Prolog

108 9 2
                                    

Duarrrr

Ledakan yang tiba-tiba terjadi ditengah persimpangan Shibuya membuat orang-orang berteriak histeris. Para polisi langsung berdatangan dan mengevakuasi para korban. Disaat proses evakuasi itu berlangsung seorang wanita yang merupakan inspektur polisi tak sengaja melihat seseorang yang mencurigakan. Begitu ia akan mendekati orang itu, namun orang itu langsung kabur.

Wanita itu mendekatkan walkie talkie nya "Ada orang yang mencurigakan. Siapkan Tim"

Wanita itu berlari mengejar orang itu. Orang yang masih berada di sekitar TKP tak sengaja ditabrak oleh wanita itu. Yang ia fokus kan hanya satu yaitu orang yang mencurigakan itu.

Hah Hah Hah

Wanita itu berkacak pinggang. Ia menormalkan nafasnya yang tak beraturan.

"Dimana pria itu" wanita itu bergumam kesal.

Kyaaa

Teriakan itu membuat wanita tersebut menjadi waspada. Ia memperhatikan sekitarnya.

Kyaa

Teriakan itu terdengar lagi. Wanita itu lantas berlari ke sumber suara. Ia menatap seorang gadis kecil yang memeluk lututnya kecilnya sambil menangis.

Wanita itu lantas mendekati gadis itu dan menenangkannya. Begitu ia melihat ke arah pandang gadis kecil itu, jantungnya berdegup kencang.

Deg

Percaya atau tidak. Pria yang ia kejar tadi sekarang tergeletak tak berdaya dengan bersimbah darah. Ia semakin kaget karena melihat gadis kecil yang berdiri disamping mayat pria itu. Matanya yang berwarna merah darah dan ditangannya terdapat sebuah pisau yang berlumuran darah.

Tak tak

Pisau itu jatuh dari tangan gadis kecil itu. Ia perlahan mundur. Kepalanya menggeleng-geleng, seakan menyangkal yang telah terjadi. Tatapan menyiratkan ketakutan yang teramat dalam. Lalu tatapan itu tak sengaja bertemu dengan tatapan tegas wanita itu.

Gadis kecil itu menahan tangisnya dan menggeleng. Lalu ia lari begitu saja.

"Hei tunggu" teriak wanita tersebut. Namun sayangnya si gadis kecil tak mendengarkannya, ia terus berlari tanpa arah dan tak sengaja menabrak sesuatu yang didepannya.

Sedangkan wanita itu tak bisa melakukan apa-apa karena ada gadis kecil lain di pelukannya.

"Tante. Dia sudah menyelamatkanku" ucapan gadis kecil ini sangat tidak masuk akal bagi wanita tersebut. Namun begitu melihat pisau yang tergeletak membuat wanita itu mempercayainya.

"Akanen!" wanita yang dipanggil Akane itu lantas menoleh. Beberapa tim polisi datang.

"Apa––"

"Sekarang bukan waktunya untuk bertanya, Yuuka tolong jaga anak ini sebentar" tanpa mendengar penuturan wanita yang bernama Yuuka itu, Akane langsung lari ke arah dimana gadis bermata merah itu pergi.

Akane terus menyusuri jalan tersebut. Langkah Akane berhenti di dekat jembatan. Ia menatap gadis bermata merah itu. Perlahan ia mulai mendekat.

"Jangan mendekat!!" sontak langkah Akane terhenti. Ia menatap iba gadis itu.

Akane mengulurkan tangannya "Hei nak kemari lah. Disana sangat berbahaya" pinta Akane. Gadis itu menggeleng-geleng.

"Kenapa?"

"Jika aku mendekatimu maka aku juga akan menyakitimu" ujarnya dengan setengah berteriak. "Aku ini monster" lirihnya.

Akane tak habis pikir. Bagaimana bisa gadis sekecil itu berpikiran begitu.

"Mama dan papa pun juga berkata begitu. Dan pria itu...."

"Kau bukan monster" tegas Akane menatap gadis itu pasti. "Jika aku jadi kau, maka aku juga akan melakukan hal yang sama untuk menolong orang.  Apapun yang terjadi kau tak bersalah"

"Benarkah?" Akane mengangguk pasti. "Kemari lah. Lupakan kejadian ini dan ayo mulai hidup baru" pinta Akane lembut.

Gadis kecil itu menangis haru "Mama" lirihnya. Ia berusaha tersenyum "Terimakasih sudah membuatku merasa baikan. Aku senang bisa bertemu denganmu. Aku harap di kehidupanku selanjutnya, aku bisa memiliki seorang ibu sebaik mu"

"Apa?"

Gadis itu membiarkan tubuhnya terjatuh dari jembatan. Akane langsung berlari.

"TIDAK!!!!"

Who are youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang