I

825 165 17
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

"Gue menang!"

Bocah itu berteriak begitu dia masuk ke dalam lift, membuat (Name) semakin kesal, tapi juga sedikit tersenyum mendengar suara-nya yang menyebalkan lagi. Liburan (Name) seharus-nya hanya di-isi dengan makan, berenang, tidur dan gadget, tetapi sejak anak ini muncul, liburan dia menjadi bencana, namun kekacauan yang menyenangkan.

"Gue bakal mengalahkan-mu lain kali." Kata (Name) seperti biasa dan memutar mata-nya ke arah bocah itu.

Dia tersenyum dan menatap sosok (Name), "Gomen, tidak akan ada waktu berikut-nya." Kata-nya.

"Oh, pasti akan ada!" (Name) tersenyum dan bocah itu tidak menjawab, dia hanya diam dan tertawa setelah-nya.

Mereka berdua bergegas keluar dari lift dan berlomba lagi, tetapi (Name) perhatikan bagaimana bocah itu sedikit memperlambat langkah-nya. Dia tidak berlari seperti terakhir kali dan untuk beberapa alasan, senyum-nya menyakiti (Name) hari ini. Senyum-nya terlihat asli, namun kesakitan.

Anak itu menggosok bagian belakang leher-nya dan tersenyum, "Pfft-! Gue kalah! Sayang sekali..."

(Name) mengerutkan alis-nya dan menyilangkan tangan-nya, "Kau sengaja melakukan-nya."

Bocah itu mengangkat alis ke arah (Name) dan menatap polos, "Apa maksud-mu? Kau seharus-nya senang kau menang sekarang!" Kata-nya dan menepuk kepala (Name).

Mereka memiliki argumen kecil dengan beberapa hinaan dan lelucon yang dilemparkan di sana-sini. Setelah itu, mereka berdua duduk di pasir dalam diam, fokus pada istana pasir yang mereka bangun bersama. Tapi mereka selalu diganggu oleh anak-anak yang terus memukul istana pasir mereka.

"Oi! Diam!" Anak berambut hitam itu memarahi mereka, mengusir mereka sementara (Name) fokus membangun lebih banyak.

Setelah itu, mereka berdua tidak dapat menyelesaikan istana pasir, tetapi setidak-nya mereka mencoba membangun bersama untuk pertama kali-nya.

"Kita selesaikan besok." Anak itu tersenyum pada (Name) dan (Name) membalas senyum, tidak menyadari rasa sakit di balik suara bocah itu.

Besok pagi datang dengan cepat dan (Name) segera berlari keluar dari kamar-nya, mengharapkan bocah itu untuk menemui (Name) di lorong dan mereka akan berlomba lagi. Tapi (Name) terkejut melihat tidak ada seorang pun, bahkan langkah kaki yang keras pun tidak terdengar. (Name) mengerutkan alis-nya dan berjalan menuju kamar bocah itu.

Dia menunggu beberapa menit, tetapi tidak pernah terbuka. Dia pun menyerah dan mengumpul-kan keberanian, berjalan ke arah itu, tetapi dengan cepat berhenti di jalur dengan mata melebar saat melihat pintu kamar terbuka.

Keluarga yang berbeda memasuki ruangan.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

𝑰𝒔𝒕𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒂𝒔𝒊𝒓 ↪ 𝑯. 𝑲𝒐𝒌𝒐𝒏𝒐𝒊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang