sama kalian?" Rahma berlari menuju Gerbang Sekolah dan berpikir akan memesan ojek online saja.

Fero menatap Agam dengan penuh penasaran. "Sejujurnya, lo suka ga si sama Rahma?" 

"Menurut lo?"

"Menurut lo selama ini gue selalu berkabar, cerita, selalu ada buat dia,"

"Menurut lo gue suka ga?" Fero laki-laki. Jelas tahu sekali bahwa Agam ini menaruh perasaan besar pada Rahma. Ia hanya ingin tahu dari mulut Agam saja. Tapi entah mengapa ia kesal.

"Justru gue yang harusnya nanya lo, Fer," menahan kecemburuan, Agam bertanya pada Fero.

"Ga usah jawab, gue juga udah tau jawabannya."

***

Agam segera menyadari bahwa Rahma kabur begitu saja dari pertanyaan tidak langsungnya. Memang, sebenarnya juga sudah terjawab dengan singkatnya. Tapi tetap saja, siapa yang puas dengan jawaban yang tidak disertai dengan penjelasan.

Di atas motornya ia hanya menggerutu. Ini semua gara-gara Fero, pikirnya. Sepertinya ia harus mempertimbangkan Rahma untuk cepat-cepat menjadi miliknya.

Di kiri jalan, ia melihat seseorang melambai padanya. Perempuan, Kehsya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FeMaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang