Aksa tidak suka sosok itu. Laki-laki jangkung yang berdiri di depan sana. Sosok yang katanya paling diidolakan oleh penghuni sekolah, nyatanya adalah sosok yang paling Aksa hindari. Tanpa sadar, laki-laki sepuluh juli itu meremas tangannya, terlalu jengkel pada sosok Giovan Pradipta.
Ya, itu namanya.
Giovan yang selalu—
"Sa, kosong nggak?"
"Kalo buat Lo, Gue selalu sibuk."
—Aksa hindari.
Okay, Gio emang tidak pernah sekalipun berbuat kesalahan padanya, tapi keramaian (re:fans) yang selalu dibawanya benar-benar membuat Aksa terganggu.
Sialnya lagi, Gio seperti tidak bosan untuk menghampiri Aksa sekedar menyapa atau malah mengajaknya main secara tidak langsung seperti di atas. Dan seperti itu pula Aksa selalu menjawab setiap ajakan Gio.
Oh, kalian belum sampai di bagian paling menjengkelkan dari ini semua. Bagian itu ialah—
"Pagi, Aksara."
Aksa menurunkan buku yang sedang dibacanya, sekedar melihat orang yang berani mengganggu kencannya dengan salah satu buku hebat di perpustakaan ini.
"Pergi Lo, Gio."
—Gio selalu bisa menemukan keberadaan Aksa di mana pun.
"Baca apa?" Bukannya menuruti kata Aksa, Gio malah menarik sebuah bangku dan duduk tepat di samping Aksa.
"Ih mau sedeket itu sama Gio."
"Gio baca aja ganteng ya."
Ini. Keributan ini yang Aksa benci.
"Lo kalo mau ke perpus, jangan bawa se-rt, Nyet," bisik Aksa.
Gio cuma menarik sudut bibirnya ke atas, diikuti matanya yang menyipit, eyesmile yang menawan. Bisa Aksa dengar beberapa gadis memekik kecil karna tindakan Gio barusan.
Mengabaikan mereka semua, Aksa kembali fokus dengan bacaannya. Tak butuh waktu lama untuk Aksa tenggelam dalam buku yang tengah dibacanya. Setiap kata yang dia baca selalu menghasilkan imajinasi yang mengagumkan.
"Bukunya bagus ya."
Mendengar komentar Gio membuat imajinasinya buyar seketika. Aksa mengambil pulpen, meletakkan benda tersebut di tengah-tengah halaman yang sedang ia baca. Lalu menoleh pada sosok Gio yang belum berpindah, "Iya, bagus-"
Puk!
"Apalagi buat nimpuk Lo," lanjut Aksa.
Tidak terasa jam pulang sekolah tiba. Gerbang depan dan area parkir ramai oleh murid-murid yang ingin pergi, entah pulang ke rumahnya atau main dengan kawan-kawannya. Tak jauh dari situ, ada Aksara yang tengah menapaki langkahnya di trotoar. Rumah Aksa memang tidak begitu jauh dari sekolah, tapi tidak bisa dibilang dekat juga. Butuh sepuluh sampai lima belas menit untuk sampai ke rumahnya.
"Aksara~"
Lagi-lagi Gio.
Aksa melirik sosok Gio yang duduk di motornya, laju kuda besi itu sengaja dipelankan agar bisa sejajar dengan Aksa.
Tak kunjung mendapat balasan, Gio kembali berujar, "Mau nebeng nggak?"
"Nggak, Gue lebih suka jalan kaki. Sehat."
Di luar perkiraan, Gio justru turun dari motornya dan menuntun kendaraan tersebut sementara dirinya ikut berjalan di atas trotoar tepat di samping Aksa.
"Lo ngapain?" tanya Aksa heran.
"Jalan, katanya sehat."
"Goblok."
*****
Ini Aksa dan Gio yang berbeda. Aksa dan Gio yang sedang merayakan pesta halloween di sekolahnya. Sebenarnya acara ini adalah usulan angkatan mereka sebagai salam perpisahan dan penghilang stres sebelum mereka menyibukkan diri dengan ujian dan ujian. Aksa memakai kostum khas asrama Slytherin dari film Harry Potter. Sedangkan Gio memakai kostum deadpol yang membentuk lekuk tubuhnya dengan jelas.
Ini Aksa dan Gio yang berbeda. Status mereka berbeda. Bukan lagi si extrovert yang suka menganggu introvert. Melainkan sepasang kekasih.
Gio memeluk Aksa yang sedang bersandar pada pinggir tembok lantai dua, memilih menikmati pesta halloween dari atas sini.
"Kamu kecil banget pake ini," bisik Gio.
See? Banyak yang sepertinya sudah kita lewatkan.
Aksa menoleh,"Tapi kamu suka 'kan?" mencium pipi Gio sekilas, "Katamu, yang mungil itu pas buat dipeluk," bisiknya.
Gio semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Aksa. Matanya tanpa sengaja melihat Wira di bawah sana yang memakai kostum yang sama seperti punya Aksa.
"Ceritanya kalian jadi Draco Malfoy dan Harry Potter nih?" bisik Gio.
"Siapa?"
"Kamu sama Wira."
"Iya. Lagi diskon."
Gio terkekeh mendengar jawaban Aksa. Tak terasa pesta halloween sudah hampir selesai. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi. Waktu memang begitu cepat berlalu. Oleh sebab jubah Slytherin yang dipakai Aksa sangat ribet, cowok kecil itu melepasnya dan memilih untuk memakai Hoodie milik Gio. Sebelum pulang ke rumah, Gio menyempatkan diri mampir di rumah Aksa sekedar menghangatkan tubuh dari udara malam yang dingin.
"Sa, Gue punya gombalan."
Aksa yang lagi menyiapkan teh hangat cuma berdeham, memberi sinyal pada Gio kalau dia mendengarkan.
"Are you stealing from me again?"
"Huh? No!"
Gio mendekati Aksa yang masih sibuk membuat teh, memeluk pinggang kecil itu. Dia berbisik, "First, my heart." Tangan Gio yang semula di pinggang Aksa, menyusup ke dalam hoodie, "Now, my hoodie. What's next? My last name?"
"Cabul sialan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓]AKSARA
Historia Cortacerita satu jalur untuk meramaikan san's birthday ateez × san #1 in hongsan