✾Unus✾

3K 212 5
                                    

"Anjing menyalak di ekor gajah"

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─

Seorang gadis tengah melihat pantulannya dari kaca meja rias. Memperhatikan setiap rinci gestur wajahnya yang terlihat lelah, mata panda yang terlihat sangat jelas, sorot mata yang redup, dan bibirnya yang terlihat menjijikkan karena ada bekas luka di sana-sini.

"Menjijikkan?"

Pandangannya beralih melihat ke arah luar jendela yang menampakkan langit mendung, dengan angin berhembus cukup kuat. Sepertinya musim hujan akan segera tiba, dan ia harus melawati masa-masa paling sulit dalam satu tahun. Hujan deras, tanah becek, jalanan macet dengan penuh mobil-mobil serta suara klakson dimana-mana, semua itu akan mempersulit aktivitasnya. Dia tidak suka hujan, walau ada yang bilang bahwa hujan itu rahmat sekali pun, ia akan tetap pada pendiriannya bahwa hujan itu adalah sesuatu hal yang paling tidak ia sukai.

Setalah memakai cardigan panjang dan jam tangan yang menutupi bekas luka dipergelangan tangannya, lantas ia meraih tas sekolah, dan beranjak dari sana dan mematikan lampu kamarnya, gadis yang terbalut seragam sekolah menengah atas itu menuruni tangga, dengan kedua tangan sibuk mengikat rambut panjangnya.

Sebotol air mineral, sepeser uang sepuluh ribu dan juga kunci motor tertata rapi di atas meja makan, ia raih ketiga benda itu, tampaknya uang itu diberikan oleh ibunya, lantas ia segera beranjak kearah halaman rumahnya yang terlihat ramai.

Di halaman rumahnya terdapat tetangga yang sedang mengobrol dengan kedua orang tua beserta adiknya yang masih mengenakan seragam warna-warni khas taman kanak-kanak, rambut pendeknya itu di kuncir dua. Lalu ayah dan ibunya tampak mengenakan pakaian santai, obrolan mereka tampak sangat asik, hingga siapa saja mengira bahwa mereka adalah orang yang penuh kasih sayang, terlebih lagi dengan seekor kucing yang tampak bermanja di gendongan sang ibu.

Gadis itu melangkah mendekat, yang sukses obrolan mereka terhenti, ia meraih tangan kanan para orang tua di sana dan menciumnya, lantas tanpa banyak bicara ia segera beranjak, menaiki motor dan melaju membelah keramaian pagi itu.

Keluarga?, entah apa yang disebut keluarga itu. Ia memiliki orang tua yang lengkap dan memiliki keluarga yang terlihat harmonis, ia memiliki kakak yang teramat menyayanginya dan adik yang manis, tetapi itu masalahnya ia berada ditengah-tengah, di dalam posisi serba salah dan tak boleh asal melakukan sesuatu hal, karena harus bisa dalam segala hal. Sejak ia baru saja lahir, masalah hidup sudah menghampirinya, dan masalah-masalah itu mendampinginya hingga ia remaja, hingga saat ini menjadi teman yang paling dekat dengannya.

Jauh sebelum hari ini, bayi yang baru saja lahir itu diserahkan pada orang lain, bayi itu akan dirawat oleh kakak dari ibunya karena alasan tidak bisa memiliki keturunan. Bertahun-tahun berlalu hingga si bayi sudah menginjak masa taman kanak-kanak sang ibu tiri meninggal karena sakit, sehingga keterpurukan melanda keluarga itu, kesenjangan sosial yang selalu bisa mereka lewati kini tak bisa dilewati sama sekali, sang ayah tiri hendak menjual anaknya pada seseorang, namun hal itu gagal karena kedua orang tua kandung anak itu mengetahuinya, lantas direbut dengan paksa anak itu.

Seorang anak kecil yang tidak mengerti apapun itu tentu saja menolak mentah-mentah ajakan kedua orang tua kandungnya karena tidak mengenali mereka. Tetapi dengan segala bujuk rayu sang anak menurut, ia dibawa pergi ke kota yang jauh dari rumah masa kecilnya. Ia dibesarkan dengan penuh ancaman, kekerasan, hal yang tak pernah ia alami semasa kecil, kini ia mengalaminya. Memenuhi semua ekspektasi, bukan....bukan untuk menjadi cerdas namun untuk menjadi seorang anak yang sangat perhitungan terhadap uang, mainan, pakaian, buku, dan segala hal yang ia miliki adalah milik kakaknya semasa dia kecil, tak pernah sekalipun anak itu menolak ataupun bertanya, "kenapa aku ngga punya baju baru kaya teman-teman?".

AL: Abstract Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang