08. Deeto

60 9 4
                                    

Hari kedua

Yui menatap kertas atau lebih tepatnya tiket yang berada di tangannya. Lalu tatapannya beralih ke arah si pemberi tiket tersebut. Siapa lagi kalo bukan Techi.

"Gak bisa"

"Ayolah senpai. Aku sudah susah payag membeli tiket ini untuk menonton berdua denganmu" Techi menunjukkan muka memelasnya agar Yui dapat memikirkan sekali lagi.

"Itu bukan urusanku" kata Yui acuh.

Techi tertunduk lesu. Rencana yang telah ia susun jadi sia-sia.

"Baiklah. Kalo gitu aku ajak Neru-senpai... Eh"

Techi kaget saat Yui tiba-tiba saja mengambil salah satu tiket dengan cepat. Bahkan ia sendiri masih belum menyelesaikan ucapannya.

"Mau bagaimana jika kau memaksa" Techi menatap Yui yang memasang wajah acuh dengan senyum sumringah.

Yui memalingkan wajahnya "Jangan senang dulu, aku melakukannya karena aku tidak sibuk"

"Umm" Techi mengangguk "Meskipun begitu aku tetap senang. Terimakasih banyak senpai. Kalo gitu aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti sore"

Techi melompat-lompat kecil sangking senangnya ajakannya di terima oleh Yui. Yui yang melihat kelakuan Techi yang kekanak-kanakan menggeleng pelan.

"Ck dasar bocah"

"Tapi" Yui melihat tiketnya "kenapa di kencan pertama menonton film horor"

Seketika Yui tersadar dengan perkataan "Kencan? Gak gak gak. Yang benar saja. Mana mungkin aku ingin kencan dengan bocah aneh itu"

***

"Yui pinjam catatan matematika mu"

"Ambil saja dalam tas"

Setelah dapat izin dari Yui, Risa langsung membuka tas Yui. Ia mencari buku yang ia perlukan. Saat dapat Risa mengeluarkan buku itu dan tak sengaja secarik kertas jatuh ke lantai. Risa pun mengambil kertas tersebut.

Alisnya berkerut "Tiket bioskop?" gumamnya yang di dengar oleh Yui.

"Ada apa ah..." Yui langsung merampas tiket itu dari Risa secepat kilat dan menyembunyikan tiket itu dibelakangnya.

Risa tersenyum penuh arti "Oh jadi gitu. Aku mengerti sekarang"

"A-apa" Risa mengangkat bahu acuh dan menunjukkan senyuman yang begitu menjengkelkan bagi Yui.

"Aku tidak suka dengan bocah aneh itu"

"Tapi aku gak nanya loh"

Risa jadi semakin menyebalkan bagi Yui "Mou~ terserah kau saja"

"Hei Yui kau mau kemana?" panggil Risa pada Yui yang tiba-tiba saja pergi dari kelas.

Risa menggeleng-gelengkan kepalanya, ia pun kembali ke mejanya dan menyalin catatan matematika Yui. Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi, Risa pun mengeluarkan ponselnya. Beberapa detik kemudian Risa menyimpan bukunya kembali dan keluar kelas. Ia melewati setiap ruangan dan menaiki tangga demi tangga dan hingga akhirnya Risa berhenti di didepan pintu rooftop.

Risa membuka pintu rooftop tersebut dan mata mencari ke setiap tempat dimana si pengirim pesan itu berada. Saat sudah menemukannya Risa pun mendekati orang itu. Ia berdiri di ujung rooftop dan memejamkan matanya seperti yang dilakukan orang itu.

"Terimakasih karena kau sudah mau datang" ujar orang itu tulus.

Risa tersenyum tipis.

***

Sudah 30 menit lebih Yui menunggu Techi di halte bus tapi bajak laut jadi-jadian itu masih belum juga tiba.

"Ck. Kalo tau gini mending gak usah ikut aja" kesal Yui.

"Senpai~"

Yui menoleh ke arah Techi sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

"Senpai kau sudah lama disini?" pertanyaan konyol keluar dari mulut Techi, Yui jadi semakin kesal.

