Pertama

10 2 0
                                    

Rabu pagi. Saatnya memulai hari. Si gadis ambivert belum juga terbangun dari tidurnya.

"Rahma! Ini udah jam berapa! Kamu mau sekolah gak sih?!" Sang ibu membangunkan si gadis yang diketahui bernama Rahma saat jam menunjukan pukul 6.15

Rahma secara otomatis membuka matanya dan melirik ke arah jarum jam,
"Ya Ampun, belum mandi!" Rahma langsung menggerakan badannya ke kamar mandi.

Selesai mandi jam menunjukan pukul 16.30 bergegas bersiap siap dan berangkat ke Sekolah

"Kak Rahma! Sarapan dulu!"
"Kakak bawa ke Sekolah aja deh, takut telat" Rahma menggabung bekalnya dengan sarapan paginya lantas terburu buru memakai helm dan mengeluarkan motornya.

"Kakak berangkat dulu ya dek, salamin buat Ayah sama Ibu" teriaknya dari teras rumahnya kepada sang adik, Tiara, sedang menunggu sang Ayah bersiap mengantarnya ke Sekolah yang berlawanan arah dengan Rahma.

***

"Untung ngebut, jadi ga telat ya" ucap seorang 'teman' cowonya menghampiri di parkiran

"Demi keselamatan lahir batinlah, kalau ga ngebut bisa dihukum gue sama bu Indri"

"Widiii berdua aja bro, bisaan ni Agam" Fero. Sahabat dari sang gadis, Rahma. Agam hanya terkekeh mendengar ucapan Fero, sesaat kemudian menatap Rahma yang tak hentinya selalu menunduk saat berjalan, meskipun disampingnya.

"Fer, lo udah ngerjain pr fisika yang dikasih bu Kiki minggu lalu? Gue udah nih, tapi yang nomor 2 gue gabisaa" terang Rahma panjang lebar pada Fero yang terkejut menatapnya.

"Anjir belum ngerjain gue lupaa woii, sini minjem lah pr lo, boleh ya Ma?"

"Kerjain lah sendiri, suruh siapa lupa, udah tua ya lo?" Agam menjawab pertanyaan Fero lebih dulu saat Rahma ingin menjawabnya.

"Gue ga ngomong sama lo, Ma, pinjeminnn gue yaa yaa yaa" kata Fero saat tak terasa sudah berjalan hampir sampai ke kelas Agam.

"Gue duluan ya, Rahma" Agam pamit ke dalam kelas sambil memperhatikan Fero yang tak henti hentinya dekat dekat dengan Rahma. Rasa ingin protes hampir muncul, namun tertahan oleh status, hanya 'teman', memang semua orang bahkan tau, Agam dan Rahma saling menyukai, tapi mereka tidak berpacaran. Hanya teman.

"Iya Gam, gue ju--" Fero menarik tangan Rahma agar cepat-cepat pergi dari hadapan Agam, sejujurnya saja, Fero tidak suka Rahma dekat-dekat dengan cowo selain dia.

"Apaan si Fer, main tarik-tarik aja"

"Pr gue bodoh, nanti telat"

***

FeMaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang