Dua laki-laki dengan postur yang hampir sama memasuki sebuah Cafe yang sepi karna belum memasuki waktu makan siang. Cafe tersebut lenggang, namun ramai karna kericuhan yang dibuatnya.
"Makan di sini tuh nggak kenyang, mending ke tukang bakso atau warteg, Sa."
Aksa meletakkan jari telunjuknya di bibir laki-laki yang berbicara tadi, "Berisik. Gue mau makan manis juga."
Mau tak mau, laki-laki yang lebih besar menurut. Dia mengekori Aksa ke tempat duduk yang kebetulan dekat dengan tembok Cafe yang berdinding kaca.
"Pesen apa, Ju?"
Juan melirik buku menu sekilas, lalu mengalihkan pandangannya. Rasanya ingin muntah melihat makanan manis yang ada di sana. Bukan cuma satu, tapi hampir seluruh isi buku menu itu berupa coklat, kue, puding, brownies dan makanan manis lainnya.
"Lo tau 'kan Gue nggak suka makanan manis?"
Aksa langsung menarik buku menu, melihat-lihat sebelum memanggil pelayan untuk memesan, "Red velvet cake satu ya, Mbak. Sama strawberry smothie dan capuccino, masing-masing satu."
Sang pelayan langsung pergi begitu makanannya dicatat.
"Kata Gue juga apa, mending ke warteg. Kenyang kita, Sa." Juan lagi-lagi mengeluarkan keluh kesahnya.
Suasana Cafe yang lenggang membuat suara kecil Juan terdengar jelas. Aksa yang tidak enak pada para pelayan Cafe lantas memukul kencang bahu sang kekasih, lalu setelahnya bergelayut manja, mulai bercerita tentang keseharian tanpa Juan minta. Dari hal kecil seperti aktivitas Byul, atau kejadian penting seperti kedua sahabat Aksara yang ternyata sedang menjalin kasih. Sementara Juan di sampingnya hanya menanggapi dengan deheman singkat sambil memainkan ponselnya. Tindakan Juan tersebut tidak sekalipun membuat Aksa kesal. Aksa dengan sifat tidak tahu dirinya tetap melanjutkan cerita.
"Apa mereka membuat kuenya dulu?" gumam Aksa yang sudah mulai bosan.
Tak lama pelayan datang dengan piring berisi pesanan Aksa tadi. Netra coklat jernih milik Aksara langsung berbinar menatap kue red velvet yang tersaji di meja. Dia tersenyum manis kepada sang pelayan, "Makasih."
Juan yang sedari tadi memainkan gawai, tiba-tiba mengambil potongan kecil red velvet dengan garpu. Dia memperhatikan potongan kue berwarna merah itu dengan seksama.
Aksa yang menyadari makanannya dicuri, langsung merenggut, "Ih, kalo mau bilang dong! Biar aku pesenin!"
Mengindahkan celotehan yang lebih tua, Juan menyuapkan potongan kue itu ke mulut Aksa, meredam segala omelan si mungil. Tak sampai situ, dia langsung menarik tengkuk Aksa untuk mempertemukan belah bibir keduanya. Semula hanya lumatan-lumatan kecil, lidah panas Juan menyapu bagian bawah bibir Aksa, menggodanya. Aksa membuka sediki mulutnya agar bibir sang kekasih bisa masuk, mengobrak-abrik isi mulutnya dengan benda lembut tak bertulang. Merasa mulai kehabisan nafas, Aksa memukul bahu lebar Juan, isyarat agar memutus sesi ciuman mereka. Tapi Juan tak mengijinkan, dia malah menahan tengkuk Aksa agar ciuman mereka tidak terlepas.
Juan baru melepaskan ciumannya ketika wajah Aksa memerah, tanda benar-benar kehabisan nafas. Aksa langsung mengambil nafas sebanyak-banyaknya, sambil menutup bibirnya yang membengkak sebab Juan.
"Lo....Hhh.... Sial!"
Juan terkekeh, mengusap bibir bawah Aksa dengan ibu jarinya. Dia berbisik, "Gue emang nggak suka makanan manis, kecuali dari mulut lo."
Baru saja Juan berniat mencium Aksa lagi, gerakannya langsung ditahan oleh lelaki yang lebih tua.
"Sa....Hhh....Barhh"
"Payah lo ah! Baru gitu doang udah ngos-ngosan."
Karna tak sanggup menjawab, jadi Aksa memilih memukul kepala Juan, melampiaskan segala kekesalannya pada yang lebih muda.
Wajar saja, Juan merupakan penyanyi yang pasti belajar teknik pernafasan jangka panjang. Jeda ciumannya jauh lebih lama. Petaka bagi Aksa karna menjadikan Angkasa Juanda sebagai pacarnya. Sepertinya presentase Aksa meninggal karna kehabisan nafas akibat berciuman lebih besar daripada kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]AKSARA
Short Storycerita satu jalur untuk meramaikan san's birthday ateez × san #1 in hongsan