"Gak lama kok. Cuma 30 menit an" Yui memberi penekanan diakhir kalimatnya.

Techi manggut-manggut "Syukurlah kalo begitu"

Yui langsung mendelik tajam.

"Kau—"

Yui tak jadi melanjutkan kalimatnya ketika Techi tiba-tiba saja menggenggam tangannya.

"Sudah. Tidak ada waktu lagi senpai. Sebentar lagi filmnya akan dimulai" Techi menarik tangan Yui dan berlari.

"Eh tapi busnya..."

"Lama. Yang ada kita ketinggalan filmnya" ujar Techi sambil melirik kebelakang.

Yui pasrah "Ck. Anak ini"

***

Yui menghela nafas lelah. Lalu ia melirik seorang gadis pendek, yang tak lain Techi yang sedang fokus dengan film horor didepannya.

'Ck. Apa-apaan dia ini. Setelah membuatku lama menunggu dan sekarang dengan enaknya menonton film dan sambil memakan popcorn. Benar-benar menyusahkan' keluh Yui dalam hati.

Yui menyandarkan punggungnya dan tak berlangsung lama ia kembali menegakkan tubuhnya.

'Apa mungkin dia ini sengaja untuk membawaku menonton film horor supaya bisa modus' Yui mendelik tak suka. Ia semakin membenci gadis disampingnya.

Techi yang merasa diperhatikan pun melirik Yui "Ada apa senpai?"

Yui menggeleng "Tidak ada. Hanya saja aku bingung kenapa kau mengajakku menonton film horor. Padahal ada banyak film yang bisa ditonton"

Techi tersenyum "Memangnya kenapa? Apa senpai takut" Yui langsung mengalihkan pandangannya "huh takut. Yang benar saja. Mereka itu tidak nyata untuk apa aku takut" sangkal Yui.

"Begitu ya"

"Bukan 'begitu ya' balasan yang aku inginkan. Kau ini tidak peka sekali ya. Biasanya kalau kencan itu ditempat-tempat yang romantis atau gak menonton film yang romantis. Bukan horor" ujar Yui berapi-api. "Eh" seketika wajah Yui memerah setalah apa yang ia katakan. Yui pun melirik Techi yang tersenyum simpul.

"Ooo. Jadi ceritanya senpai sudah menerimaku ya" Yui benci senyum itu karena senyum itu membuatnya salah tingkah.

"T-tidak. M-mana mungkin a-aku menerimaku. Yang benar saja" balas Yui sambil mengalihkan pandangannya.

Senyum Techi semakin lebar"Aku semakin menyukaiuka senpai yang salah tingkah. Itu terlihat sangat menggemaskan" rasanya seluruh wajah Yui memerah karena perkataan sederhana Techi.

"B-berisik. Kau tidak lihat aku sedang menonton. Lagian siapa juga yang suka dengan bocah tengik kayak kau" sahut Yui.

Senyum Techi tidak perlahan luntur. Techi mendekatkan wajahnya ke telinga Yui "Aku yakin hari itu pasti tiba dan aku tidak sabar menantikannya"

Deg

Entah kenapa jantung Yui tiba-tiba saja maraton. Padahal adegan yang tampilkan didepan layar terbilang lucu.

Yui menyentuh dada kirinya.

'Kenapa. Kenapa detak jantungku semakin tak karuan'

Yui melirik Techi yang sedang fokus menonton.

'Sejak kapan mata kirinya ditutupi perban. Biasanya dia memakai penutup mata aneh. Ck. Kenapa juga aku harus peduli. Apapun yang dia lakukan itu urusannya, bukan urusanku.'

'Tapi aku penasaran apa yang dia sembunyikan di mata kirinya'

Yui menatap Techi atau lebih tepatnya mata kiri Techi serius. Lagi-lagi Techi sadar diperhatikan Yui, ia pun menoleh dan memasang senyum manisnya. Yui langsung mengalihkan pandangannya karena jantungnya kembali berulah.

'Dia pasti menaruh sesuatu di minumanku sehingga membuat jantungku begini. Awas saja. Akan ku balas'

Who are youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang