❝ All I want is nothing more
To hear you knocking at my door
'Cause if I could see your face once more
I could die a happy man I'm sure... ❞
▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂
H. KOKONOI x READER
...
(Name) berteriak pada bocah itu setelah dia melemparkan beberapa batu kecil ke istana (Name), tertawa setiap kali batu menabrak dinding. (Name) memelototi ke arah-nya dan juga mulai melempar batu ke istana-nya, tetapi hanya tiga dari mereka yang berhasil.
"Kalau gitu jangan natap gue, dasar aneh!"
Bocah itu juga berteriak kesal, melemparkan batu lain ke istana (Name) lagi. (Name) sekali lagi, melemparkan batu ke arah-nya, mata (Name) melebar ketika dia melihat bahwa itu menabrak bendera merah. (Name) mengangkat tangan-nya ke atas dalam kemenangan saat anak laki-laki itu terkejut dengan mata melebar.
"Istana musuh jatuh! Istana musuh jatuh!" (Name) tertawa keras sementara bocah itu menangis secara dramatis.
"Tidaaaak! Bendera-ku yang berharga!" Kata anak itu dan mengambil bendera merah-nya lagi. Waktu bocah itu mau meletakkan bendera-nya di atas, dia menyadari bahwa (Name) sudah menghancurkan istana-nya.
Bocah itu berdiri dan (Name) juga melakukan hal yang sama, mereka berdua saling melotot sebelum berlomba menuju air, mengisi cangkir mereka dengan cepat. Anak itu sengaja menabrak pinggul (Name), menyebabkan cangkir jatuh dan air tumpah.
"Tidak!" Teriak (Name) frustrasi, berlari menuju kastil milik bocah ingusan dan menendang-nya dengan keras. Bocah ingusan itu juga memercik-kan air ke istana (Name) dan juga menendang-nya.
(Name) mengambil segenggam pasir dan melemparkan-nya ke sosok bocah itu, menjulurkan lidah pada-nya. Tapi dia juga menjulurkan lidah-nya juga.
"Kau ular!"
"kau rumput laut!"
"Kau bajingan!"
"Kau aneh!"
Mereka mulai saling melempar bola pasir, tidak peduli dengan tatapan aneh yang mereka dapatkan dari orang lain dan orang asing di sekitar-nya.
Waktu berlalu dengan cepat dan sudah malam. (Name) melewati kamar bocah ingusan itu dan bersembunyi di balik sudut, memperhatikan sosok bocah itu memasuki ruangan. Segera setelah (Name) mendengar pintu ditutup, dia berlari ke arah pintu dan menyelipkan catatan di bawah-nya, mengetuk setelah itu.
(Name) bersembunyi di balik sudut lagi dan mengintip saat dia mendengar pintu terbuka lagi. Alis bocah itu berkerut dan sosok-nya memandang ke kedua sisi lorong. Tapi sebelum pintu tertutup rapat, (Name) melihat sekilas senyum terbentuk di wajah anak itu saat dia membaca catatan itu.