10. Tsundere

64 9 8
                                    

"Yurina!!"

Seorang wanita mendekati Techi dengan raut wajah cemas. Beberapa polisi yang tidak tau kapan datangnya langsung meringkus pria tersebut. Yui yang melihat polisi-polisi tersebut menjadi lega, kemudian tatapannya teralihkan ke Techi dan wanita yang ikut bersama polisi tadi.

"Yurina—" saat wanita itu akan menyentuh pundak Techi, tangan Techi menepis tangan wanita tersebut. Dengan mata kirinya yang berdarah Yurina menatap wanita itu, lalu ia pergi begitu saja. Bahkan ia tidak menatap Yui sedikit pun dan meninggalkan tanda tanya besar dalam kepala Yui.

"YURINA!!"

***

Sudah tiga hari setelah kejadian dimana Yui dan Techi melakukan aksi nekat mereka dan selama itu juga Yui tidak pernah melihat Techi lagi.

Tidak. Yui tidak merindukan dibajak laut itu tapi entah kenapa rasanya ada yang hilang dari Yui. Yui pun lebih banyak melamun akhir-akhir ini sehingga membuat Risa sang sahabat heran dengan tingkah Yui tak biasanya.

"Yui" panggil Risa dengan suara yang agak meninggi.

"Ha. Eh. Apa?"

Risa menatap Yui datar "Kau kenapa sih. Akhir-akhir ini sering melamun. Jangan-jangan...."

"Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan kau lagi kepikiran Techi ya. Cie cie. Yang udah mulai suka" Yui menatap Risa datar, jujur saja ia tidak tertarik mendengar godaan apalagi berkaitan dengan Techi. Tapi jika dipikir-pikir memang benar Yui lebih memikirkan Techi setelah kejadian itu. Yui sendiri tidak tau apa yang membuat segitunya ia memikirkan Techi. Apa mungkin ia mengkhawatirkan bocah bajak laut tengil itu. Yui menggelengkan kepalanya menepis pikiran anehnya.

"Kan melamun lagi. Fiks kau memang sedang memikirkan Techi" kata Risa pasti. "Eh tapi kalo dipikir-pikir kenapa ya Techi tidak datang ke sekolah. Padahal tiga hari yang lalu baik-baik aja" ujar Risa bingung. "Kau tau kenapa?"

Yui hanya mengangkat bahu acuh.

"Gimana kalo kita mengunjungi dia?" Yui hendak menolak ajakan Risa, tapi sebelum ia berbicara, seseorang lebih dulu berbicara.

"Senpai~ Ohayou~"

Risa langsung berdiri begitu tau siapa yang menyapa mereka atau lebih tepatnya menyapa Yui.

"Techi" pekik Risa bahagia.

Techi cengengesan "Yo Risa-senpai. Kangen ya sama aku. Aku tau kok aku ngangenin karena itu aku datang ke sekolah hari. Hehehe"

Lihat wajah tengil itu. Ingin rasanya Yui mencakar-cakar wajah tengil itu, padahal tiga hari yang lalu wajahnya tanpa ekspresi dan tatapannya kosong tapi sekarang ia sudah bisa berekspresi.

Tatapan Techi beralih ke Yui yang menatapnya malas "Koba-senpai. Muhehehe"

"Apa?"

"Kalo kangen bilang aja senpai. Gak usah ditahan-tahan" Techi memamerkan senyum terbaiknya tapi begitu menyebalkan bagi Yui.

"Cih ngarap" mendengar decihan Yui membuat senyum Techi semakin lebar.

Yui melirik mata kiri Techi yang ditutupi perban 'Matanya udah sehat ya?' batin Yui. Meskipun Yui hanya melihat sekilas waktu itu tapi ia dapat melihat dengan jelas darah yang mengalir di mata kiri Techi atau lebih tepatnya kelopak mata Techi. Tapi dari sekian kejadian yang ia alami bersama Techi waktu itu, Yui masih bingung apa yang dilihat oleh penculik itu sehingga membuatnya ketakutan. Wajah ketakutan penculik itu masih terekam jelas di ingatan Yui.

Yui menghembuskan nafas pelan "Bagaimana dengan matamu. Apa sudah baikan?" Yui melihat dengan jelas raut wajah Techi yang berubah, tapi Techi cepat-cepat menutupi dengan senyum menggodanya.

Who are youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang