Sakit

13 12 26
                                    

Happy Reading


Hari yang tadinya cerah dilengkapi oleh cahaya matahari, tiba-tiba berubah menjadi langit yang gelap dibumbuhi petir yang menggelegar. Angin berhembus begitu kencang membawa pasir halus yang bisa membuat mata seseorang buram dan iritasi.

Awan gelap perlahan berkumpul, petir mengkilat dengan suara yang keras membuat beberapa siswa berteriak kaget.

"Hujan lebat nih pasti," ucap Vanya melihat kilatan-kilatan petir.

"Iya, nampaknya hujan sampe berjam-jam," setuju Vivian merangkul tas di bahunya.

"Kalian ada bawa payung?" Tanya Vivian.

Nia pun menjawab, "Gue gak bawa."

"Nanti kena hujan bisa demam loh Ni, mau pake payung gue?" Tawar Vivian khawatir.

Vivian berharap Nia menerimanya, namun apalah daya ketika melihat Nia malah menggelengkan kepalanya, "Gak usah Vi, sekalian main hujan gue."

Vivian mengangguk pasrah, lalu menoleh kearah Vanya.

"Nya, lo ada bawa payung kan?"

Dengan bangga Vanya mengangguk, "Gue bawa pastinya."

Vanya membuka resleting tasnya lalu mengambil 1 payung dan 1 jas hujan yang sama-sama berwarna kuning.

"Liat ini, lucu kan?" Tanyanya kepada Nia dan Vivian. Kedua cewek itu mengangguk ragu.

Pasalnya payung dan jas hujannya memiliki motif yang sangat unik dan ... lucu.

"Jas hujan ini gue mau kasih ke Ken, pasti dia suka," kekeh Vanya melihat jas hujan yang dia pegang.

Nia dan Vivian saling bertatapan muka horor.

Meski ragu Vivian membalas, "I-iya Ken pasti suka."

Vanya mengangguk bangga lalu menoleh kearah Nia, "pendapat lo gimana?"

"Ken pasti suka sama jas hujannya yang keren," pendapat Nia menahan tawanya dalam hati.

"Jadi gak sabar kasih ini untuk Ken," binar Vanya memeluk erat jas hujan itu.



Tes. Tes. Tes.

Rintik hujan mulai turun membasahi tanah yang kering, sangat lebat sampai-sampai membawa aura dingin didalamnya. Pula dengan angin yang semakin kuat dalam meniup semua yang berada dipermukaan.

Bersamaan dengan itu, kelas pada hari ini pun berakhir setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Semua siswa berbondong-bondong keluar dari kelasnya bagai semut yang sedang mencari gula untuk dimakan.

Begitu pula dengan Ken dan Rion yang berjalan beriringan.

"Mampus, pulang-pulang basah kek anak ayam hilang induknya," cemas Rion.

Ken tidak menjawab, tetap menampilkan ekspresi yang datar.

"Mana gak ada persiapan lagi, biasanya gue itu bawa payung. Tapi sialnya ketinggalan."

Ken melirik, "Curhat lo?"

"Iya! Gue lagi curhat sama papa Dedeh," sebal Rion.

"Padahal ya, tadi diberitakan kalo hari ini itu cuacanya panas," Rion kembali bersuara.

Ken menjawab simpel, "Kuasa tuhan."

"Btw Ken, gue main kerumah lo, ya?" Tanya Rion.

"Nggak boleh, lo habisin semua makanan di kulkas gue."

About The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang