VII - Overprotected human🌷

635 82 0
                                    

Happy reading🌷

✨✨

Siang ini kamu tengah berada ditoko bunga bersama Mama. Mama sendiri sengaja datang ke toko hanya untuk berkunjung sebentar.

Terlalu lama dirumah sampai bosan dan memilih untuk menjenguk putri semata wayangnya ditoko.

"Kamu udah izin sama Hendery?" ujar ibumu disela sela merapihkan karangan bunga disana.

"Udah kok," jawabmu jujur, walaupun sebenarnya kamu sangat memaksa Hendery untuk mengizinkan dirimu keluar siang ini.

Lagi pula umur bayi kalian itu belum terlalu besar kok. Jadi tidak perlu khawatir berlebihan karna kamu masih bisa mengatasinya sendiri.

Mama mengangguk paham. "Bagus deh, asalkan ingat jangan terlalu kecapekan," pesan Mama.

Kamu menaruh gunting diatas meja lalu mengambil tempat duduk agar kalian berdua bisa leluasa mengobrol sambil duduk nantinya.

"Mama tau gak? Kemaren itu (y/n) sempet pergi ke rumah sakit sama Hendery," curhatmu pada sang ibu.

Mama yang mendengar putrinya mulai bercerita pun diam sembari menyimak cerita anaknya.

"Terus gimana?"

"Pas ketemu sama dokternya, bukannya aku tapi Hendery yang malah banyak tanya sama dokternya," adumu lagi.

Mama terkekeh kecil lantas menatap dirimu yang ada disampingnya. Mengelus puncak kepalamu lembut sambil berkata, "mungkin Hendery perlu wawasan baru supaya dia tau apa yang harus Hendery buat kalo nanti ada apa apa sama kamu," tutur Mama.

"Lagi pula kan bagus kalo dia banyak belajar, justru itu yang akan buat Hendery lebih paham gimana nanti jadi ayah yang baik buat anaknya."

Yang diucapkan Mama memang ada benarnya, tapi haruskah dia bertanya random pada dokter juga? Yang ada bikin malu sih iya.

Jika bukan Hendery orangnya, pasti sudah ditertawakan oleh pasien yang lain.

Kamu menghembuskan nafas panjang. "Gak perlu dipikirin, mungkin itu udah jadi sifat dia, lagi pula Hendery itu lucu kok," ujar Mama disambung kekehan.

"Iya Ma."

"Udah siang, kamu belum makan kan? Mama mau ketemu sama Mama Hendery diluar buat makan siang, mau ikut?" tawar ibumu.

"Nanti Hendery gimana?"

"Kamu telfon dia dulu, bilang bisa makan siang sama kita atau nggak," usul Mama dan kamu langsung menelfon Hendery mengucapkan yang Mama usulkan sebelumnya.

"Aku mau makan diluar, tapi kerjaannya gak mau diajak makan keluar," jawab Hendery melalui telfon.

"Itu artinya gak bisa Der," ucapmu membuat Hendery terkekeh. "Kalo gitu aku pergi sama Mama ya."

"Hmm, oke. Hati hati dijalan, kalo ada-ada apa telfon aku aja, bilang sama pak sopirnya jangan ngebut, jalannya hati hati, jangan lari larian."

"Jangan sampe kecapekan, jangan makan sembarangan, langsung pulang ke rumah kalo urusannya selesai."

"Ada apa-apa Der," koreksimu. "Iyaaa, aku inget kok pesannya."

"Iya itu, udah gih have fun Adinda," ujar Hendery sebelum dirimu menutup sambungannya.

"Udah?" ujar Mama yang baru saja keluar dari toko sembari membawa tasnya.

Kamu mengangguk. "Udah kok, kata Hendery boleh," ujarmu setelah itu kalian berdua langsung pergi dari sana untuk makan siang bersama mertuamu itu direstoran.

"Kita ke restoran ya pak," ujar ibumu pada sang sopirnya.

•●•

Kamu melangkah masuk kedalam rumah setelah pulang dari luar tadi. Sepertinya suami mu itu sudah pulang kerja karna mobilnya yang sudah terparkir rapih didalam garasi.

"Deryy? Kamu udah pulang?" ujarmu sembari berjalan menaiki anak tangga menuju kamar.

Tepat saat kamu membuka pintu kamar, terlihat sosok Hendery yang tengah berbaring diatas kasur sembari melihat laptop yang ada di hadapannya.

"Der bangun," ujarmu pada Hendery.

"Adinda? Kamu kapan nyampenya?" ujar Hendery mengucak matanya pelan.

"Jangan dikucek matanya, ayo duduk," ujarmu sembari menuntun tangan Hendery untuk duduk.

"Jangan main laptop sambil tidur Der, lampunya segala dimatiin ini kan udah sore," ujarmu langsung menyalakan kembali lampunya.

"Iya, tadi ngantuk, niatnya mau tidur tapi keburu sore," keluh laki laki itu sembari menunjukan wajah cemberutnya.

"Kamu udah pulang kok gak bilang si? Aku kira kamu masih dikantor."

"Gak sempet, keburu inget ini jadi lupa," balas Hendery sembari menunjuk ke arah laptopnya dimana ada sebuah artikel yang dicari oleh laki laki itu.

'Cara menjadi ayah yang baik. '

Dari mulai makanan ibu hamil, bahkan sampai ke persiapan kelahiran nanti semua itu sudah dibaca oleh Hendery.

Kamu tidak menyangka bahwa Hendery akan menjadi se-excited itu untuk putra pertamanya. Kamu bahkan tidak tau apakah kamu pantas menjadi sosok ibu yang baik atau tidak nantinya.

Kamu menatap Hendery sembari tersenyum tipis lantas memeluk tubuh laki laki itu erat. Hendery sedikit tersentak karna ulahmu yang tiba tiba memeluknya, heran.

"Makasih banyak Deryy," ucapmu disela sela isakan.

Kamu tidak berniat mengubah suasana ini menjadi melow, tapi ini sungguh suatu hal yang tidak dapat kamu kira sebelumnya dari sosok Hendery.

Manusia random namun sangat overprotectiv untuk keluarganya sekalipun. "Hei, why are you crying, hmm?" ucap Hendery membalas pelukanmu seraya mengelus puncak istrinya dengan sayang.

"Der, aku gak yakin bisa jadi ibu yang baik deh," ujarmu sembari mendongkak menatap wajah Hendery dari bawah.

"Kenapa nggak?" sahut Hendery. "You are my wife, and we will both take care of our children later."

"Walaupun nanti pengalaman kita bakalan jauh lebih beda, tapi tugas kita sama, sama sama memberikan kasih sayang yang terbaik buat Dery kecil nanti."

"So don't think about anything that stresses you out." Hendery menghapus jejak air mata yang membasahi pipimu pelan seraya tersenyum lebar.

"Thank you so much, Hendery," jawabmu membalas senyuman Hendery.

"Your welcome, Adinda."

Apapun itu, jika bersama Hendery maka semua orang akan mengerti hal apa yang kamu temukan dalam diri Hendery adalah sesuatu yang tidak pernah kamu miliki termasuk sifat randomnya itu.

Dari semua hal yang Hendery pelajari selama ini, hanya satu hal yang terus ia pelajari sampai detik ini adalah bagaimana dirinya bisa menjadi sosok pemimpin dan juga Ayah yang baik nantinya.

Bagi Hendery kamu adalah kehidupannya, dimana Hendery tinggal disitulah ia merasa nyaman.

Begitu juga dengan kamu, bagimu Hendery adalah sosok pelindung, walaupun pada awalnya kamu tidak pernah menyangka bahwa Hendery akan menjadi teman hidupmu sampai saat ini tapi satu hal yang kamu yakini adalah, takdir tuhan tidak pernah salah dalam menyatukan insannya.

🌷🌷🌷🌷

To be continued...

Sebenernya aku gak pede nulis chap ini, but what do you think about this part? maaf ya kalo kurang nge-feel:') maaciw dah baca🌷💙✨

Husband-able [Hendery]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang