✾Quattuor✾

1.9K 170 0
                                    


"Ada gula maka ada semut"

─━━━━ ⋆ · · ❅ · · ⋆ ━━━━─


Gadis itu mengedarkan pandangannya, rasa pusing yang menusuk kepalanya membuat pandangannya tak begitu ia lihat dengan jelas.

Perlahan ketika pandangannya melihat tubuh-tubuh yang terkapar dengan penuh darah membuatnya melamun sejenak, sesekali gadis itu menghela nafas, memikirkan beribu kali apa yang telah ia perbuat.

Beralih menatap pada kedua tangannya yang berlumur darah, ingatannya kembali berputar seperti kaset rusak, kesialan-kesialan yang menimpanya, hingga dirinya lah yang membuat kesialan.

Ia tersentak, ketika ia merasa melupakan sesuatu yang penting, hatinya terasa gundah dan kosong, membuatnya sedikit linglung.

Ia mengerjabkan kedua matanya, Mengusapkan kedua tangannya pada lantai dan berusaha mengingat-ingat sesuatu yang terlupakan itu.

Rasa pusing kembali menyeruak, alisnya mengernyit seperti menahan sakit, tangannya meraba sekitar perutnya, merasakan cairan hangat yang mengalir seperti air, menatap kearah pisau yang masih tertancap, ia bahkan baru menyadari bahwa pisau itu tertancap begitu dalam. Gadis itu menghela nafas kasar, tak berani mencabutnya, takut jika darahnya akan mengalir lebih banyak.

Ia bangkit, kedua tangannya terus menekan luka pada perutnya, berusaha menghentikan pendarahan, walaupun ia sendiri berfikir bahwa itu tidak membantu. Kedua kakinya bergerak meninggalkan ruangan, langkah kaki yang tak tegak dan pincang itu membuat perjalanannya terasa sangat lambat.

Gadis itu menatap sekeliling ketika merasa asing dengan suasana tempat itu, ketika dirinya menginjakkan kaki keluar ruangan ia melihat adanya banyaknya pohon besar, dan bunga-bunga yang menghiasi setiap tangkai pohonnya.

Ada jalan setapak yang terbuat dari batu-batu, dan tanaman-tanaman yang tak ia kenali menghiasi setiap jalan.

"Ngga mungkin ini mimpi" ia menoleh, menatap pada ruangan yang baru saja ia lewati, tidak itu bukanlah sebuah ruangan, melainkan sebuah pohon besar dengan daun-daun berwarna kekuningan.

Gadis itu kembali melangkah, melewati jajaran pohon yang sunyi, pandangannya tak henti-henti berwaspada. Menatap pada pohon-pohon dengan berbagai bentuk.

Namun, tak lama gadis itu menepi, ia bersembunyi dibalik salah satu pohon. Tak jauh dari hadapannya ada tiga orang manusia dengan pakaian yang sangat rapi dan modis, kedua laki-laki di sana mengenakan setelan jas, dan sementara si perempuan mengenakan gaun dengan dibalut oleh balzer. Mereka tampak asik mengobrol dengan pembahasan yang tak ia mengerti.

"Apa mungkin ini event sekolah?" Pandangannya tak henti-henti mengedar, hingga rasa sakit yang ia tahan tak terasa sama sekali. Memikirkan beribu pertanyaan dan ekspektasi tinggi yang terputar layaknya komedi putar di kepalanya.

"Atau mungkin aku udah mati?" Tangannya memegangi luka pada perutnya, menatap pisau yang masih tertancap di sana. Jika saja orang-orang itu melihatnya dengan kondisi seperti ini, mungkin mereka akan kabur karena mengira dirinya adalah makhluk tak kasat mata.

"Hey" ia menoleh, ekspresi terkejut tergambar jelas pada wajahnya.

Keduanya saling pandang, menatap penampilan masing-masing. Anak perempuan dengan pakaian rapi berwarna ungu dan dihadapannya terdapat seorang gadis dengan seragam sekolah lusuhnya.

"Siapa kau?" Tanyanya, Gadis itu terdiam membeku, menatap iris mata berwarna ungu anak itu yang tampak bercahaya.

"Kau tak apa-apa? Kau terluka" Anak itu memegang pisau yang masih menancap pada perut, memperlihatkan luka yang terlihat parah.

AL: Abstract Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang