K

997 187 17
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

"Dasar bajingan!"

Teriak (Name), suara-nya bergema di lorong yang kosong. Petugas kebersihan yang lewat memberi (Name) tatapan aneh karena aura gelap di sekitar-nya. Tapi (Name) tidak peduli karena hari-nya dan suasana hati-nya benar-benar hancur karena bocah itu.

Fakta bahwa mereka berada di hotel yang sama dan kamar bocah itu bisa berada di mana saja di lantai ini juga!

(Name) mengeluh dan dengan kesal berjalan kembali ke kamar-nya, menutup pintu rapat-rapat ketika orang tua (Name) menatap-nya dengan heran, "Sayang, kau baik-baik saja?"

"Ular kampret." (Name) terus menggumam-kan kata itu saat dia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

(Name) terus berteriak dan menarik rambut-nya dengan kesal dan jengkel. Meskipun air dingin mengalir di kulit-nya, dia merasakan darah dia mendidih karena marah. Orang tua dia yang berada di balik pintu, telinga ditekan dan mendengarkan jeritan frustrasi-nya, saling melirik bingung.

Makan malam segera datang dan orang tua (Name) memutuskan untuk makan di food court di lantai bawah daripada membiarkan seseorang menyajikan makanan di dalam kamar. (Name) hanya setuju karena dia tidak punya energi untuk berdebat dan dia terlalu lapar untuk mengeluh. Semua-nya benar-benar membuat (Name) ngiler. Ada terlalu banyak makanan dan makanan penutup sehingga dia bahkan tidak tahu harus mulai dari mana.

(Name) mulai mendapatkan nasi goreng terlebih dahulu dan melanjutkan mendapatkan steak dan udang goreng. Dia baru saja akan mendapatkan makanan penutup juga ketika sebuah tangan sudah mengambil cupcake yang menarik perhatian (Name).

"Pfft-! Ups, maaf!" Si brengsek yang sama berdiri di depan (Name) dengan cupcake yang diletak-kan di piring-nya sekarang, "Lebih baik beruntung lain kali!" Dia menggoda dan melanjutkan mendapatkan makanan penutup lain-nya.

(Name) mengerang dan memegang piring-nya erat-erat, hampir ingin melemparkan-nya ke arah laki-laki itu, tetapi makanan-nya akan sia-sia. (Name) tidak ingin itu berakhir di tempat sampah.

Ketika bocah itu akan memesan es krim, (Name) segera berlari di depan-nya ketika dia melihat bagaimana mata anak itu melebar, "Um, bisakah aku mendapatkan vanilla?"

Itu bukan rasa favorit (Name), tapi siapa peduli, (Name) kelaparan dan jika anak ini tidak mengizinkan dia makan malam dengan tenang, (Name) juga tidak akan membiarkan-nya makan. (Name) bisa mendengar bocah itu mengejek dan mengetuk-ngetukkan kaki-nya ke tanah dengan tidak sabar.

(Name) melirik-nya dan bertingkah seolah dia terkejut melihat-nya di belakang. Kemudian (Name) meletak-kan tangan dia di mulut-nya dengan cara yang dramatis, "Oops! Lebih baik beruntungan lain kali!"

"Cewek aneh." Bocah itu bergumam dan memelototi (Name) saat dia mengambil es krim-nya.

"Ular." (Name) menembak kembali.

Dan mereka berdua saling menjulurkan lidah.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

𝑰𝒔𝒕𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒂𝒔𝒊𝒓 ↪ 𝑯. 𝑲𝒐𝒌𝒐𝒏𝒐𝒊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang